Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW Kerap Disalahpahami, Begini Maksudnya

Kehidupan Nabi Muhammad SAW penuh dengan kesederhanaan.

republika
Nabi Muhammad (ilustrasi)
Rep: Umar Mukhtar Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sulitnya keuangan rumah tangga pernah dialami oleh keluarga Nabi Muhammad SAW. Dapur keluarga Nabi SAW pernah tidak ngebul, alias tidak bisa memasak karena tidak ada uang.

Baca Juga


Meskipun menjadi Rasulullah dan pemimpin umat Islam, kehidupan Nabi Muhammad SAW penuh dengan kesederhanaan, dan bahkan jauh dari kecukupan. Ini mengajarkan umat Islam tentang pentingnya kesabaran, ketawakalan, dan rasa syukur dalam menghadapi cobaan hidup.

Walaupun menghadapi kesulitan ekonomi, Nabi Muhammad SAW dan keluarganya tetap menjalani hidup dengan penuh iman dan keyakinan kepada Allah SWT. Inilah yang juga menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk tidak berputus asa dan selalu bersyukur atas rezeki yang ada, seberapa pun kecilnya.

Diceritakan oleh istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah RA, dia berkata, "Kami keluarga Muhammad SAW pernah selama sebulan tidak menyalakan api (untuk memasak) selain hanya makan kurma dengan air." (HR Muslim)

Riwayat lain melengkapi hadits tersebut, Aisyah RA berkata, "Terkadang beberapa tetangga Rasulullah SAW dari golongan Anshor yang memiliki domba suka mengirimkan susu kepada kami untuk diminum."

Dalam riwayat Aisyah RA yang lain, dia berkata, "Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dengan roti gandum selama dua hari berturut-turut hingga Rasulullah SAW wafat." (HR Muslim)

Nabi Muhammad SAW pernah berdoa agar rezeki yang dilimpahkan Allah SWT kepada keluarganya dapat membuat mereka kuat. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad dapat menguatkan badan dan memadai." (HR Muslim)

Rasulullah SAW selama hidupnya selalu makan dengan lahap makanan apa saja yang dihidangkan dan tidak pernah mencela atau mengkritik makanan yang dihidangkan. Dari Aisyah RA, dia berkata, "Beliau SAW tidak pernah mengeluh ihwal makanan meski sedikit pun."

Meski begitu, riwayat-riwayat tersebut bukanlah untuk mengajarkan umat Muslim untuk hidup melarat atau miskin. Hadits-hadits tersebut adalah pesan untuk tetap rendah hati dan hidup sederhana serta peduli antarsesama.

Nabi SAW memang pernah berdoa agar ia hidup dalam keadaan miskin dan matinya pun dalam keadaan miskin. Sebagaimana hadits berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّهُمْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا يَا عَائِشَةُ لَا تَرُدِّي الْمِسْكِينَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ يَا عَائِشَةُ أَحِبِّي الْمَسَاكِينَ وَقَرِّبِيهِمْ فَإِنَّ اللَّهَ يُقَرِّبُكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam membaca doa ALLAAHUMMA AHYINII MISKIINAW WA AMITNII MISKIINAW WAHSYURNII FI ZUMRATIL MASAAKIINI YAUMAL QIYAAMATI (Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan wafatkanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku pada hari kiamat bersama golongan orang orang miskin).

Kemudian Aisyah RA bertanya, "Mengapa engkau berdoa begitu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah, janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Cintailah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkan kamu pada hari kiamat."

Ulama hadits Indonesia, almarhum Prof KH Ali Mustafa Yaqub pernah menjelaskan hadits tersebut dengan menukil pendapat Al-Qutaibiy, bahwa kata miskin dalam hadis itu menggunakan kosa kata al-sukun yang berarti khusyu' dan tawadhu. Dengan demikian, miskin di situ bukan berarti kemelaratan, melainkan ketenangan, kekhusyuan dan kerendahan hati.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mereka yang mendapatkan kekhusyuan, ketenangan hidup dan kerendahan hati adalah orang-orang bawah, wong cilik, atau orang yang tidak kaya raya. Para pengikut Nabi Muhammad adalah wong cilik atau kelompok menengah ke bawah, tetapi merekalah yang aktif sholat berjamaah di masjid-masjid.

Menurut Kiai Ali Mustafa, sangatlah wajar jika Nabi SAW berdoa meminta kemiskinan seperti itu. Semua orang di dunia mungkin tidak ada yang mau hidup miskin. Semua berupaya mengentaskan diri dari kemiskinan. Tetapi, Allah yang berkehendak.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler