Nabi Muhammad SAW, Reformis Sejati Tak Terbantahkan

Kemusyrikan merajalela, umat resah tak bertepi. Egoisme pribadi dan komunitas berlaku tanpa akal sehat. Peperangan antarsuku terus terjadi, Ini zaman penuh kerusakan,

network /Mursalin Yasland
.
Rep: Mursalin Yasland Red: Partner
Kubah hijau di Masjid Nabawi, terdapat makam Nabi Muhammad SAW. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Oleh Mursalin Yasland


Sepeninggal Nabi Isa ‘Alaihissalam (AS), sekira 600 tahun lamanya sangat khatam menjahiliyyahkan bangsa Arab saat itu. Ketauhidan, ibadah, dan muamalah umat kala itu tereduksi dengan campur tangan tingkah pola manusia. Kehidupan manusia jauh dari peradaban agama samawi, semua ditentukan manusia. Sang Pencipta hanya sandaran belaka, kepatuhan hanya berlaku pada berhala-berhala dan boneka-boneka pajangan.

Manusia kehilangan pegangan dan arah. Petunjuk agama melalui kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Quran, telah lenyap ditelan zaman. Orang hanya percaya orang, orang hanya percaya paganisme. Kemunculan keanehan alam sejagat raya ini selalu dikaitkan dengan meninggalnya petinggi atau anak petinggi bangsa zaman itu.

Kemusyrikan merajalela. Keresahan umat tak bertepi. Semua mengedepankan egoisme pribadi dan komunitas, tanpa akal sehat. Peperangan antarsuku semenanjung Arab kerap terjadi, tanpa kemenangan mutlak dan abadi. Inilah zaman penuh kerusakan. Peradaban tak lagi sempurna. Siapa kuat dia berkuasa, siapa hebat dia menang. Yang kecil diinjak, yang besar disanjung.

Kakbah, sepeninggal Nabi Ibrahim AS, hanya menjadi bualan masyarakat saat itu. Mereka melakukan tawaf (tanpa busana) mengelilingi Kakbah tujuh kali hanya tradisi dan ritual tanpa rujukan dan syariat. Kiblat shalat umat Islam saat ini, pada peradaban masyarakat jahiliyah kala itu dijadikan ritual terhormat dengan membuka aurat. Dari ke hari, mereka menjauh dari akal sehat dan peradaban.

Ritual tawaf mengelilingi Kakbah yang diajarkan Nabi Ibrahim AS, telah diselewengkan mereka. Sekitar Kakbah, berdiri berhala-berhala yang disembah. Seperti Latta, Uzza, dan Manat. Tiga nama tersebut sejarahnya adalah orang shalih zaman dulu, namun saking taklidnya mereka, sampai dibuatkan lukisan wajahnya, dan berujung berhala-berhala yang disembah dan disanjung.

Ulama zaman jahiliyah yang tersisa kala itu, seperti Pendeta Buhaira, Abdullah bin Salam (pendeta Yahudi yang akhirnya memeluk Islam), dan Waraqah bin Naufal, tak lagi didengar dan dipatuhi umatnya. Para ulama itupun tak kuasa membendung arus jahiliyah bangsa Arab saat itu .

Manusia tanpa aturan akan menjadi seperti binatang. Binatang cuma tidak memiliki akal dan pikiran, hanya hawa nafsu. Sedangkan manusia memiliki akal dan nafsu. Nafsu melebihi akalnya akan menjadi kejahatan melebihi binatang buas nan liar. Jika tidak diatur, manusia akan semena-mena.


Kitab-kitab samawi zaman lampau telah mengisyaratkan akan datang pemimpin dari bangsa Arab. Para pembesar waktu selalu menyelewengkan isi kitabnya terkait dengan kedatangan Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW). Sebagian orang merindukan kedatangan sosok lelaki yang akan membimbing mereka. Sebagian lainnya gerasa gerusuk menyimpan kedatangan sosok tersebut dengan berbagai dalih.

Allah Subhanahuwata’ala (SWT) turunkan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, penutup para nabi. Melalui wahyu yang diturunkan melalui Malaikat Jibril AS, Muhammad SAW sendirian mereformasi kondisi bangsa Arab yang telah rusak parah peradabannya. Dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi) sampai zahariyyah (terang-terangan) dijalani dengan penuh tantangan dan cobaan. Tekadnya mengembalikan perilaku jahiliyah ke zaman terang benderang.

Beliau mulai meletakkan sendi-sendi kehidupan beragama, berbudaya, dan bermuamalah di masing-masing hati pengikutnya. Sedikit demi sedikit, ia mengikis tatanan kemusyrikan bangsa Arab yang telah mendarah daging menjadi beraqidah, bertauhid. Dia juga menanam pondasi di relung-relung hati bangsanya kalimat: "Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah".

Dengan bimbingan Allah SWT melalui wahyu-Nya, Muhammad SAW menapaki kehidupan baru. Perangkat lunak (software) dan keras (hardware) menjadi "senjata" dirinya untuk melangkah dari jahiliyah menuju peradaban mulia dan bermartabat. Lebih dari seribu mukjizat Nabi Muhammad SAW, sebagai software, dan prima kondisi fisiknya menjadi hardware.

Selama 13 tahun berdakwah memperbaiki akhlak manusia di Makkah, Muhammad SAW mendapat perlawanan kaum kafir qurasyi yang tiada akhir. Pertentangan dakwah tauhidnya justru mulai datang dari dalam lingkungan keluarga hingga meluas ke kaummnya. Hingga akhirnya Muhammad SAW dan pengikut setia dakwahnya hijrah ke Madinah. Beliau, sahabat, dan pengikut ajarannya pindah dari kota kelahiran tercintanya, pergi meninggalkan rumah dan harta mereka, hanya ingin menyelamatkan agama yang telah dianutnya.

Kedatangan rombongan kaum Muhajirin Makkah disambut antusias kaum Anshor di Madinah. Tatanan kehidupan secara islami dibangun Nabi bersama sahabat-sahabatnya di kota tersebut selama 10 tahun, hingga dakwah Islam menyebar luas seantero dunia. Kerajaan Romawi dan Persia takluk di bawah kekuasaan Islam, hingga akhirnya Kota Makkah dikuasai kembali umat Islam. Itulah yang dikenal peristiwa Fathuh Makkah.

Pasca-itu 23 tahun dakwah dan perjuangan Nabi SAW dan para sahabat rodhiyallahuanhum (RA), kejayaan Islam dan dakwahnya berkembang pesat di berbagai bidang dan sektor kehidupan. Islam menguasai dua per tiga wilayah dunia dan bertahan lama sampai 13 abad. Semua itu, tersimpan fakta sejarahnya dan tidak bisa dibantah oleh siapapun, hingga runtuhnya masa khilafah Turki Utsmani atau Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman) pada 3 Maret 1924. Meski kekhalifahan sudah tidak ada lagi, tapi dakwah Nabi SAW masih berlangsung hingga dunia ini berakhir. Allahua'lam bishawab.

sumber : https://sumatralink.id/posts/309605/nabi-muhammad-saw-reformis-sejati-tak-terbantahkan
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler