Tingkatkan Produksi Lewat Pompanisasi, Sekjen Kementan Berbagi Tips dan Pengalaman
Pompanisasi adalah solusi cepat yang dirancang khusus untuk mengatasi kekeringan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan pompanisasi sebagai upaya peningkatan produksi yang sempat turun akibat El Nino panjang beberapa tahun lalu. Kini, program yang digagas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tersebut sudah berjalan hampir di semua provinsi.
Meski demikian, terdapat beberapa perawatan yang wajib dilakukan petani ketika pompa sudah berjalan. Mengenai hal ini, Plt Sekretaris Jenderal Kementan, Prihasto Setyanto berbagi tips dan pengalaman dalam merawat mesin yang perlu dilakukan secara berkala.
"Jadi, pompa seperti ini saya sudah punya pengalaman, saya dulu juga seorang teknisi yang biasa bekerja di sawah, yang biasa menggunakan pompa seperti ini. Menurut saya selama dirawat dengan baik, olinya dijaga dengan baik, ini bisa bertahan tahunan," ujar Prihasto, Ahad (5/5/2024).
Prohasto mengatakan, pompanisasi adalah solusi cepat yang dirancang khusus untuk mengatasi kekeringan dengan memanfaatkan air sungai basah alias sungai yang tidak pernah kering. Dengan pompa, indeks pertanaman yang tadinya satu kali bisa meningkat jadi tiga kali.
Diketahui, saat ini ada sekitar 3 juta hektare lahan tadah hujan yang dapat ditingkatkan IP dan produktivitasnya. Lahan tadah hujan untuk wilayah Jawa Tengah sendiri kurang lebih mencapai 267.655 hektare.
"Berdasarkan pencatatan pelaporan yang ada, di Kabupaten Purbalingga ini baru 10 hektare. Karena itu, saya datang di sini siap untuk memfasilitasi bapak/ibu semua. Tapi, tolong saya juga dibantu, agar apa yang sudah diberikan kepada masyarakat itu betul-betul dimanfaatkan dan dijaga," katanya.
Selain itu, kata Prihasto, pemeriksaan air juga menjadi faktor penting yang harus dilakukan para petani. Ketersediaan air sangat penting dalam menentukan naik tidaknya indeks pertanaman dan perluasan areal tanam (PAT).
"Jangan sampai ketika nyedot, airnya malah tidak ada. Misalnya pakai air tanah, lupa ternyata debit air tanahnya sudah berkurang. Mesin nyala terus, tidak ada yang disedot. Panas, akhirnya jebol mesinnya, Pak. Ini pengalaman saya dan harus menjadi perhatian," katanya.
Prihasto menambahkan para petani bisa membangun rumah pompa secara permanen apabila debit air di sungai yang ada dalam kondisi melimpah. Adapun pompa yang bisa digunakan harus berukuran besar seperti 4 inci hingga 8 inci.
"Saran saya lebih baik dibuat permanen saja. Manfaatkan kebersamaan antara anggota untuk bangun rumah pompanya, yuk, bangun fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Karena apa? Kalau yang ukuran 4 inci saja, dengan mesin kurang lebih sekitar 8,5 pk, tu saja beratnya itu hampir 200 kilo. Saya dulu juga biasa mengangkat-angkat mesin itu. Kalau yang 8 inci lebih berat lagi hampir lebih dari 500 kilo itu. Lebih baik ditaruh di tempat yang permanen. Tapi pastikan di tempat permanen tersebut airnya cukup, debit airnya cukup," katanya.
Terakhir, Prihasto memastikan dirinya sudah berkeliling ke lebih dari 10 kabupaten di Jawa. Langkah ini perlu dilakukan untuk memastikan pompanisasi berjalan sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan mampu mengoptimalkan lahan tadah hujan sehingga mampu meningkatkan IP dan produktivitas.
"Saya sudah ke Pati, Blora, Bulogan, Rembang, Pemalang, Pekalongan, kemarin ke kebumen, Banyumas, Cilacap. Minggu depan saya kelilingi lagi, pokoknya Jawa Tengah mau saya jamah untuk memastikan produksi berjalan dengan baik," katanya.