Israel Diminta Tahan Diri untuk tak Invasi 'Kota Anak' Rafah
UNICEF kembali menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) James Elder meminta Israel menahan diri untuk tidak menginvasi kota Rafah di Gaza, yang disebutnya sebagai "Kota Anak-Anak". Elder juga mengkritik Israel atas pengabaian peringatannya.
“Kekhawatiran terburuk kami, mimpi buruk rakyat Gaza, tampaknya telah menjadi kenyataan,” kata James Elder dalam konferensi pers PBB di Jenewa, Rabu (8/5/2024).
Pejabat UNICEF tersebut menyebut Rafah sebagai kota anak-anak, dan mengatakan kota itu tidak boleh diserang serta bantuan kemanusiaan harus dilanjutkan ke sana. Elder mengatakan sejauh ini, setiap peringatan dan data mengejutkan tentang jumlah anak-anak dan ibu yang terbunuh serta hancurnya rumah dan rumah sakit, telah diabaikan oleh pihak Israel.
Ia mengacu pada kematian dan kehancuran yang disebabkan oleh gencarnya pemboman dan penembakan Israel di Gaza selama sekitar tujuh bulan terakhir. Elder melanjutkan bahwa Rafah adalah lokasi bagi rumah sakit terakhir yang tersisa di Gaza yakni Rumah Sakit Eropa.
UNICEF sebelumnya telah memperingatkan bahwa pengepungan militer terhadap rezim Zionis dan serangan darat di Rafah akan menimbulkan risiko bencana bagi 600 ribu anak yang kini mengungsi di kota tersebut. Dalam pernyataannya, UNICEF memperingatkan bahwa ada lebih banyak bencana yang menanti anak-anak karena padatnya warga di Rafah, termasuk orang-orang yang sangat rentan, dan kemungkinan meningkatnya kekerasan serta kemungkinan adanya perpindahan pengungsi.
UNICEF kembali menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, dan menyebutkan sekitar 78 ribu bayi di bawah usia dua tahun serta sekitar 175 ribu anak di bawah usia lima tahun, dengan 9 dari 10 di antaranya menderita penyakit menular, karena kurangnya obat-obatan dan klinik.
Sumber: IRNA-OANA