Desak Israel tak Balas Serangannya, Iran Anggap Masalah Selesai
Iran akan melakukan aksi militer lanjutan jika Israel membalas.
REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Iran mendesak Israel untuk tidak membalas secara militer atas serangan yang telah diluncurkan pada Sabtu (13/4/2024) kemarin. Iran menganggap serangannya ke Israel tersebut sudah setimpal dengan serangan Israel terhadap gedung konsulatnya di Damaskus, Suriah, beberapa waktu lalu.
“Masalah ini dapat dianggap selesai,” kata misi Iran untuk PBB dalam sebuah postingan di platform media sosial X sebagaimana dikutip Arab News, Ahad (14/4/2023).
“Namun, jika rezim Israel melakukan kesalahan lagi, tanggapan Iran akan jauh lebih parah,” kata misi Iran memperingatkan.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, juga memperingatkan Israel dan sekutunya agar tidak melakukan tindakan “sembrono” setelah serangan pesawat tak berawak dan rudal Teheran, yang menandai pertama kalinya Iran melancarkan serangan militer langsung ke wilayah Israel.
“Jika rezim Zionis (Israel) atau pendukungnya menunjukkan perilaku sembrono, mereka akan mendapat tanggapan tegas dan lebih kuat,” kata Raisi dalam sebuah pernyataan.
Setelah banyak negara mengutuk serangan tersebut, Kementerian Luar Negeri Teheran memanggil duta besar Perancis, Inggris, dan Jerman mengikuti sikap tidak bertanggung jawab dari pejabat tertentu negara-negara tersebut mengenai tanggapan Iran. Demikian kata sebuah peenyataan.
Sebelumnya, pada Sabtu (13/4/2024) kemarin, Korps Pengawal Revolusi Iran mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan “lusinan drone dan rudal” ke lokasi militer di wilayah Israel.
“Aksi militer Iran adalah respons terhadap agresi rezim Zionis terhadap kantor diplomatik kami di Damaskus awal bulan ini," kata misi Iran untuk PBB, dan menyebutnya sebagai “pertahanan yang sah.”
Tentara Israel mengatakan mereka telah menembakkan 99 persen drone dan rudal dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutu lainnya, dan menyatakan serangan Iran “digagalkan.” Sementara, Kepala staf militer Iran, Mohammad Bagheri mengatakan, serangan itu telah mencapai semua tujuannya.
Bagheri mengatakan pembalasan Iran menyasar “pusat intelijen” dan pangkalan udara di mana Teheran mengatakan jet F-35 Israel lepas landas untuk menyerang konsulat Damaskus pada 1 April 2024 lalu.
“Kedua pusat ini hancur secara signifikan dan tidak berfungsi,” dia mengatakan, meskipun Israel berpendapat bahwa serangan itu hanya mengakibatkan kerusakan kecil.
“Tidak ada niat untuk melanjutkan operasi ini,” katanya.
Para ahli berpendapat bahwa serangan drone yang bergerak lambat pada Sabtu dikalibrasi untuk menunjukkan unjuk kekuatan tetapi juga memberikan ruang gerak.
“Tampaknya Iran mengirim telegram serangannya terhadap Israel untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menyerang dengan menggunakan kemampuan yang berbeda, untuk mempersulit kemampuan (tentara Israel) dalam menetralisir serangan tersebut, tetapi juga untuk menghentikan eskalasi,” kata Nishank Motwani, analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia di Washington.
“Teheran dapat melakukan eskalasi jika mereka memilih untuk melakukan berbagai cara, termasuk melalui kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, serangan laut, atau menyerang sasaran lunak Israel secara global," kata Motwani
Selama dua minggu terakhir, pihak berwenang Iran telah berulang kali bersumpah untuk “menghukum” Israel setelah kematian tujuh pengawal termasuk dua jenderal Pasukan Quds dalam serangan yang meratakan konsulat Iran di Damaskus.
Iran menyalahkan Israel atas serangan itu.
Beberapa hari setelah serangan tersebut, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengatakan Israel akan “ditampar karena tindakan tersebut.”
Sejak revolusi tahun 1979 di Iran yang menggulingkan Shah yang didukung AS, Israel telah menjadi musuh bebuyutan republik Islam tersebut. Iran juga sering menyerukan penghancuran Israel, dengan dukungan terhadap perjuangan Palestina, salah satu pilar revolusi Islam.