Memberdayakan Botol Plastik Jadi Perahu Pengangkut Sampah

Meski dari botol bekas, perahu itu belum pernah bocor setelah dua bulan digunakan.

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Perahu berbahan botol plastik bekas buatan petugas Unit Penanganan Sampah Badan Air Dinas Lingkungan Hidup di Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (5/3/2024).
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat daerah ibu kota itu memproduksi 1.900 hingga 2.000 ton sampah plastik setiap hari.

Baca Juga


Dikutip ANTARA dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), DKI Jakarta menghasilkan 11,25 juta ton sampah selama periode 2019–2022. Sepanjang 2022, DKI Jakarta memproduksi 3,11 juta ton sampah atau naik tipis 0,97 persen dibanding 2021, tetapi menjadi level tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Permasalahan banyaknya sampah plastik ini kemudian memunculkan inisiatif dari Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPSBA) Pos Duren Sawit untuk membuat satu inovasi.

Pada awal Maret 2024, mereka menyulap botol plastik bekas yang dikumpulkan menjadi perahu. Ide ini merupakan pertama kalinya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI.

Ide inovasi ini berawal dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI, Asep Kuswanto, yang meminta jajarannya untuk berkreasi dalam pemanfaatan sampah. Personel di UPSBA Pos Duren Sawit kemudian memilih botol plastik karena jarang dimanfaatkan untuk menjadi barang bermanfaat yang bisa dipakai dalam waktu jangka panjang. 

Apalagi, saat itu, di UPSBA Duren Sawit masih banyak botol-botol plastik yang tidak terpakai. Kemudian, mereka mulai mengumpulkan botol itu dari mulai yang galon bekas air mineral berukuran 19 liter, botol air 1,5 liter sampai botol air 650 mililiter (ml).

Saat ini ada dua jenis perahu yang dibuat, yakni perahu yang sudah diwarnai merah dan hijau dengan panjang 4 meter dan lebar 1,75 meter. Satu perahu lagi, berukuran panjang 4 meter dan lebar 2 meter, tapi belum dicat.

Kini, rata-rata terkumpul 50 hingga 60 kilogram (kg) botol plastik anorganik per harinya. Untuk membuat satu perahu itu membutuhkan 800 sampai 1.000 botol plastik bekas.

Terkait lama pembuatan, biasanya dikerjakan pada waktu senggang, usai mengerjakan tugas pokok. Selama kurang lebih dua pekan, perahu dari botol plastik itu selesai dikerjakan.

Selama mengumpulkan botol plastik, UPSBA Pos Duren Sawit mendapat banyak pasokan sampah saat hujan lantaran terkumpul melalui arus sungai.

Selama melakukan pekerjaan menjaring sampah di kali, mereka kerap menemui kesulitan mengambil sampah di tempat tak terjangkau. Namun, semua bisa teratasi dengan memakai alat yang sudah tersedia.

Uniknya, perahu yang melintas di Kali BKT sepanjang delapan kilometer itu benar-benar keseluruhan dibuat dari botol plastik yang dirakit kemudian disulam memakai benang. Kekuatan dari perahu botol plastik itu tidak perlu diragukan, karena sudah digunakan sekitar dua bulan tidak pernah bocor. Meskipun demikian, saat digunakan, harus melihat situasi yang kondisi sungai, mulai dari menyesuaikan ketinggian air dan kecepatan arus.

Sementara, pegiat Kampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abdul Ghofar mengatakan sesuai Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, perlu didorong untuk mengurangi sampah, terutama plastik dan anorganik, dengan basis gerakan guna ulang atau reuse.

Perputaran penggunaan ulang sampah sangat penting, seperti tempat makan maupun botol minum bisa dipakai ulang bersamaan dengan digencarkan larangan penggunaan plastik. Selain itu, perlu adanya program pengadaan rumah kompos di setiap lingkungan RT maupun RW, yang diharapkan bisa berkontribusi mengurangi sampah yang dikirimkan ke tempat pembuangan akhir (TPA).

 

Pilah di Rumah

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyosialisasikan program memilah sampah sejak dari rumah dalam sebagai upaya meningkatkan kepedulian warga terhadap lingkungan pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap tanggal 21 Februari.

Ajakan ini sesuai dengan tema HPSN tahun ini tentang Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif untuk memajukan upaya daur ulang jenis sampah plastik.

Melalui ajakan ini warga semakin sadar dan peduli sampah, sehingga bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan, yang dimulai dengan mengurangi dan memilah sampah sejak dari rumah.

Sampah-sampah anorganik, terutama plastik, harus dikurangi. Sebagai gantinya, masyarakat bisa menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian alam.

Berbicara tentang pemilahan sampah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan sejumlah upaya, salah satunya melalui program Jakarta Recycle Center (JRC) pada tahun 2020. JRC adalah sistem pengelolaan sampah dengan mengedepankan pemilahan sampah dari sumbernya. Fokus program ini adalah dengan memilah sampah di rumah tangga dan pengangkutan sampah secara terjadwal.

Selain itu, pemerintah juga mengoperasikan tempat pengolahan sampah (TPS) berkonsep kurangi, pakai kembali, dan daur ulang atau reduce, reuse, recycle (TPS 3R) di sejumlah lokasi, guna membantu memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik nantinya bisa dijadikan kompos, sementara sampah anorganik bisa dibawa ke bank sampah, sehingga mengurangi beban sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah akhir.

Salah satu infrastruktur yang belum lama ini diresmikan adalah TPS 3R di Jalan Siaga Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Jumat (16/2/2024).

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk terus mengajak masyarakat mengelola dan memilah sampah dari rumah. Dengan hadirnya negara secara maksimal, didukung oleh kepdulian masyarakat, maka ke depan, masalah sampah ini akan tertangani secara menyeluruh.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler