Gaya Hidup Ramah Lingkungan Jadi Keseharian Masyarakat di Finlandia
Masyarakat Finlandia sudah mencapai kesadaran memilih gaya hidup ramah lingkungan.
REPUBLIKA.CO.ID, Jurnalis Republika Intan Pratiwi melaporkan dari Helsinki, Finlandia
Sebagai negara paling bahagia di dunia, masyarakat Finlandia sudah mencapai kesadaran komunal untuk memilih gaya hidup ramah lingkungan dalam kesehariannya. Seperti memilih makanan apa yang dikonsumsi, menjadi vegetarian, bahkan memilih gaya hidup yang rendah emisi dan minim sampah.
Saat berkunjung ke Finlandia, jarang saya temui sampah berserakan di jalan-jalan. Hal ini terlihat sekali, dari kesadaran masyarakat membuang sampah sesuai kategori sampah yang mereka miliki. Kemasan plastik akan otomatis dibuang ke keranjang yang tertanda plastik begitu juga dengan jenis sampah lain.
Setidaknya ada empat kategori keranjang sampah, plastik, kertas, organik dan besi. Orang orang di Finlandia tak perlu berhenti sejenak untuk melihat tanda di keranjang. Secara otomatis mereka membuang sampah sesuai jenisnya.
"Kami rasa ini sudah menjadi kesadaran komunal bagi kami bahwa sampah yang memang harus dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Justru kami menilai, adalah tindakan yang bodoh ketika salah memilih tempat sampah. Itu hal yang sangat sederhana," kata Helena, salah satu warga yang ditemui di kota Helsinki.
Kesadaran masyarakat kemudian mampu mendukung pemerintah melaksanakan kebijakan pengelolaan sampah yang lebih teorganisasi. Sebab, justru sampah menjadi barang yang penting di negara paling bahagia di dunia ini. Sampah akan dikelola oleh pemerintah untuk menjadi salah satu bahan baku sumber energi. Penghangat serta listrik di Finlandia dihasilkan dari pengolahan sampah.
Sara, salah satu anggota Helsinki Partner yang menjadi pendamping selama perjalanan di Helsinki menceritakan gaya hidup eco-lifestyle sudah banyak dianut oleh masyarakat Finlandia. Sara menjelaskan banyak sekali NGO dan juga rumah belajar yang mengusung isu mitigasi iklim dalam pembahasannya.
"Bagi kami di sini, mitigasi iklim sudah menjadi keseharian. Sudah menjadi pespektif yang cukup besar di masyarakat bahwa minimal kita tidak menambah sampah," kata Sara menjelaskan.
Sampah menjadi uang
Pemerintah Finlandia juga memiliki kebijakan yang bisa mengubah sampah menjadi lebih bernilai. Seperti misalnya ada supermarket Bernama Redi Shopping Centre. Redi menerapkan kebijakan turunan dari pemerintah Finlandia terkait pengelolaan sampah. Direktur ICT dan Komunikasi Redi Shopping Centre, Tommi Vihavainen, menjelaskan Redi mengimbau kepada seluruh produsen minuman kemasan untuk menampilkan logo deposito.
Misalnya, minuman kemasan merek Fanta. Satu botol Fanta dibanderol 4,2 euro, di mana setiap botol habis pakai yang dikembalikan ke supermarket, maka masyarakat bisa mendapatkan kembali 0,2 sen euro-nya.
"Kami membuat botol plastik ini menjadi uang. Di mana para pelanggan tak lagi sembarangan membuang bekas botolnya. Tetapi mengembalikannya ke mesin khusus untuk mengumpulkan sampah. Di sana, masyarakat bisa mendapatkan lagi uang mereka," kata Tommi.
Mekanisme yang sudah dijalankan sejak tahun 2018 ini sukses menarik minat masyarakat Finlandia. Bahkan saat ini 82 persen botol bekas pakai Kembali ke Redi. Tak hanya botol, kaleng bir, kaleng makanan kemasan, hingga plastik semua Kembali ke mesin.
Pada mesin pengumpul, memisahkan mana sampah plastik, mana sampah besi. Kemudian, pengelompokan tersebut memudahkan perusahaan pengelola sampah untuk mengambil dan mengolahnya Kembali.
"Bahkan botol yang anda gunakan sekarang merupakan hasil daur ulang. Hangat yang anda rasakan saat ini di ruangan juga bersumber dari energi sampah," kata Tommi.
Tommi juga menjelaskan tak jarang budaya ini justru jadi peluang bagi anak muda di Finlandia. Terutama saat musim panas tiba dan budaya piknik dilakukan oleh masyarakat Finlandia. Para pemuda berburu plastik bekas pakai untuk bisa dikumpulkan dan dimasukan ke dalam mesin pengumpul sampah. Nantinya, di kasir, mereka bisa menukarkan deposit uang tersebut dan menjadi tambahan uang jajan untuk para anak muda.
Pengolahan makanan minim sampah... (baca di halaman selanjutnya)
Pengolahan makanan minim sampah
Tak hanya membuang sampah, gaya hidup hijau bahkan terinternalisasi hingga restoran. Makanan, yang menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat ini ternyata juga menjadi preferensi sendiri bagi masyarakat Finlandia.
Saya sempat mengunjungi Noula. Noula merupakan salah satu restoran di Finlandia yang menyuguhkan konsep zero waste. Noula menerapkan seminim mungkin menghasilkan sampah. Coco, HeadChef dari Noula menjelaskan mereka terbiasa untuk mengambil sayur-sayuran dari produsen yang juga memiliki visi yang sama, yaitu menerapkan zero waste. Coco menjelaskan sebatang wortel akan semaksimal mungkin dimanfaatkan oleh Noula untuk menjadi hidangan. Seperti misalnya, kulit wortel tidak serta dibuang oleh Noula, kulit wortel biasa digunakan untuk ditambahkan dalam rebusan kaldu, ataupun sebagai bahan pewarna alami.
"Kami memaksimalkan seluruh komponen sayur-sayuran. Misalkan, coklat. Kami juga menggunakan cangkang coklat maupun kacang kacangan untuk kemudian menjadi pewarna makanan ataupun penambah rasa dari seluruh kaldu kami," kata Coco.
Sisa ampas dari proses pengolahan juga mereka kumpulkan untuk dibuat pupuk kompos. Bank kompos yang Noula miliki bahkan menggunakan sistem antibau dan berada di tengah ruang makan para pelanggan. Tak ada masalah dari hal tersebut, justru tak jarang menjadi alasan bagi para pelanggan untuk mengetahui secara langsung proses masak, hingga pengolahan sampah Noula.
"Hal tersebut menambah rasa tersendiri bagi para pelanggan. Maka pelanggan kami merasa tidak turut menambah jumlah sampah di dunia ini. Mengingat, komposisi sampah makanan merupakan yang terbesar di seluruh dunia saat ini," kata Coco.
Coco juga menjelaskan mereka terbiasa menawarkan makanan yang memang menjadi musim sayuran saat ini. Hal tersebut meminimalisir adanya bahan baku yang dipaksakan ada. Justru speciality menu dari Noula, seluruh pelanggan bisa menikmati sajian yang berbeda bergantung pada musim.
Senior Lead, Nature and The Economy SITRA, Jarrod Luxton, menjelaskan keikutsertaan masyarakat beralih ke gaya hidup hijau merupakan salah satu pendukung Finlandia mencapai target Net Zero Emission (NZE). Prinsip ekonomi sirkular tidak bisa terjadi tanpa keterlibatan langsung masyarakat.
"Tentu saja berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak akan bisa berjalan tanpa adanya keterlibatan langsung masyarakat. Kelak, keterlibatan masyarakat juga mampu mendorong green economy yang saat ini sedang ramai digaungkan berbagai negara," kata Jarrod.
Indonesia juga punya aplikasi pengelolaan sampah
Budaya mengelola sampah bukan barang yang baru juga di Indonesia. Meski salah satu pekerjaan rumah di Indonesia, Gerakan pengelolaan sampah belum menjadi kebijakan yang massif dilakukan oleh seluruh masyarakat.
Indonesia punya Plasticpay. Plasticpay berfokus pada konsep Reverse Vending Machine (RVM), sebuah mesin penjualan otomatis yang memungkinkan masyarakat menukarkan sampah botol plastik dengan poin di aplikasi Plasticpay yang kemudian bisa ditukar menjadi rupiah.
Platform yang sudah berdiri sejak tahun 2020 berusaha hadir untuk bisa mengajak masyarakat mengurangi sampah, terutama sampah plastik. Sebab, Indonesia mampu menghasilkan 64 juta metrik ton sampah plastik per tahun.
Sejak tahun 2020 hingga tahun 2023, Plasticpay telah berhasil memilah dan mendaur ulang sekitar 77,2 ton sampah botol plastik, mengubahnya menjadi produk upcycle yang memiliki nilai tambah.
Plasticpay telah menggandeng banyak pihak untuk bisa menggunakan RVM untuk mereduksi sampah. Misalnya, melalui program Trash4Cash, Corporate Communication Plasticpay, Imam Pesuwaryantoro Plasticpay mengurangi sampah plastik yang ada di Indonesia. Imam berharap, program Trash4Cash bisa membuat sampah plastik terolah dengan baik dan tidak berakhir di TPA, daratan, dan bahkan lautan.
“Hadirnya program ini diharapkan bisa mengubah perilaku, mengubah masyarakat untuk bisa lebih bertanggung jawab terhadap sampah plastik yang dihasilkan, dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya. Kalau botol plastik bisa ditukarkan di vending machine ini,” kata Imam.
Imam menjelaskan bahwa setiap sampah plastik yang ditukarkan akan mendapat Plasticpay Poin senilai Rp 56 yang bisa di-redeem ke berbagai e-wallet. Adapun sampah plastik yang sudah terkumpul kemudian akan didaur ulang, diubah menjadi butiran, Recycled Polyester Staple Fiber (Re-PSF), benang, serta kain.