Allah Menguji Manusia Lewat Takaran Rezeki yang Berbeda-beda
Karenanya tak perlu iri dan dengki atas rezeki orang lain.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT telah menentukan takaran rezeki setiap manusia. Karenanya tak perlu iri dan dengki atas rezeki orang lain. Allah pasti mempunyai maksud tertentu mengapa takaran rezeki masing-masing orang berbeda-beda.
Irwan Kurniawan dalam bukunya Mengetuk Pintu Rezeki mengatakan Allah perbedaan takaran rezeki terhadap masing-masing orang untuk menguji karunia-Nya yang diberikan kepada mereka dan kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka. Dengan begitu dapat dilihat bagaimana mereka dapat bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.
Irwan menambahkan takaran rezeki yang berbeda Allah juga akan melihat apakah manusia mengkufuri nikmat Allah. Allah menguji manusia dengan kesempitan yang diberikan oleh Allah Swt. Apakah mereka bisa menerima dan sabar atas kesempitan yang didapatkan. Atau justru sebaliknya mereka tidak menerima dengan kesempitan hidup dan rezeki yang dirasakannya.
Menurut Irwan, masing-masing orang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Kesempatan orang menjadi produktif pun tak sama. Pun dengan peluang mendapat pekerjaan yang berbeda.
Dan sesungguhnya Allah Swt memberikan rezeki dan kehidupan yang lapang kepada sekelompok orang bukan semata-mata karena pantas mendapatkannya. Sebaliknya, Allah memberikan rezeki yang sempit kepada sekelompok orang tertentu bukan karena kekurangannya saja.
Selanjutnya...
Allah lewat firmannya dalam Surah al-Anbiya' ayat 35 telah menunjukkan tentang ujian Allah lewat kesempitan hidup. Ayat tersebut berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Kullu nafsin żā'iqatul-maut(i), wa nablūkum bisy-syarri wal-khairi fitnah(tan), wa ilainā turja‘ūn(a).
Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan."
Irwan menambahkan hikmah dibalik perbedaan takaran rezeki adalah menciptakan keseimbangan dalam kehidupan dan menumpas kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat kejahatan dan kerusakan. Namun, sejatinya Allah telah mengukur setiap takaran rezeki yang diberikan kepada manusia.
Surah asy-Syura ayat 27 telah menyebutkan bagaimana Allah memberikan takaran rezeki. Ayat tersebut berbunyi:
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
Wa lau basaṭallāhur rizqa li‘ibādihī labagau fil-arḍi wa lākiy yunazzilu biqadarim mā yasyā'(u), innahū bi‘ibādihī khabīrum baṣīr(un).
Artinya: "Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya."