Mina Sangat Panas, Jamaah Risti dan Lansia Diminta Badal Lontar Jumrah

Suhu di Mina mencapai di atas 40 derajat Celcius.

EPA-EFE
Jamaah haji beristirahat saat pelaksanaan jumrah aqobah di Jamarat, Makkah, Arab Saudi, Ahad (16/6/2024). Lempar jumrah aqobah merupakan salah satu syarat yang wajib dilakukan pada ibadah haji sebagai simbol pengusiran setan yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim AS.
Rep: Muhyiddin Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Fase mabit (menginap) di Mina memasuki hari kedua. Jemaah haji Indonesia secara bergelombang melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik.

Baca Juga


Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jamaah haji yang dalam kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke jamarat untuk tidak memaksakan diri. Lontar jumrah dinilai bisa dibadalkan.

“Jamaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia, disabilitas, serta jamaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan diimbau untuk mengurangi aktifitas di luar tenda Mina,” tegas Kepala Daerah Kerja Makkah yang juga Ketua Satuan Tugas Mina, Khalilurrahman di Mina, Arab Saudi, Senin (17/6/2024) lewat keterangan tertulis kepada Republika.

Kepala Daker Makkah, Khalilurrahman - (Republika/Muhyiddin)

Menurut Khalilurrahman, suhu di Mina juga sangat panas, yakni mencapai di atas 40 derajat Celsius. Sementara itu, perjalanan dari tenda Mina ke Jamarat juga lumayan jauh. Jaraknya mencapai sekitar 4 km untuk sekali jalan.“Jamaah dapat mewakilkan/membadalkan pelaksanaan lempar jumrah kepada jamaah lain atau petugas,” sambungnya.

Khalilurrahman meminta kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah KBIHU untuk mengkoordinasikan pelaksanaan badal lempar jumrah bagi seluruh jamaah binaan yang lansia, risti, disabilitas, sakit, kelelahan dan kurang sehat secara fisik.

Mabit di Mina menjadi tahapan terberat fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab, jamaah tinggal lebih lama di tenda Mina. Selain itu, jika di Arafah dan Muzdalifah jamaah relatif hanya berdiam di tenda, di Mina ada aktivitas lontar jumrah. Karena itu, ikhtiar menjaga kesehatan sangat diperlukan. Jamaah diimbau untuk tidak memaksakan diri dalam melontar jumrah.

Setelah menyelesaikan lontar jumrah Aqabah lalu tahalul awal, jamaah haji Indonesia melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari kedua di Mina.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menetapkan waktu lontar jumrah jamaah haji Indonesia tanggal 11 Dzulhijah yaitu pukul 05.00 – 11.00 WAS, pukul 11.00 – 17.00 WAS, dan pukul 17.00 – 00.00 WAS.

 Di antara waktu tersebut, jamaah bisa menyesuaikan waktu lontar pada saat sore hari atau malam dengan pertimbangan kondisi cuaca tidak panas atau lebih sejuk.

“PPIH mengingatkan jamaah agar mematuhi ketetapan waktu lontar jumrah yang telah ditentukan. Penetapan jadwal tersebut untuk meminimalisasi potensi risiko di tengah kepadatan jamaah di area lontar jumrah, serta semata untuk keselamatan jamaah,” terang Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda dalam keterangan resmi Kemenag di Jakarta, Senin (17/06/2024).

“PPIH telah menempatkan petugas di sekitar area lontar jumrah untuk membantu mengarahkan dan memastikan jemaah haji indonesia melaksanakan lontar jumrah dengan aman,” sambung dia.

Widi mengimbau jamaah agar selalu berada dalam rombongan regu ataupun kloternya ketika berangkat dari tenda Mina ke jamarat dan saat kembali. “Tidak perlu tergesa-gesa ketika berjalan menuju jamarat, selain untuk menghemat tenaga juga untuk mempertimbangkan jemaah lain dalam rombongannya, khususnya jemaah wanita, disabilitas dan lansia,” imbaunya.

Infografis jumroh - (Republika)

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler