Kericuhan di Pamulang, Ketum LD PBNU Imbau Umat Beragama Jaga Kerukunan

Semua pihak harus saling menghargai ketika terjun di tengah-tengah masyarakat.

Republika/Ali Mansur
Kondisi rumah kontrakan tempat kejadian perkara (TKP) kericuhan antara sejumlah mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) dengan warga di Jalan Ampera RT 007/RW 002 Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (8/5/2024).
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) mengimbau kepada umat beragama di Indonesia agar selalu menjaga kerukunan, khususnya setelah adanya kericuhan antara sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) dengan warga di Pamulang pada Ahad (5/5/2024) kemarin.

Baca Juga


Menurut dia, semua pihak harus saling menghargai ketika terjun di tengah-tengah masyarakat agar kasus seperti itu tidak terulang lagi. 

“Untuk menjaga kerukunan antarumat bergama bahkan internal umat beragama, kita harus menghargai apa yang menjadi hak privasi orang lain, di samping kita menjunjung tinggi hak privasi kita,” ujar Gus Aab kepada Republika.co.id, Jumat (10/5/2024).

Dia mengatakan, bentrokan umat beragama di Indonesia tidak boleh terjssi hanya karena mementingkan diri sendiri. 

"Tidak boleh terjadi benturan dengan apa yang selama ini sudah dijaga dan dipedomani untuk menunjang kondusivitas. Itu yang lebih utama daripada sekadar mengejar fadhilah ibadah dengan caranya sendiri, yang ia yakini di situ ada keutamaan tapi menimbulkan gangguan dan konflik sosial," ucap Gus Aab yang saat masih dalam masa pemulihan akibat terjadi kecelakaan pada awal tahun ini. 

Jika bentrokan seperti itu terjadi, menurut dia, maka masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam tidak lulus dalam mengamalkan empat kesalehan yang terdapat dalam Alquran. 

"Berarti dia tidak lulus dalam empat kesalehan. Dia mampu mencapai kesalehan ritual versi dirinya tapi dia tidak mampu menjaga kesalehan sosial bahkan dia merusak tatanan yang ada di tengah masyarakat,” kata Gus Aab.

Dia menjelaskan, di dalam Alquran terdapat empat kesalehan yang selama ini jarang disebut. Dalam surat Al Qashah ayat 77, Allah SWT berfirman:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Berdasarkan ayat tersebut, menurut dia, terdapat empat keselehan dalam Islam. Pertama, yaitu kesalehan ritual terkait dengan hubungan manusia dengan Allah. Kedua, kesalehan individual terkait hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Yang ketiga, kesalehan sosial hubungan manusia dengan orang lain. Sedangkan yang keempat adalah kesalehan natural, yakni hubungan manusia dengan lingkungan dan alam.

“Memang secara dhahir ayat itu menegaskan agar jangan membuat kerusakan di muka bumi. Tetapi ada pengertian metaforanya, jangan membuat kerusakan itu adalah jangan menciptakan ketegangan-ketegangan sosial di tengah tatanan masyarakat yang sudah kondusif,” jelas Gus Aab.

Di Indonesia sendiri, menurut dia, sudah ada peribahasa yang sangat populer yaitu "Di Mana Bumi Dipijak Di Situ Langit Dijunjung Tinggi". Karena itu, dia pun mengimbau kepada para pendatang untuk selalu menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. 

"Kita harus mengadaptasikan diri dengan satu lingkungan, jangan membuat keresahan-keresahan sosial yang di situ akibat dari apa yang kita lakukan," kata Gus Aab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler