Cuaca Panas Mulai Terjadi di Kota Bandung, BMKG Prediksi Tembus 33 Derajat Celsius

Prediksi suhu tertinggi di Jawa Barat berkisar antara 35 – 37 derajat celsius

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas melakukan penghitungan cahaya matahari menggunakan alat Campbell stock di halaman Kantor BMKG Bandung, Bandung, Jawa Barat. BMKG sebut cuaca panas terjadi satu pekan terakhir di Kota Bandung
Rep: Muhammad Fauzi Ridwan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan cuaca panas terjadi satu pekan terakhir di Kota Bandung dan di wilayah Jawa Barat. Penyebabnya, posisi matahari berada tidak jauh dari ekuator yang sekarang berada di belahan bumi utara dan menyebabkan wilayah di ekuator mendapatkan penyinaran matahari maksimum.


"Ini menyebabkan suhu udara yang terdapat di wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat terasa lebih panas dari pada biasanya," ucap Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu, Kamis (2/5/2024).

Ia menyebut pada 26 April suhu udara mencapai 29,6 derajat celsius, pada tanggal 27 April suhu udara 29,4 derajat Celsius, suhu udara pada 28 April 30,4 derajat Celcius. Suhu udara pada 29 April 30,2 derajat Celsius, suhu udara pada 30 April 30,6 derajat Celsius, dan 1 Mei suhu udara 30,0 derajat Celsius.

Teguh mengatakan, analisis suhu maksimum di Bandung pada siang hari pada pukul 12.00 WIB hingga 15.00 WIB antara 29,0 derajat Celsius hingga 31,0 derajat Celsius. Penyebabnya penyinaran matahari maksimum dan pertumbuhan awan-awan konvektif.

"Suhu udara masih dalam kategori normal untuk Kota Bandung. Suhu maksimum tertinggi di Bandung yang pernah terjadi 35,8 derajat celsius pada tanggal 8 Oktober 2023," kata dia.

Ia melanjutkan prediksi suhu tertinggi di Jawa Barat berkisar antara 35 – 37 derajat Celsius. Sedangkan prediksi suhu tertinggi di Kota Bandung berkisar antara 30 - 33 derajat Celsius. "Prediksi suhu tertinggi di Kota Bandung berkisar antara 30 sampai 33 derajat Celsius," kata dia.

Teguh menambahkan fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia disebabkan karena fenomena gerak semu matahari, siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Selain itu, bulan Mei merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem.

"Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler