Bertemu AHY, Ketua MPR Wacanakan Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Pileg dan pilpres bersamaan dinilai tidak menghasilkan kualitas demokrasi yang baik.

Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bersama Ketua MPR Bambang Soesatyo saat melakukan pertemuan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta , Selasa (16/7/2024).
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024). Dalam pertemuan itu, Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet juga membahas keinginannya untuk membedakan waktu pelaksanaan pemilu legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).

Baca Juga


Bamsoet mengatakan, pihaknya membahas banyak hal dalam pertemuan dengan AHY. Salah satunya adalah soal banyaknya calon yang memiliki integritas, kapabilitas, dan probabilitas, untuk menjadi anggota legislatif, tapi tidak terpilih. Salah satu penyebabnya dinilai karena kurangnya logistik dari calon tersebut.

"Ini juga perbincangan tadi mengapa kita perlu mengevaluasi perjalanan ketatanegaraan kita, perjalanan sistem politik kita, demokrasi kita, apakah demokrasi yang lebih banyak manfaatnya atau lebih banyak mudaratnya bagi masa depan bangsa kita ke depan," kata dia di Kantor DPP Partai Demokrat, Selasa (16/7/2024).

Karena itu, Bamsoet mengatakan, pihaknya akan membuka peluang untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) serentak. Pasalnya, pelaksanaan pileg dan pilpres yang bersamaan dinilai tidak menghasilkan kualitas demokrasi yang selama ini diharapkan.

"Kemarin orang pada fokus di pilpres, lupa pileg juga harus kita pilih orang-orang yang berkualitas bagus," ujar dia.

Ia menambahkan, dalam Undang-Undang juga disebutkan bahwa calon dalam pelaksanaan pilpres merupakan usulan dari partai politik yang meraih kursi dari pemilu sebelumnya. Namun, saat ini rujukan kursi DPR yang digunakan adalah hasil dari pemilu lima tahun lalu.

"Itu artinya, tadi Pak AHY bilang menjelaskan kalau kita pakai yang lima tahun lalu tentu saja ukurannya sudah berbeda, sehingga perlu dipikirkan pemisahan pileg dan pilpres, agar pilpres itu berdasarkan pileg yang sebelumnya," kata Bamsoet.

Sementara itu, AHY menyambut baik kunjungan yang dilakukan pimpinan MPR ke Partai Demokrat. Menurut dia, kunjungan para pimpinan MPR itu tentu akan membawa kebaikan.

"Tadi kami melakukan dialog interaktif membicarakan sejumlah isu kebangsaan, karena memang tugas dan peran utama dari MPR RI adalah menjaga pondasi kebangsaan dari berbagai aspek termasuk di antaranya dalam urusan politik dan demokrasi," ujar dia.

Ia menjelaskan, salah satu pembahasan dalam pertemuan bersama para pimpinan MPR itu adalah pemilu. Menurut dia, pembahasan itu dilakukan untuk menghasilkan pemilu berkualitas dalam penyelenggaraan maupun hasil.

"Jangan sampai kemudian biaya politik menjadi semakin mahal dari waktu ke waktu, tapi juga kita menyadari bahwa pada akhirnya kita ingin menghadirkan para pemimpin para wakil rakyat yang juga memiliki kapasitas yang baik, integritas diri, sehingga bisa benar-benar berkontribusi nyata dan membawa kemajuan untuk masyarakat dan konstituennya," kata dia.

Karena itu, AHY menambahkan, pihaknya terbuka atas evaluasi yang akan dilakukan MPR. Asalkan, semangat evaluasi itu tak lain untuk membawa demokrasi Indonesia makin baik ke depannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler