Marah Komandannya Dibunuh, Hizbullah Hujani Israel dengan 200 Misil

Abu Nimah komandan ketiga Hizbullah yang dibunuh Israel dalam 9 bulan terakhir.

AP
Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.
Rep: Thr Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Kelompok Hizbullah Lebanon menyatakan telah meluncurkan lebih dari 200 misil yang menargetkan posisi militer Israel. Demikian sumber kelompok tersebut kepada Aljazirah Arab, Kamis (4/7/2024).

Baca Juga


Peluncuran roket tersebut dilakukan sebagai respons atas terbunuhnya komandan senior Hizbullah Muhammad Nimah Nasser pada Rabu.

Nasser, juga dikenal sebagai “Haji Abu Nimah”, adalah pejabat tinggi ketiga dalam kelompok tersebut yang terbunuh dalam hampir sembilan bulan pertempuran lintas batas.

Serangan-serangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya pertempuran dan tuduhan retorika antara Hizbullah dan para pejabat Israel yang telah membuat mediator Amerika, Eropa dan Arab berupaya untuk mencegah eskalasi regional yang lebih luas.

Layanan ambulans Israel Magen David Adom mengatakan dua wanita dibawa ke rumah sakit di Israel utara dengan luka ringan menyusul sirene peringatan terkait serangan roket dari Leibanon. Ini adalah salah satu serangan roket terbesar yang dilakukan kelompok yang berpihak pada Iran sejak dimulainya perang di Gaza. 

Serangan terjadi sehari setelah Hizbullah meluncurkan sejumlah roket Katyusha dan Falaq dengan hulu ledak berat ke Israel utara dan Dataran Tinggi Golan di Suriah. Militer Israel mengatakan banyak proyektil telah memasuki wilayah mereka dari Lebanon dan berhasil dicegat.

Selanjutnya...

Ketegangan di Lebanon telah memicu kekhawatiran terjadinya perang. Tujuh negara telah meminta warganya meninggalkan Lebanon di tengah ketakutan perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah. Sementara lima negara lainnya telah menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon saat ini.

Kedutaan Arab Saudi di Beirut pada Sabtu mendesak warganya yang berada di Lebanon saat ini untuk meninggalkan wilayah Lebanon segera dan menekankan pentingnya bagi mereka 'untuk tetap berhubungan dengan kedutaan jika terjadi keadaan darurat.

Australia pada Jumat "sangat menyarankan warga negaranya untuk tidak bepergian ke Lebanon, menyebut situasi keamanan yang sangat tidak stabil. Menteri Luar Negeri Penny Wong mendesak warga Australia di Lebanon untuk segera meninggalkan negaranya selagi penerbangan komersial masih tersedia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler