Bukan Ibrahim dan Ismail, ini Kisah Kurban Pertama di Dunia

Kurban merupakan ibadah untuk mendekatkan diri dengan Allah.

Republika /mgrol101
Ilustrasi kurban, Idul Adha
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebentar lagi seluruh umat Islam di dunia akan melaksanakan Idul Adha atau hari raya kurban. Di hari besar tersebut umat Islam bersenang ria menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada banyak orang. Mereka kemudian menyantapnya sambil bersuka cita.

Baca Juga


Salah satu inspirasi hari kurban adalah kisah Nabi Ibrahim yang sudah bersusah payah menunggu kelahiran anak dari hasil pernikahannya dengan Sarah dan Hajar. Namun penantian itu tak juga tiba. Hingga akhirnya Ibrahim bersama Hajar diperintahkan untuk berpindah ke Hijaz. Di sanalah mereka kemudian melahirkan anak yang telah lama dinantikan. Anak yang diberi nama Ismail tersebut menjadi pelipur lara dan semakin menambah rasa cinta di antara mereka.

Di tengah kebahagiaan tersebut, Allah menguji keimanan mereka dengan perintah menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim dan Hajar pun ikhlas melakukan itu. Khalilullah hendak menyembelih si anak di sekitar Lembah Mina, tempat yang kini menjadi area lempar jumrah jamaah haji.

Ketika penyembelihan itu hendak dilakukan, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menukar Ismail dengan domba. Maka selamatlah Ismail. Kemudian dia tumbuh menjadi dewasa dan membantu Ibrahim membangun Ka’bah dan menggemakan ajakan mengunjungi baitullah untuk berhaji kepada banyak orang.

Namun, kisah kurban Nabi Ibrahim bukanlah yang pertama. Ternyata ada kisah kurban yang lebih lama lagi. Ibadah ini, ternyata pernah dilakukan dua anak Nabi Adam, yaitu Qabil dan Habil, sebagaimana dijelaskan dalam al-Maidah ayat 27

 

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ

watlu ‘alaihim naba`abnai ādama bil-ḥaqq, iż qarrabā qurbānan fa tuqubbila min aḥadihimā wa lam yutaqabbal minal-ākhar, qāla la`aqtulannak, qāla innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

 

Kurban ini bermula dari Qabil yang membantah perintah Adam untuk menikahi Layutsa. Sedangkan Habil diperintahkan untuk menikahi Iqlima. 

Berdasarkan penuturan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Qabil bersikeras ingin menikahi saudari perempuan yang lahir bersamanya, Iqlima, karena wanita ini memiliki paras yang lebih cantik dari Layutsa. Tapi sekali lagi, Adam melarangnya, karena Iqlima lahir bersamaan dengan Qabil.

Karena keras kepala Qabil, maka turunlah perintah Allah untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, maka dialah yang berhak menikahi Iqlima. 

Sehari kemudian, Habil yang biasa beternak domba, membawa piaraan terbaiknya, domba yang gemuk. Sedangkan Qabil yang bertani, membawa hasil taninya yang masih hijau dan belum siap dipanen. Dikurbankanlah apa yang sudah mereka bawa. 

Tanda kurban yang diterima adalah terbakar. Allah memilih kurban Habil. Maka Habil menjadi pelaku kurban pertama yang diterima Allah.

Meski keputusan itu tidak diterima Qabil. Dia marah lagi penuh hasad sehingga mengancam akan membunuh Habil. Keinginan buruk itu pun terjadi. Dengan potongan tulang yang dia dapati di sekitarnya, Qabil menghabisi nyawa Habil si pelaku kurban. Lelaki berakhlak mulia itu pun wafat.

Nabi Adam dan Hawa sangat menyesali kepergian Habil hingga membuat dirinya berdoa,

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Rabbanaa zalamnaa anfusanaa wa illam tagfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin

Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.

Arti kurban

Ibadah kurban dilakukan setiap tanggal 10 Dzulhijjah atau pada saat hari Raya Idul Adha. Sehingga hari Raya Idul Adha sering juga disebut sebagai hari raya kurban. 

 

Kurban sendiri berasal dari kata qarraba-qurbaanan yang artinya mendekatkan. Dengan kata lain menyembelih hewan kurban hukumnya adalah sunah muakkad dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

 

Infografis hikmah kurban - (Dok Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler