Terkenal Sebagai Orang Terkaya di Jepang, Tadashi Yanai Dukung Palestina Via Uniqlo

Tadashi Yanai merupakan pendiri dan CEO Uniqlo.

EPA
Pendiri Uniqlo Tadashi Yanai. Terkenal sebagai orang terkaya di Jepang, Tadashi pernah menyumbang untuk Palestina.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Tadashi Yanai semakin viral di media sosial sejak serangan Israel terhadap Palestina terus membabi-buta selama tujuh bulan terakhir. Itu karena kedermawanan Tadashi terhadap rakyat Palestina.

Lewat jenama Uniqlo yang didirikannya, Tadashi selaku CEO menyalurkan bantuan lewat United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA). Pada September 2016, Fast Retailing yang menjadi perusahaan induk Uniqlo dan UNRWA menandatangani perjanjian kemitraan.

Dilansir laman UNRWA, tujuan perjanjian ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pengungsi Palestina di Lebanon. Sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility-nya, Tadashi berkomitmen menyediakan 43 ribu potong pakaian musim dingin kepada anak-anak dan keluarganya.

Nilai donasi pakaian musim dingin tersebut setara dengan 500 ribu dolar AS atau sekitar Rp 6,7 miliar pada saat itu. Donasi diberikan oleh Fast Retailing Co, perusahaan pakaian terbesar keempat di dunia.

Pada Februari 2017, sekitar 65 persen pengungsi Palestina dari Lebanon (PRL) dan sekitar 90 persen pengungsi Palestina dari Suriah di Lebanon (PRS) hidup dalam kemiskinan. Sementara itu, sembilan PRS dan tiga persen PRL hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Keadaan ini menyulitkan pengungsi Palestina untuk membeli pakaian hangat. Tekanan hidup untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal lebih menjadi prioritas bagi mereka.

Baca Juga



Untuk membantu masalah ini, Fast Retailing menyumbangkan sekitar 43 ribu potong pakaian musim dingin merek Uniqlo kepada UNRWA di 2017. Sumbangan ini ditujukan untuk sekitar 21.500 pengungsi Palestina yang miskin (40 persen di antaranya berasal dari Suriah) yang tinggal di sembilan kamp pengungsi Palestina di Lebanon.

Melalui donasi ini, Uniqlo, dengan dukungan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jepang Campaign for the Children of Palestine (CCP), membantu keluarga Palestina untuk mengatasi keadaan sulit yang mereka hadapi. Ini adalah salah satu dari banyak distribusi bantuan yang dilakukan di Lebanon dengan dukungan Women’s Programme Associations.

Dilansir Business Of Fashion, Jumat (3/5/2024), Tadashi yang merupakan pendiri dan presiden Fast Retailing memiliki lebih dari 2.000 toko ritel dan portofolio merek, termasuk Uniqlo, Helmut Lang, Theory, Comptoir des Cotonniers, Princesse tam.tam, J Brand, dan g.u. Tadashi yang saat ini berusia 75 tahun mewarisi bakat orang tuanya dalam bisnis pakaian.

Lahir di kota pertambangan Ube di Prefektur Yamaguchi, Tadashi memiliki orang tua yang mengelola toko pakaian. Dia menggambarkan dirinya sebagai orang yang tidak terlalu memiliki keinginan atau termotivasi untuk bekerja.

Di mata Tadashi, menghindari terjebak dalam perusahaan keluarga adalah hal terpenting. Pria tersebut berkuliah di Universitas Waseda di Tokyo, Jepang.

Saat belajar politik dan ekonomi di sana, Tadashi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk main mahjong dan pachinko, menurut laporan Financial Times. Namun, dia juga mempelajari budaya Amerika Serikat dan aktivisme mahasiswa, serta melakukan perjalanan luar negeri ke Inggris Raya (UK).

Setelah lulus pada 1971, Tadashi bekerja sebentar di jaringan supermarket sebelum dengan enggan kembali ke toko jas dan dasi milik ayahnya. Toko ini kemudian dikembangkan olehnya.

Pada 1984, Tadashi menjadi presiden jaringan pakaian ayahnya yang terdiri dari 22 toko. Dia kemudian membuka toko baru di Hiroshima yang disebut Unique Clothing Warehouse yang kemudian disingkat menjadi Uniqlo. Ada lebih dari 300 toko Uniqlo di seluruh Jepang pada 1998.

"Uniqlo bukanlah perusahaan fashion, melainkan perusahaan teknologi," kata Tadashi, dilansir Money Week.

Terlepas dari nama perusahaan induknya, Tadashi mengatakan bahwa salah besar jika Uniqlo disebut sebagai perusahaan fast fashion. Di sisi lain, Tadashi terkenal sebagai pemimpin yang inspiratif, namun rendah hati sekaligus ambisius.

"Saya mungkin terlihat sukses, tetapi saya telah membuat banyak kesalahan. Orang-orang menganggap kegagalan mereka terlalu serius. Anda harus bersikap positif dan percaya bahwa Anda akan menemukan kesuksesan di lain waktu," kata Yanai kepada majalah Monocle.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler