IMF Sebut Ekonomi Global Tetap Tangguh Meski Ada Prediksi Suram

IMF sebut kerugian akibat krisis empat tahun terakhir makin mengecil.

EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS, 14 Oktober 2020.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) menilai, perekonomian global masih akan tetap tangguh. Meski pertumbuhannya tidak merata dan terdapat prediksi suram.

Baca Juga


IMF menjelaskan, pertumbuhan yang stabil dan laju inflasi yang melambat hampir sama cepatnya dengan kenaikannya. Perjalanan ini dinilai penuh peristiwa penting, dimulai dengan gangguan rantai pasokan setelah pandemi, krisis energi dan pangan yang dipicu oleh perang Rusia terhadap Ukraina, lonjakan inflasi signifikan, lalu diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter secara global.

Pertumbuhan global mencapai titik terendahnya pada akhir 2022, yaitu sebesar 2,3 persen. Angka itu tidak lama setelah median inflasi umum mencapai puncaknya pada 9,4 persen. 

"Menurut proyeksi Prospek Ekonomi Dunia terbaru kami, pertumbuhan tahun ini dan tahun depan akan tetap stabil pada angka 3,2 persen. Dengan median inflasi umum turun dari 2,8 persen pada akhir 2024 menjadi 2,4 persen pada akhir 2025," kata IMF dalam keterangan di laman resminya yang dikutip Republika, Rabu (17/4/2024).

IMF menjelaskan, sebagian besar indikator terus menunjukkan adanya soft landing. IMF juga memproyeksikan kerugian ekonomi yang lebih kecil akibat krisis yang terjadi selama empat tahun terakhir, meski perkiraannya berbeda-beda di setiap negara. 

Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat (AS) dianggap telah melampaui tren pra-pandemi. Hanya saja kini IMF memperkirakan, akan ada lebih banyak dampak buruk yang akan menimpa beberapa negara berkembang berpendapatan rendah, yang sebagian besar masih berjuang keluar dari pandemi dan krisis biaya hidup.

Pertumbuhan yang berketahanan dan disinflasi yang cepat dianggap menunjukkan perkembangan pasokan menguntungkan. Termasuk memudarnya guncangan harga energi, dan peningkatan pasokan tenaga kerja yang didukung oleh kuatnya imigrasi di banyak negara maju. 

"Tindakan kebijakan moneter telah membantu memperkuat ekspektasi inflasi meskipun transmisinya mungkin lebih terkendali, karena kredit perumahan dengan suku bunga tetap menjadi lebih umum. Walau ada perkembangan yang menggembirakan, masih banyak tantangan yang dihadapi dan diperlukan tindakan tegas," tutur IMF.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler