Lagi-lagi Lolos dari Serangan Zionis, Ini Sosok M Deif, Komandan Hamas Ditakuti Israel
Israel melancarkan pengeboman besar-besar ke kompleks tempat Deif diyakini tinggal.
REPUBLIKA.CO.ID, Mohammed Deif, komandan militer Hamas di Gaza kembali lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel. Menurut seorang pejabat senior kelompok Palestina, kondisi Deif baik-baik saja.
Pernyataan pejabat Hamas pada Ahad (14/6/2024) ini disampaikan menyusul laporan bahwa Deif menjadi sasaran serangan udara besar-besaran Israel di wilayah selatan wilayah yang terkepung.Serangan itu menewaskan sedikitnya 90 orang dan melukai 300 lainnya.
“Komandan Mohammed Deif mengawasi dengan baik dan langsung memimpin operasi sayap militer Hamas,” kata pejabat itu kepada kantor berita AFP dilansir Aljazirah.
Israel mengatakan, pengeboman yang dilakukan pada Sabtu di kamp al-Mawasi, yang merupakan zona kemanusiaan di Gaza, ditujukan untuk membunuh Deif, yang telah lama menduduki daftar orang paling dicari Israel.
Menanggapi klaim Hamas, Kepala Staf Umum Israel Herzi Halevi mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada Ahad bahwa Hamas menyembunyikan rapat-rapat dampak serangan udara itu terhadap sebuah kompleks tempat Deif diduga bersembunyi.
“Masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil serangan tersebut, yang coba disembunyikan oleh Hamas,” kata Halevi.
Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam, pada tahun 1990-an dan telah memimpin pasukan tersebut selama lebih dari 20 tahun. Ia juga disebut-sebut sebagai tokoh kunci yang merencanakan aksi bom bunuh diri yang menyebabkan kematian puluhan warga Israel.
Israel mengidentifikasi dia dan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai arsitek utama serangan 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang di Israel selatan dan memicu perang di Gaza.
Pada pagi hari tanggal 7 Oktober, Hamas mengeluarkan rekaman suara langka Deif yang mengumumkan operasi Al-Aqsa yang menandakan serangan itu sebagai balasan atas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, situs tersuci ketiga umat Islam.
Deif, 58, jarang berbicara atau tampil di depan umum. Jadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa dia akan berbicara pada tanggal 7 Oktober, warga Palestina di Gaza tahu bahwa sesuatu yang signifikan sedang terjadi.
Berbicara dengan suara tenang dalam rekaman itu, Deif mengatakan Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel untuk menghentikan kejahatannya terhadap warga Palestina, membebaskan para tahanan, dan menghentikan perampasan tanah Palestina.
“Hari ini kemarahan Al-Aqsa, kemarahan masyarakat dan bangsa kita sedang meledak. Mujahidin kami [pejuang], hari ini adalah hari Anda untuk membuat penjahat ini mengerti bahwa masanya telah berakhir,” kata Deif.
'Pahlawan rakyat' dari Khan Younis
Lahir pada tahun 1965 di kamp pengungsi Khan Younis, yang didirikan setelah Perang Arab-Israel tahun 1948, Mohammad Masri dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, pada tahun 1987.
Deif memiliki gelar di bidang sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat ia belajar fisika, kimia, dan biologi. Dia mengepalai komite hiburan universitas dan sering tampil di atas panggung.
Pada tahun 1989, saat puncak Intifada Palestina pertama, Deif ditangkap oleh Israel dan dibebaskan setelah 16 bulan ditahan. Dia menjadi kepala Brigade Qassam pada tahun 2002 setelah Israel membunuh pendahulunya dan pemimpin pendiri, Salah Shehadeh.
Beberapa upaya dalam hidupnya dimulai setelah dia menggantikan Shehadeh.
Deif berarti “pengunjung” atau “tamu” dalam bahasa Arab, dan ada yang mengatakan hal itu karena komandan militer Hamas selalu bergerak diiringi pemburu Israel.
Menurut laporan, Deif kehilangan matanya dan menderita luka serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan Israel. Kelangsungan hidupnya saat memimpin sayap bersenjata Hamas menjadikannya “pahlawan rakyat” di kalangan warga Palestina.
Selama lebih dari 30 tahun, Deif diyakini telah mengembangkan jaringan terowongan kelompok tersebut dan keahliannya dalam membuat bom.
Pada bulan Agustus 2014, istri Deif dan putranya yang berusia tujuh bulan tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di Gaza tempat keluarga tersebut tinggal.
Pada bulan Mei, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan dia telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Deif, Sinwar dan tokoh Hamas lainnya terkait serangan 7 Oktober.
Surat perintah juga dikeluarkan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tanggapan Israel yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.584 orang dalam apa yang digambarkan oleh kelompok hak asasi manusia sebagai genosida yang sedang berlangsung.