10 Kelurahan di Yogyakarta Jadi Sasaran Skrining TBC

Petugas puskesmas dikerahkan untuk melakukan skrining TBC.

Reuters
(ILUSTRASI) Tuberkulosis (TBC).
Rep: Antara Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tengah menggencarkan skrining kasus aktif atau Active Case Finding (ACF) tuberkulosis (TBC). Ada sepuluh kelurahan di Kota Yogyakarta yang menjadi sasaran prioritas.

Baca Juga


Menurut Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah, sasaran skrining itu dinilai mempunyai potensi suspek TBC relatif lebih tinggi dibandingkan kelurahan lain. “Kami lakukan pemetaan. Kami lihat ada sekitar 10 kelurahan di delapan kemantren yang memang potensi cukup tinggi. Itu sekarang coba kami sasar,” kata dia, Senin (6/5/2024).

Sepuluh kelurahan itu adalah Bumijo, Prawirodirjan, Pringgokusuman, Kricak, Brontokusuman, Wirogunan, Pakuncen, Tegalpanggung, Klitren, dan Bausasran. Lana mengatakan, tingginya potensi suspek TBC di 10 kelurahan tersebut dapat dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain terkait mobilitas masyarakat yang tinggi. 

“Walaupun secara umum di Kota Yogyakarta mobilitasnya relatif sama, tapi di 10 kelurahan itu memang tinggi, jadi kami coba fokus di situ,” kata Lana.

Menurut Lana, skrining ACF TBC di kelurahan dilakukan dengan mengerahkan petugas puskesmas. Upaya tersebut juga menggandeng tim dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM). Skrining potensi kasus TBC positif, juga kontak eratnya, dilakukan menggunakan rontgen mobil.

Apabila ditemukan kasus positif, Lana mengatakan, petugas akan melakukan penapisan terhadap 15 sampai 20 kontak eratnya. “Apakah di antara mereka itu ada yang positif, atau istilahnya TB laten, jadi dia sudah tertular, tapi belum menunjukkan gejala. Ini, kalau dibiarkan dan tidak diobati dalam lima tahun ke depan, akan menjadi TB aktif,” kata Lana.

Pada 2023, menurut Lana, di Kota Yogyakarta ditemukan 1.746 kasus TBC, yang terdiri atas kasus TBC Sensitif Obat (SO) dan TBC Resisten Obat (RO). Jumlahnya mencapai sekitar 96,79 persen dari target 1.690 temuan kasus TBC tahun itu.

Selain melakukan skrining TBC di kelurahan, menurut Lana, pihaknya juga menyasar warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan para santri di pondok pesantren. “Karena mereka (warga binaan) bersama selama 24 jam dalam jangka waktu panjang, bisa jadi ada orang baru kemudian membawa bakteri TB, itu kita lakukan skrining,” kata dia.

Dinkes Kota Yogyakarta juga mengintensifkan kolaborasi multisektor, termasuk klinik hingga rumah sakit, melalui pendekatan District-based Public Private Mix (DPPM) dalam upaya menekan kasus TBC.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler