Lawan Hoaks, Kominfo Ajak Publik Unggah Konten Positif
Jika tak rajin mengunggah konten baik, maka algoritma pemberitaan akan tidak baik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era kian masifnya media sosial, masyarakat merupakan konsumen, produsen, sekaligus distributor informasi. Untuk itu, penting bagi publik untuk terus mengunggah berita maupun konten yang positif.
Direktur Pengelolaan Media Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nursodik Gunarjo mengatakan, dalam produksi konten berita misalnya, keberhasilan ataupun kendala harus disampaikan dengan baik menggunakan narasi yang santun. Berita maupun konten di media sosial yang positif dibutuhkan sebagai bentuk tanggung jawab untuk berkontribusi mencegah masifnya berita-berita tidak baik.
“Jika tidak rajin mengunggah berita-berita baik, maka konten yang menguasai algoritma pemberitaan itu konten yang tidak baik. Ini bukan hanya soal tanggung jawab saja, tetapi juga dapat berkontribusi sebagai orang baik yang aktif mengunggah berita baik,” ujar Nursodik dalam siaran persnya.
Menurut Nursodik, konten-konten terutama Governance Public Relations (GPR) harus mengedepankan prinsip Educating (Mendidik), Empowering (Memberdayakan), Enlightning (Mencerahkan) serta membangun Nasiobalisme (3E+1N). Prinsip jurnalistik 5W+1H tetap harus disertakan dalam membuat berita atau konten.
Sementara itu, Redaktur Pelaksana Portal Berita Info Publik, Taofiq Rauf, mengingatkan perlunya para pengelola komunikasi di daerah khususnya yang tergabung dalam jaringan Infopublik (Media Center Daerah) yang juga disebut sebagai pejuang informasi, membuat pemberitaan atau konten yang memiliki nilai-nilai yang bermanfaat kepada masyarakat.
“Oleh karenanya, kita hendaknya bisa memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat. Adalah tanggung jawab kita untuk membuat berita atau konten yang baik dan positif,” jelas Taofiq.
Hal ini perlu, kata Taofiq, mengingat cara-cara manipulatif dan menyihir orang percaya berdasarkan prinsip-prinsip di luar penalaran dan akal sehat, semakin tumbuh subur. Imbasnya kebenaran, fakta dan bukti tidak terlalu penting sepanjang narasi, cerita dan pemikiran diterima berdasarkan kesamaan pandangan, pikiran dan keyakinan.
Di sisi lain, Taofiq menyatakan di era kian masifnya media sosial, masyarakat merupakan konsumen, produsen, sekaligus distributor informasi. “Publik bisa diajak berpartisipasi mengunggah berita-berita baik dari daerah melalui media sosial miliknya,” kata Taofiq.
Media sosial pun dikatakannya perlu dimanfaatkan mengingat saat ini masyarakat lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi. “Hampir semua media juga memiliki media sosial. Pengelolaan media sosial menjadi penting karena masyarakat semakin bermain di media sosial. Kita penting punya kanal media sosial dengan konten apapun. apa itu grafis, video yang dibuat sebagai konten informasi yang punya nilai berita yang bermanfaat,“ kata Taofiq.