Lombok Didorong Jadi Pusat Hilirisasi Kelapa

Kemenperin bersama stakeholder sedang susun peta jalan hilirisasi kelapa.

ANTARA/Aswaddy Hamid
Seorang petani membersihkan pelepah kering kelapa pandan wangi (Cocos Nucifera) dari batangnya di sebuah perkebunan (ilustrasi).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat dinilai berpotensi menjadi pusat hilirisasi kelapa. Pemerintah pun berupaya memaksimalkan potensi tersebut.

Baca Juga


Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika menyampaikan, potensi kelapa di Indonesia, khususnya di Lombok, berlimpah. Potensi ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan penyusunan peta jalam hilirisasi kelapa terpadu.

"Juga penentuan model bisnis yang tepat untuk mengembangkan ekosistem pengembangan kelapa terpadu," ujar Putu dalam keterangan resmi, Sabtu (27/4/2024).

Saat ini, kata dia, Kemenperin bersama sejumlah pemangku kepentingan sedang menyusun peta jalan itu. Dia memaparkan, Lombok merupakan salah satu daerah yang dianggap dapat menjadi center of excellence sebagai contoh pengolahan kelapa yang baik. 

Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah telah menggelontorkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 16,8 Miliar ke Kabupaten Lombok Utara guna mendukung industri pengolahan kelapa sepanjang 2022 hingga 2024. Di wilayah tersebut, pelaku industri kelapa mampu menghasilkan Virgin Coconut Oil (VCO), minyak dan tepung kelapa.

Putu pun menegaskan, pentingnya memperhatikan kebutuhan ruang untuk aktivitas lain, agar kebutuhan seperti lahan pangan tidak turut dikorbankan. Maka, itu dapat mendukung dan berdampak pada ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

"Sumber daya manusianya juga perlu diperhatikan agar mampu mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan konsumen. Kami memandang perlu adanya pelatihan SDM yang bisa difasilitasi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin," kata dia.

Selain tantangan di sektor SDM, industri kelapa juga mengalami tantangan di sisi hilirnya. Meski telah mampu menghasilkan minyak kelapa, VCO dan tepung kelapa, namun masih terdapat beberapa produk hilir yang potensial untuk dikembangkan.

Hal ini sebagaimana diutarakan oleh salah satu pengelola Sentra Olahan Kelapa Kabupaten Lombok Utara, Zulhadi. "Masih banyak produk samping kelapa yang sebenarnya bisa dimanfaatkan lebih lanjut. Untuk itu, perlu adanya bisnis model pengembangannya," ungkapnya.

Selain ke Lombok Utara, Dirjen IA juga mengunjungi IKM Al Iffah di Lombok Timur. Di sana, rombongan memantau pengolahan minyak kelapa dan VCO skala home industry serta kerajinan sabut kelapa.

Dikatakan, Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan yang memegang peran penting dalam pasar global. Salah satunya kelapa yang masih sangat potensial dikembangkan dan berpeluang ditingkatkan nilai ekspornya. 

Pada 2022, Indonesia mampu memproduksi kelapa sebanyak 17.190.327 ton atau setara dengan 27 persen produksi kelapa dunia. Sementara sisi ekspor, pada 2023 Indonesia dapat mengekspor kelapa dan turunannya sebesar 1,5 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler