Uni Eropa Dukung Sanksi Baru ke Iran

AS dan sekutu Barat berharap sanksi membantu membatasi serangan balik Israel.

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Tentara Iran menghadiri Hari Angkatan Darat tahunan di sebuah pangkalan militer di Teheran, Iran, 17 April 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pemimpin-pemimpin Uni Eropa memutuskan untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran setelah negara itu meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel akhir pekan lalu. Ketika kekuatan-kekuatan dunia berusaha mencegah konflik di Timur Tengah semakin meluas.

Baca Juga


Pertemuan di Brussels merupakan pertemuan pertama para pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa sejak serangan Iran ke Israel pada Ahad (14/4/2024) lalu yang digelar saat serangan Israel ke Gaza memasuki bulan ke tujuh. Israel memberi sinyal akan membalas serangan Iran tapi tidak mengungkapkan caranya.

Pemimpin-pemimpin Uni Eropa mengecam serangan balasan Iran atas serangan Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah yang menewaskan tujuh perwira termasuk dua jenderal Garda Revolusi pada 1 April 2024. Uni Eropa juga menegaskan kembali komitmen mereka pada keamanan Israel dan meminta semua pihak termasuk Lebanon untuk mencegah ketegangan semakin memanas.

"Kami merasa sangat penting untuk melakukan segalanya untuk mengisolasi Iran," kata ketua pertemuan dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Rabu (17/4/2024). Ia menambahkan sanksi baru pada Iran akan mengincar perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam produksi drone dan rudal. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan penting Israel "tidak merespon (serangan Iran) dengan serangan masifnya sendiri."

Terpisah menjelang pertemuan G7, Italia mendukung sanksi terhadap pemasok senjata yang memiliki hubungan dengan serangan ke Israel serta pihak-pihak di balik serangan ke kapal-kapal komersial di Laut Merah. Para menteri luar negeri Uni Eropa akan terus mengerjakan sanksi ke Iran karena Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Barat berharap sanksi membantu membatasi serangan balik Israel.

Uni Eropa sudah memiliki beberapa program yang mengincar Iran atas pelanggaran hak asasi manusia, proliferasi senjata pemusnah massal dan dukungan Teheran pada perang Rusia di Ukraina. Jerman, Prancis dan beberapa negara Uni Eropa ingin memperluas skema yang menahan pengiriman drone Iran ke Rusia mencakup penyediaan rudal dan pengiriman ke proksi-proksi Iran di Timur Tengah.

Belgia mendukung sanksi-sanksi terhadap Garda Revolusi Iran tapi Scholz mengatakan sanksi itu membutuhkan pemeriksaan hukum. Diplomat tinggi Uni Eropa mengatakan sanksi tersebut dapat dijatuhkan bila pihak berwenang di negara-negara Uni Eropa mendapati Garda Revolusi terlibat dalam aktivitas terorisme.

Pengamat menilai Iran tampaknya tidak akan mendapatkan hukuman ekonomi yang lebih keras karena khawatir dapat menaikan harga minyak dan membuat marah pembeli utamanya yakni Cina. Ketika Timur Tengah menarik perhatian Uni Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta lebih banyak bantuan untuk menghadapi Rusia yang menggelar invasi dua tahun lalu.

"Di sini di Ukraina, di wilayah kami di Eropa, sayangnya kami tidak mendapatkan tingkat pertahanan yang kami semua lihat di Timur Tengah beberapa hari yang lalu," kata Zelenskyy di pertemuan tersebut.

Israel dan sekutu-sekutunya seperti AS, Inggris dan Yordania menembak jatuh sebagian besar drone dan rudal yang ditembakan Iran. "Ini mencerminkan kebutuhan utama kami saat ini, kami membutuhkan pertahanan udara," katanya.

Menurut pejabat Uni Eropa, Zelenskyy kembali menyerukan pengiriman senjata dan amunisi yang sebelumnya dijanjikan untuk Ukraina dipercepat. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler