Hadapi Musim Kemarau, BPBD Trenggalek Waspada Karhutla dan Krisis Air

Trenggalek diperkirakan memasuki musim kemarau pada Mei ini.

Dok Republika
(ILUSTRASI) Kebakaran lahan saat musim kemarau.
Rep: Antara Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mewaspadai dampak musim kemarau, seperti kekeringan atau krisis air, serta kebakaran hutan atau lahan (karhutla). Masyarakat pun diminta mengantisipasi kejadian bencana itu.

Baca Juga


Sebagaimana prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diperkirakan beberapa daerah di Jawa Timur, salah satunya Kabupaten Trenggalek, mulai memasuki kemarau pada Mei ini. Musim kemarau di Trenggalek diprakirakan dimulai pada dasarian I (tanggal 1-10) dan II (11-20). “Kecuali di Kecamatan Bendungan, pada Juni dasarian I,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Trenggalek Triadi Atmono, Kamis (2/5/2024).

Salah satu potensi bencana saat musim kemarau ini adalah kekeringan atau krisis air bersih. Triadi mengimbau masyarakat bersiap mengantisipasi persoalan itu. “Kami imbau masyarakat untuk bijak dalam menggunakan air, memanen air hujan saat pancaroba,” ujar dia.

Pada musim kemarau pun ada potensi karhutla. Risiko karhutla meningkat saat kondisi kering dampak musim kemarau. “Pemicu kebakaran banyak. Ada faktor alamiah, seperti gesekan antara ranting dan cabang, yang dominan terjadi di hutan-hutan yang sangat kering. Kemudian kesengajaan ataupun kelalaian manusia,” kata Triadi.

Terkait faktor manusia, Triadi mengimbau masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di kawasan hutan atau lahan, agar tidak memicu terjadinya kebakaran. Seperti tidak membuang puntung rokok atau melakukan pembakaran secara sembarangan. “Pantau hotspot (titik panas) di sekitar lingkungan masing-masing, hingga tidak melakukan aktivitas pembakaran secara sembarangan,” kata dia.

Triadi mengatakan, pihaknya juga berupaya mencegah terjadinya karhutla. Seperti bekerja sama dengan Perhutani. “Kita juga pasang penanda. Misalnya kita pasang rambu-rambu rawan karhutla, terutama bersama Perhutani karena kawasan hutannya 45 persen lebih adalah kawasan Perhutani. Jadi, kepada masyarakat, kami imbau untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas yang berpotensi memicu terjadinya kebakaran,” katanya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler