Startup Asal AS Kembangkan Geoengineering untuk Dinginkan Iklim Bumi, Apa Kata Dunia?
Geoengineering dipakai mengacu pada upaya untuk memanipulasi iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah perusahaan rintisan mengklaim telah meluncurkan balon cuaca yang mungkin melepaskan partikel belerang (sulfur) reflektif di stratosfer yang berpotensi menembus batas kontroversial di bidang geoengineering surya.
Geoengineering mengacu pada upaya untuk memanipulasi iklim dengan memantulkan lebih banyak sinar matahari kembali ke angkasa, meniru proses alami yang terjadi setelah letusan gunung berapi. Secara teori, penyemprotan sulfur dan partikel serupa dalam jumlah yang cukup berpotensi mengurangi pemanasan global.
Secara teknis tidak sulit untuk melepaskan senyawa tersebut ke stratosfer. Namun sebagian besar ilmuwan masih menahan diri untuk tidak melakukan eksperimen geoengineering luar ruangan berskala kecil sekalipun. Pasalnya, hal tersebut masih sangat kontroversial dan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya dengan dampak buruk di beberapa wilayah tertentu sehingga dapat memicu konflik geopolitik.
Beberapa peneliti yang telah lama mempelajari geoengineering merasa sangat terganggu dengan aktivitas perusahaan rintisan Make Sunsets, yang tampaknya telah meluncurkan teknologi tersebut dari sebuah situs di Meksiko tanpa keterlibatan publik dan pengawasan ilmiah. Perusahaan ini telah mencoba menjadi “cooling credits” untuk penerbangan balon di masa depan yang dapat membawa muatan lebih besar.
Beberapa peneliti yang ditemui MIT Technology Review mengutuk upaya komersialisasi geoengineering pada tahap awal ini. Beberapa calon investor dan pelanggan yang telah meninjau proposal perusahaan mengatakan bahwa ini bukanlah upaya ilmiah yang serius atau bisnis yang kredibel, tapi lebih merupakan upaya untuk menarik perhatian yang dirancang untuk menimbulkan kontroversi di lapangan.
Luke Iseman, salah satu pendiri dan CEO Make Sunsets, mengakui bahwa upaya ini merupakan bagian dari kewirausahaan dan bagian dari provokasi, sebuah tindakan aktivisme geoengineering. Ia berharap, dengan bergerak maju dalam bidang yang kontroversial, mereka dapat mendorong debat publik terkait teknologi dan eksperimen tersebut.
“Perubahan iklim adalah ancaman yang sangat serius, tapi dunia bergerak sangat lambat untuk mengatasi masalah yang mendasarinya, sehingga intervensi yang lebih radikal saat ini sangatlah diperlukan,” kata Iseman seperti dilansir MIT Technology Review, Ahad (21/4/2024).
Berdasarkan penjelasan Iseman sendiri, dua peluncuran balon pertama masih sangat sederhana. Dia mengatakan hal itu terjadi pada bulan April 2022 di suatu tempat di California, beberapa bulan sebelum Make Sunsets didirikan pada bulan Oktober. Iseman mengatakan dia memompa beberapa gram sulfur dioksida ke dalam balon cuaca dan menambahkan jumlah helium yang diperkirakan akan tepat untuk membawanya ke stratosfer.
Dia memperkirakan, balon-balon tersebut akan meledak di bawah tekanan pada ketinggian tersebut dan melepaskan partikelnya. Namun, tidak jelas apakah hal itu terjadi, di mana balon-balon itu berakhir, atau apa dampak partikel-partikel tersebut, karena tidak ada peralatan pemantauan di dalam balon-balon tersebut.
Iseman juga mengakui bahwa mereka tidak meminta persetujuan apa pun dari otoritas pemerintah atau lembaga ilmiah, di Meksiko atau di tempat lain, sebelum dua peluncuran pertama.
“Proyek ini termasuk dalam wilayah proyek sains. Pada dasarnya, hal ini untuk memastikan bahwa saya dapat melakukannya,” kata Iseman.
Di masa depan, Make Sunsets berharap dapat meningkatkan muatan sulfur, menambah peralatan telemetri dan sensor lainnya, pada akhirnya beralih ke balon yang dapat digunakan kembali, dan mempublikasikan data setelah peluncuran.
Perusahaan sudah berupaya memperoleh pendapatan dari efek pendinginan penerbangan di masa depan. Mereka menawarkan untuk menjual “cool credits” senilai 10 dolar AS untuk melepaskan satu gram partikel di stratosfer, yang menurut Iseman, cukup untuk mengimbangi efek pemanasan dari 1 ton karbon selama satu tahun.
Apa yang dilakukan Iseman mendapat kritik dan tentangan dari para peneliti lainnya. Shuchi Talati, seorang peneliti di American University yang membentuk organisasi nirlaba yang berfokus pada tata kelola dan keadilan dalam geoengineering tenaga surya, mengatakan tindakan Make Sunset dapat menghambat bidang ilmiah, mengurangi pendanaan, mengurangi dukungan pemerintah terhadap penelitian terpercaya, dan mempercepat seruan untuk membatasi studi.
Talati sangat kritis terhadap klaim ilmiah perusahaan tersebut, dan menekankan bahwa tidak ada yang bisa menjual kredit yang mengklaim dapat mempresentasikan hasil per gram yang spesifik, mengingat adanya ketidakpastian yang sangat besar pada tahap penelitian ini.
“Apa yang mereka klaim dapat dicapai dengan kredit semacam itu adalah keseluruhan dari apa yang tidak pasti mengenai geoengineering,” kata Talati.