Rupiah Diprediksi Lanjutkan Penguatan Awal Pekan Depan di Level Rp 16.150

Ekonpmi Indonesia diperkirakan tetap tumbuh meski ekonomi global stagnan.

Dok Republika
Teller menghitung mata uang Dolar AS di kantor cabang Bank Muamalat Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Kamis (30/5/2024). Nilai mata uang Rupiah terhadap dolar melemah hingga mencapai Rp16.250 di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang semakin berkurang.
Rep: Eva Rianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah melanjutkan tren positif hingga akhir pekan Jumat (12/7/2024). Pengamat mata uang memprediksi penguatan mata uang Garuda akan berlanjut pada awal pekan depan, Senin (15/7/2024).

Baca Juga


“Pada perdagangan akhir pekan, mata uang rupiah ditutup menguat 58 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 65 poin di level Rp 16.136 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.194. Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.080—Rp 16.150,” kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, dikutip Sabtu (13/7/2024).

Ibrahim menjelaskan berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan fluktuatif rupiah yang cenderung mengalami penguatan belakangan ini Baik faktor atau sentimen eksternal maupun sentimen internal.

“(Sentimen eksternal) greenback terpukul oleh data CPI (Indeks Harga Konsumen) yang lebih lemah dari perkiraan, yang menunjukkan inflasi sedikit lebih tenang dari perkiraan pada bulan Juni. Angka tersebut meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga,” ujar Ibrahim.

Dia mengatakan, para pedagang memperkirakan kemungkinan sebesar 83,4 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September mendatang, dibandingkan dengan peluang sebesar 64,7 persen yang terlihat pada pekan lalu, menurut CME Fedwatch.

Namun, lanjutnya, penurunan tajam yen memicu pertanyaan apakah pemerintah Jepang secara aktif melakukan intervensi di pasar mata uang. Para pejabat memberikan sedikit petunjuk mengenai masalah ini, bahkan setelah memberikan serangkaian peringatan dalam beberapa minggu terakhir mengenai taruhan agresif terhadap yen.

Adapun di Asia, data neraca Bank of Japan yang akan segera dirilis diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai apakah pemerintah melakukan intervensi. Para pedagang juga berspekulasi apakah short pada yen tertekan oleh penurunan tajam dolar, menyusul lemahnya pembacaan CPI pada Juni.

Kemudian, surplus perdagangan China melonjak mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir, sementara ekspor juga tumbuh lebih besar dari perkiraan. Namun peningkatan tarif perdagangan terhadap ekspor utama China, seperti kendaraan listrik, dapat mengimbangi tren tersebut.

“Fokus saat ini adalah pada siding pleno ketiga Partai Komunis China untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian dan stimulus. Rencananya, pertemuan tersebut akan dilakukan pada minggu depan,” ujar Ibrahim.

Sentimen internal penguatan....

Sementara itu, sentimen internal penguatan rupiah adalah kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim positif. Pemerintah telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh 5,2 persen hingga akhir tahun sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN.

Hal itu meskipun ekonomi global saat ini masih stagnan, dan berbagai lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 di bawah level itu.

Dana Moneter Internasional atau IMF bahkan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya sebesar 5 persen. Demikian juga Bank Dunia atau World Bank yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5 persen. Bank Indonesia juga menganggap pertumbuhan ekonomi 2024 hanya sebesar 5,1 persen.

“Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,2 persen sampai akhir tahun itu akan ditopang oleh bergeliatnya ekspor dan investasi di Indonesia. Untuk ekspor bulan Juni yang akan di rilis tanggal 15 Juli diprediksi akan cukup bagus sehingga akan menunjukkan lagi pemulihan ekspor. Sedangkan untuk investasi, terlihat dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah, termasuk proyek strategis nasional atau PSN,” jelas Ibrahim.

Di sisi lain, lanjutnya, konsumsi masyarakat juga berpotensi kembali menggeliat pada paruh kedua tahun ini. Hal itu ditopang oleh dukungan belanja pemerintah yang akan naik 2,6 persen sampai akhir tahun dari pagu yang telah ditetapkan. Belanja negara akan membengkak menjadi sebesar Rp 3.412,2 triliun, atau mencapai 102,6 persen dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp 3.325,1 triliun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler