Kasus Kesehatan Mental Meningkat, Dosen UMM Jelaskan Penyebab dan Solusinya

jumlah penderita masalah kesehatan mental di Indonesia akan mencapai 3,24 juta orang.

Republika/Putra M. Akbar
Warga diperiksa kesehatan mentalnya dengan metode Heart Rate Variability (HRV) Test di RSUD Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (20/2/2024). RSUD Taman Sari menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan kesehatan mental untuk petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), tim sukses calon legislatif, calon legislatif, tenaga kesehatan dan masyarakat umum, dengan kuota sebanyak 100 orang.
Rep: Dadang Kurnia Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Psikolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nandy Agustin Syakarofath menanggapi jumlah pengidap masalah kesehatan mental atau mental health di Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di mana pada 2024, diperkirakan jumlah penderita masalah kesehatan mental di Indonesia akan mencapai 3,24 juta orang.

Baca Juga


Nandy menjelaskan, peningkatan jumlah pengidap penyakit mental tersebut terjadi di semua kalangan usia, tidak hanya remaja. Meningkatnya populasi yang mengalami gangguan mental tersebut, kata dia, disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya faktor perubahan lingkungan.

"Perubahan lingkungan ini mencakup perubahan sosial, ekonomi, dan perkembangan teknologi. Perubahan gaya hidup, materialisme, dan industrialisasi yang terkait teknologi terkadang memunculkan tekanan sosial dan isolasi sosial sehingga memicu stres depresi hingga bunuh diri," kata dia, Senin (6/5/2024). 

Faktor selanjutnya karena adanya tekanan hidup yang meningkat dari waktu ke waktu seperti persaingan di dalam pendidikan,  pekerjaan, dan kehidupan sosial. Nandy menjelaskan, seseorang yang memiliki tekanan hidup tinggi, termasuk tekanan akademik, ekonomi, dan sosial, bisa memicu peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

"Juga pada individu yang mengalami situasi krisis seperti pandemi, perang, bencana alam. Ini karena menderita dalam situasi yang lama dapat memunculkan kecemasan, stres, dan berbagai isu kesehatan mental lainnya," ujar Nandy.

Nandy melanjutkan, tingginya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan mental juga dipengaruhi keterjangkauan akses layanan kesehatan mental. Alasannya mulai dari tingginya biaya pengobatan, pelabelan negatif dan fasilitas perawatan kesehatan mental yang masih minim di beberapa daerah.

Untuk mengatasi hal ini, Nandy menyampaikan pentingnya upaya yang sifatnya mikro dan makro. Pada level mikro, pengidap harus diajari untuk meningkatkan kapasitas dalam mengelola emosi dan keterampilan koping stres, agar mampu beradaptasi dan menangani stres dalam kehidupan sehari-hari.

"Untuk tingkat makro, pemerintah harus lebih memperhatikan lagi akses terhadap layanan kesehatan mental, promosi lingkungan komunitas yang mendukung, pelatihan tenaga kerja masyarakat, dan pembentukan kebijakan publik yang mendukung kesehatan mental," ucapnya.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler