Perubahan Iklim Memperburuk Bencana Banjir di Brasil
Deforestasi dan cepatnya urbanisasi juga meningkatkan dampak bencana.
REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Sekelompok ilmuwan internasional mengatakan perubahan iklim mendorong banjir yang menghancurkan selatan Brasil baru-baru ini menjadi dua kali lipat lebih mungkin terjadi. Para ilmuwan itu menambahkan, hujan deras juga semakin intensif karena fenomena alam El Nino.
Lebih dari 170 orang tewas dan hampir 580 ribu orang mengungsi usai badai dan banjir melanda Negara Bagian Rio Grande di selatan Brasil bulan lalu. Pihak berwenang setempat menggambarkan bencana itu sebagai bencana alam terburuk dalam sejarah daerah tersebut.
Kelompok ilmuwan yang tergabung dalam World Weather Attribution mengatakan, dalam kondisi iklim yang sekarang, kemungkinan hujan deras dapat menenggelamkan seluruh kota dan menghancurkan infrastruktur-infrastruktur vital yang sebelumnya sangat jarang terjadi. Mereka memperkirakan bencana seperti ini kemungkinan hanya terjadi satu kali setiap 100 sampai 250 tahun sekali.
Namun, potensinya akan jauh lebih jarang lagi tanpa dampak pembakaran bahan bakar fosil. Berdasarkan gabungan antara pengamatan cuaca dan hasil dari model-model simulasi iklim, para ilmuwan mengestimasi perubahan iklim membuat bencana alam di selatan Brasil dua kali lipat lebih mungkin terjadi, dengan intensitas 6 sampai 9 persen lebih tinggi.
"Iklim di Brasil sudah berubah. Studi atribusi ini menegaskan aktivitas manusia berkontribusi pada kejadian ekstrem yang lebih intens dan sering terjadi, yang menyoroti kerentanan negara ini terhadap perubahan iklim,” kata peneliti di pusat penelitian antariksa Brasil, INPE, Lincoln Alves, Senin (3/5/2024).
Para ilmuwan mengatakan, fenomena El Nino yang berkontribusi terhadap suhu yang lebih tinggi di banyak bagian dunia dan meningkatkan curah hujan serta risiko banjir di beberapa bagian Amerika, juga berperan dalam bencana baru-baru ini. Studi tersebut memperkirakan El Nino meningkatkan kemungkinan bencana seperti di Brasil hingga dua sampai lima kali lipat. Selain itu, bisa menaikkan curah hujan antara 3 sampai 10 persen lebih intens.
Para ilmuwan mengatakan, deforestasi dan cepatnya urbanisasi di kota-kota seperti di Ibu Kota Rio Grande, Porto Alegre yang dihuni 1,3 juta jiwa, juga meningkatkan dampak bencana.
Peneliti dari Federal University of Santa Catarina Regina Rodriguez mengatakan, pemeliharaan yang baik untuk melindungi infrastruktur terhadap banjir dan perencanaan perkotaan yang tepat perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana ekstrem.