Cerita Keluarga Momen Sebelum Anak AM Ditemukan Meninggal dan Bantahan Buat Kapolda Sumbar

Pihak keluarga tetap yakin anak AM tidak terlibat tawuran.

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Sejumlah Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan mengikuti Aksi Kamisan ke-821 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/7/2024). Aksi Kamisan tersebut salahsatunya menyoroti tentang penanganan kasus kematian Afif Maulana, bocah 13 tahun yang ditemukan meninggal di Jembatan Kuranji, Padang.
Rep: Bambang Noroyono Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kapolda Sumbar Suharyono menyebut anak AM yang kematiannya memicu kontroversi, memang hendak terlibat tawuran saat malam kejadian. Hal tersebut terungkap setelah tim penyidik Polda Sumbar berhasil membuka ponsel milik anak AM.

Baca Juga


“Password-nya awalnya kita nggak tahu. Tapi setelah dicoba, ternyata tanggal lahir Afif (AM) itu passwordnya, dan akhirnya baru terbuka,” kata Suharyono saat dihubungi wartawan dari Jakarta, belum lama ini. 

Setelah melihat seluruh informasi yang ada dalam Hp anak AM, katai, pihak kepolisian merasa kaget. Karena dikatakan dia, bocah kelas-1 SMP Muhammadiyah-5 Kota Padang tersebut yang memang mengajak, dan merencankan untuk tawuran.

“Dan itu baru bikin kami kaget, wah, ternyata Afif (AM) itu sudah ada percakapan dengan Adithya (A) itu memang yang mengajak tawuran itu, malah Afif Maulana (AM) itu,” begitu ujar Kapolda.

Namun kesimpulan tersebut dibantah oleh keluarga.   LBH Padang, Senin (1/7/2024) membawa kedua orang tua anak AM ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta. Anggun Anggraini, ibu anak AM, tak terima tudingan-tudingan dari Kapolda Sumbar yang selama ini kerap menyampaikan putranya itu akan terlibat tawuran sebelum ditemukan tewas.

Karena kata ibu 32 tahun itu, putra sulungnya itu tak pernah sekalipun terlibat dalam aksi-aksi kenakalan remaja. “Anak saya tidak tawuran. Tidak pernah tawuran. Anak saya (anak) baik-baik,” kata dia.

Anggun menceritakan, sehari sebelum menerima kabar duka, pada Sabtu (8/6/2024) malam, anak AM memang sempat pamit kepada Afrinaldi, bapaknya, untuk bermain bola sepak mini. “Dia (anak AM) memang suka main futsal sama teman-temannya,” ujar Anggun.

Lepas main futsal, sekitar jam 10-an malam, anak AM menyampaikan kabar kepada bapaknya karena belum bisa langsung pulang. “Dia video call dan kirim foto lagi masak-masak makan mie sama teman-temannya,” kata Anggun.

Komunikasi itu berlanjut dengan permintaan izin AM kepada Afrinaldi untuk nonton bareng pertandingan sepak bola, Sabtu (8/6/2024) tengah malam bersama teman-temannya. Pada Ahad (9/6/2024) dini hari, sekira pukul setengah dua, anak AM belum pulang.

Sebab itu, Anggun meminta suaminya menelepon anak AM. Dan anak AM mengabarkan masih nonton sepak bola bersama teman-temannya. Karena sudah hampir subuh, kata Anggun, suaminya menyampaikan agar anak AM jangan pulang ke rumah.

“Bapaknya telefon, nggak usah pulang karena sudah malam. Bapaknya bilang, nginap saja nak di rumah teman, atau tidur di pos ronda tempat nenek,” kata Anggun.

Pos ronda tempat nenek itu, kata Anggun adalah tempat anak AM bersama teman-temannya menggelar nonton bareng sepak bola. “Karena sudah malam, jadi disuruh nginap saja di rumah teman, atau di tempat neneknya di Cengkeh. Takut nanti kalau ada begal,” ujar Anggun.

Sudah memastikan keberadaan anak pertamanya itu, Anggun, dan suaminya Afrinaldi, tenang. Namun keesokannya, Ahad (9/6/2024) sore, Anggun, dan Afrinaldi meratapi kabar anaknya yang ditemukan sudah tak bernyawa di aliran Sungai Batang di bawah Jembatan Kuranji.

Afrinaldi di Jakarta, pada Rabu (3/7/2024), pun kembali mengingatkan agar Kapolda Sumbar, tak asal menuduh anaknya akan tawuran. Sebagai ayah, kata Afrinaldi tak pernah sekalipun mendegar anak AM terlibat dalam kenakalan remaja di jalanan.

“Afif anak saya, dia anak yang masih manja. Masih suka nangis, kalau sakit, dan dia juga nggak suka keluyuran,” begitu kata ayah 34 tahun itu.

Ia mengatakan, anak AM memang punya aktivitas luar rumah. Tetapi, kegiatan luar ruang itu, pun masih dalam taraf bocah 13 tahun umumnya yang jauh dari bentuk kriminalitas seperti perkelahian maupun tawuran.

“Kalau dia keluar rumah, itu karena dia memang suka main bola, main futsal, atau main layang-layang sama anak-anak sebayanya,” begitu kata Afrinaldi.

Namun, kata Afrinaldi meyakinkan, tak pernah sekalipun ia sebagai ayah pernah mendengar, atau mendapat laporan, atau informasi dari manapun tentang kenakalan fisik yang dilakukan anak AM.

“Anak saya (AM) tidak bandel. Tidak pernah saya sekalipun mendengar dia bertengkar dengan teman-temannya. Nggak ada pernah saya mendengar, atau berpikiran dia (anak AM) ikut-ikut tawuran,” ujar Afrinaldi.

Sebab itu, Afrinaldi menegaskan, permintaan keluar rumah anak AM pada Sabtu (8/6/2024) malam untuk bermain futsal, dan nonton bareng sepak bola bersama teman-temannya sampai Ahad (9/6/2024) dini hari itu, dia izinkan.

“Kalau anak saya pernah saya dengar berkelahi, tawuran, nggak mungkin saya mengizinkan dia (keluar rumah). Makanya saya kasih izin nonton bola malam itu, karena itu juga di dekat rumah neneknya di Cengkeh,” begitu kata Afrinaldi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler