WWF Inisiasi Pusat Ketahanan Air dan Iklim di Asia Pasifik
Kemitraan sangat penting untuk mengatasi krisis air dan iklim secara efektif.
REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG – World Water Forum ke-10 menggagas pembentukan Pusat Keunggulan Ketahanan Air dan Iklim atau Center of Excellence (CoE) on Water and Climate Resilience di kawasan Asia Pasifik. Pusat Unggulan ini dinilai akan menjadi platform kolaborasi bagi negara-negara di dunia belahan selatan yang sering mengalami masalah kebencanaan terkait dengan air dan pengelolaan air.
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam Special Session 9 World Water Forum ke-10 di Ruang Pecatu 3, Bali Nusa Dua Convention Center 2 (BNDCC 2), Bali, Rabu (22/5/2024). “Kolaborasi dan kemitraan adalah hal yang terpenting dalam CoE. Hal ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, sektor swasta, dan akademisi,” kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan bahwa kemitraan sangat penting untuk memanfaatkan berbagai sumber daya, keahlian, dan teknologi yang diperlukan agar CoE mampu mengatasi berbagai masalah terkait air dan iklim secara efektif. Sebagai negara kepulauan, lanjut Dwikorita, Indonesia berada di garda depan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan iklim ini.
Lebih lanjut dia menyampaikan ada banyak tantangan yang dihadapi Indonesia dalam 30 tahun terakhir mengatasi krisis air. Namun Indonesia terus memiliki inovasi pengembangan teknologi dan melakukan pengembangan penelitian.
Dwikorita juga menuturkan setiap negara sebenarnya sudah memiliki CoE masing-masing, misalnya Indonesia dengan CoE Weather and Climate yang fokus untuk melatih kepakaran dalam bidang sumber daya manusia dan mendapatkan dukungan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). "Lebih dari 13 tahun juga sudah ada Sabo Center, di mana teknologi Sabo diperkenalkan kepada pakar-pakar muda di bidang terkait di Asia Pasifik dan Afrika," kata dia.
Sebagai informasi, sabo berasal dari dua kata dalam bahasa Jepang yaitu “sa” yang berarti pasir dan “bo” yang berarti pengendalian. Teknologi sabo adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengantisipasi aliran debris dan pengendalian sedimen dalam suatu bentang alam, khususnya sungai pada gunung.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja mengatakan bahwa CoE menjadi jawaban dari tantangan iklim yang kita hadapi sekarang di dunia. Endra mengatakan bahwa dalam pendirian CoE itu, Indonesia akan menyasar penguatan kerja sama Selatan-Selatan atau South-South Cooperation (SSC).
Melalui CoE, kata Endra, negara-negara Selatan yang memiliki masalah terkait banjir, sedimen akibat erupsi yang merusak sungai, dan masalah pengelolaan air lainnya akan saling mengedukasi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman untuk mencari solusi terbaik yang dapat diimplementasikan secara nyata.
“Centre of Excellence ini adalah jawaban dari tantangan iklim yang kita hadapi sekarang di dunia,” ujar dia