Ilmu Ini Membuat Seorang Raja Senang Disebut Maniak Zina
Ada orang ahli membaca kepribadian orang lain sehingga mengetahui kebiasaan berzina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Biasanya seorang raja senang dipuji dan dihormati. Sebaliknya, dia tidak suka apabila ada orang yang mengetahui keburukannya.
Namun, Syaikhul Islam Fakhruddin ar-Razi (abad ke-12 hingga ke-13) dalam bukunya Ilmu al-Firasat, mengungkapkan hal yang berbeda. Dalam karya tersebut, dia menceritakan ada seorang raja yang tidak dia sebutkan namanya, pandai menyembunyikan keburukan.
Ini raja tampil penuh wibawa di depan publik. Sejumlah pengawal mengelilinginya, baik ketika menunggangi kuda maupun berjalan kaki di luar istana. Jangan pernah ada yang berani menghina si raja, karena pasti akan dihabisi pengawalnya.
Suatu ketika, raja tersebut mendengar ada seorang warga yang jago membaca watak orang lain melalui bentuk wajah (fisiognomi). Nama orang tersebut Aqlimun. Banyak orang datang kepadanya untuk mengetahui kepribadian yang dimiliki. Penjelasan si Aqlimun disukai banyak orang.
Orang tersebut beserta kehebatannya menjadi buah bibir banyak orang, hingga akhirnya sampai ke telinga si raja. “Siapa orang yang bisa membaca kepribadian orang lain? Menarik sekali” kata si raja ini.
Hari demi hari, si raja semakin penasaran, apa benar orang ini jago membaca kepribadian orang lain, atau jangan-jangan hanya omong kosong? Rasa penasaran itu membuatnya bernafsu untuk mendatangi Aqlimun. Tapi setelah dipikir beberapa saat, dia menunda rencana tersebut. Jangan dulu. Begitu kata hatinya. Lantas bagaimana caranya? Dia terus berpikir.
Kemudian muncul gagasan untuk membuat lukisan yang sama persis dengan penampilannya. Nah ini menarik. Dia memanggil pelukis hebat. Kemudian memerintahkan dia untuk menggambar wajahnya. Harus sama persis dengan yang asli. Begitu pesannya. Maka dibuatlah lukisan yang menampilkan bentuk wajahnya lengkap dengan segala guratan di wajah itu.
Setelah jadi, dia menatap lukisan tersebut berkali-kali. si raja senang, karena lukisan tersebut benar-benar persis seperti dirinya.
Dia kemudian memerintahkan seorang utusan untuk membawa lukisan tersebut kepada si ahli ilmu firasat bernama Aqlimun. “Bawa ini lukisan ke sana, kemudian tanyakan kepadanya seperti apa watak orang yang ada dalam lukisan tersebut. Tapi jangan kasih tahu dia bahwa ini adalah raja, biarkan dia bebas berbicara,” pesan si raja.
Maka dibawalah lukisan tersebut kepada Aqlimun. Tiba di sana, utusan tersebut menunjukkan lukisan kepada Aqlimun. Dia kemudian meminta si ahli ilmu firasat untuk menjelaskan kepribadian orang yang ada di dalam lukisan tersebut.
Lihat halaman berikutnya >>>
Aqlimun tertarik. Dia perhatikan dengan detil raut wajah orang yang tergambar di lukisan tersebut. Berkali-kali dia perhatikan gambar tadi. Kemudian terus dia amati lagi.
“Orang ini...” kata Aqlimun. Dia diam sejenak. Kemudian melanjutkan, “adalah tukang zina. Dia suka berzina,” kata Aqlimun dengan penuh keyakinan.
Si utusan tercengang mendengar penjelasan Aqlimun. Bagaimana bisa dia menuding orang di lukisan tersebut adalah tukang zina. Tapi ya sudahlah. Memang begitu penjelasannya. Si utusan pun tidak mau bertanya. Dia pulang ke istana.
Sepanjang perjalanan utusan ini berpikir, bagaimana cara menyampaikan omongan Aqlimun kepada raja. Ada rasa khawatir, jangan-jangan nanti raja akan murka besar.
Kemudian sampailah dia di istana. Raja sudah langsung menunggu kedatangan utusan ini. Orang tersebut masih berpikir bagaimana cara menyampaikan penjelasan Aqlimun sambil berjalan menuju tempat raja beraktivitas.
Kemudian si raja ini senang mengetahui kedatangannya. Kemudian langsung menanyakan penjelasan si ahli ilmu firasat. Entah harus bagaimana lagi, si utusan ini akhirnya menjelaskan semua yang diungkapkan Aqlimun apa adanya. “...Aqlimun mengatakan bahwa orang yang ada di lukisan itu adalah tukang berzina. Orang yang suka berzina,” kata si utusan.
Setelah itu dia berpikir, apa yang akan terjadi. Jangan-jangan dirinya akan dimaki atau bahkan dibunuh raja.
Mendengar penjelasan tersebut, ternyata raja justru senang. “Betul itu, apa yang dijelaskan Aqlimun adalah benar,” kata si raja dengan senang. Berkat ilmu firasat, rahasia besar si raja itu terungkap.
Ilmu firasat banyak digunakan untuk menentukan orang-orang untuk menjadi 'tangan kanan' dan pimpinan suatu kelompok. Ilmu ini memfasilitasi pimpinan manajemen untuk mendapatkan SDM yang diharapkan.
Tentang ilmu firasat
Ahli ilmu firasat, sering disebut sebagai pakar firasat atau pembaca wajah, adalah individu yang memiliki keterampilan dan pengetahuan mendalam dalam menafsirkan tanda-tanda fisik dan non-verbal untuk memahami karakter, emosi, dan perilaku seseorang. Berikut adalah beberapa tokoh terkenal yang dikenal dalam bidang ini:
Aristoteles: Filsuf Yunani kuno yang merupakan salah satu pionir dalam studi physiognomy, atau ilmu membaca karakter berdasarkan fitur wajah dan tubuh.
Lihat halaman berikutnya >>>
Ibn Qayyim al-Jawziyya: Ulama dan cendekiawan Islam dari abad ke-14 yang menulis tentang firasat dalam karyanya, memberikan perspektif dari sudut pandang Islam.
Giambattista della Porta: Seorang sarjana Italia dari abad ke-16 yang menulis "De humana physiognomonia," sebuah buku tentang hubungan antara karakter dan penampilan fisik.
Lavater: Johann Kaspar Lavater, seorang pendeta Swiss dari abad ke-18 yang terkenal dengan karyanya dalam physiognomy. Bukunya, "Physiognomische Fragmente," adalah salah satu karya klasik dalam bidang ini.
Di zaman modern, ada juga beberapa pakar yang menekuni ilmu firasat, meskipun sering kali ilmu ini dipandang lebih sebagai seni daripada sains:
Paul Ekman: Seorang psikolog Amerika yang dikenal karena karyanya dalam bidang ekspresi wajah dan emosi, meskipun lebih berbasis ilmiah dibandingkan tradisional.
Joe Navarro: Mantan agen FBI yang ahli dalam membaca bahasa tubuh dan perilaku non-verbal, sering memberikan pelatihan dan ceramah tentang topik ini.
Meskipun ilmu firasat tidak selalu dianggap sebagai sains yang keras dan sering kali dikritik karena kurangnya bukti empiris, banyak orang masih menemukan nilai dalam pengamatan dan intuisi yang diajarkan dalam ilmu ini.
Adapun syaikhul islam Fakhruddin ar-Razi adalah orang yang menyukai ilmu firasat. Dalam bukunya dia mengutip sebuah hadits yang menjelaskan tentang urgensi ilmu firasat. Bunyi hadits tersebut adalah sebagai berikut:
اتقوا فراسة المؤمن فاءنه ينظر بنور الله
Hati hatilah kalian dari firasatnya orang mukmin , karena mereka memandang kalian dengan nur cahaya Allah (HR Tirmidzi)
Dia juga menjelaskan bahwa di antara ahli ilmu firasat adalah para kekasih Allah. Dia mencontohkan Nabi Muhammad yang ketika menggendong Hasan dan Husein yang masih kecil tiba-tiba sedih, karena mengetahui masa depan keduanya akan penuh dengan cobaan yang berat. Hasan wafat diracun. Sedangkan Husein wafat di Karbala.
Sejumlah ulama juga dikenal sebagai ahli firasat. Salah satunya adalah (alm) Habib Abdullah bin Syihabuddin yang dikenal sebagai aynut Tarim. Suatu ketika ada dua orang Indonesia datang kepadanya. Kemudian Habib Abdullah mengatakan, “Anta tazni marratain.” Kamu telah berzina dua kali, kata Habib Abdullah kepada salah satu tamunya.
Orang tersebut mendadak tercengang. Setelah pulang dari rumah Habib Abdullah dia ditanya temannya. Kemudian mengakui, benar, dirinya pernah berzina, tapi itu sudah lama.
Begitulah orang-orang yang dekat dengan Allah memiliki kemampuan firasat ketika memandang wajah orang lain. Karena mereka melihat dengan cahaya Allah, seperti yang dikatakan Nabi Muhammad.