Saat Puncak Gunung Gede Diselimuti Es, Merapi Keluarkan Awan Panas: Apa yang Terjadi?

Dinginnya Gunung Gede dipengaruhi awan, angin dan kelembapan

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 21 Juli 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB Gunung Merapi yang berstatus siaga (level III) itu mengalami 31 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.600 meter ke arah barat daya.
Rep: S Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Aktivitas Gunung Merapi masih tinggi dengan terus mengeluarkan awan panas guguran (APG). Pada Senin (22/7/2024) ini, Merapi kembali mengeluarkan APG dengan jarak luncur mencapai 1.200 meter. Fenomena ini bersamaan dengan puncak Gunung Gede yang dilaporkan membeku pada musim kemarau ini. 

Baca Juga


Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso mengatakan, luncuran APG tersebut mengarah ke Kali Bebeng dan dilaporkan terjadi pukul 04.04 WIB. “Terjadi APG di Merapi dengan amplitudo maksimum 40 milimeter, dan durasi 126 detik,” kata Agus, Senin (22/7/2024). 

BACA JUGA: Gunung Gede dan Pangrango Membeku dan Makhluk yang Lebih Kuat dari Gunung

Pada Sabtu (20/7/2024) malam, Merapi juga meluncurkan APG dengan jarak luncur yang sama yakni 1.200 meter. APG tersebut dilaporkan terjadi pukul 19.46 WIB yang mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng.  Agus menyebut, saat ini potensi bahaya Merapi masih berupa guguran lava dan APG. Untuk itu, masyarakat diminta tidak berkegiatan di daerah potensi bahaya. 

Dijelaskan, daerah potensi bahaya ini ada di sektor selatan-barat daya dan pada sektor tenggara. Pada sektor selatan-barat daya, daerah potensi bahaya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. 

Pada sektor tenggara, daerah potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Untuk lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, kata Agus, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Mengingat aktivitas vulkanik Merapi yang masih cukup tinggi, status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan di tingkat siaga atau level 3. “Maka masyarakat diminta untuk tetap patuhi rekomendasi dan menjauhi daerah bahaya yang direkomendasikan,” ucap Agus.  

Fenomena es di Gunung Gede..

 

 

Gunung Gede Pangrango membeku di puncak musim panas pada Juli 2024. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mencatat suhu mencapai 0 derajat celcius.

Kawasan alun-alun Suryakancana membeku akibat suhu udara yang menurun tajam terutama pagi hari. Pendaki harus berhati-hati dan mengenakan perlengkapan sesuai standar agar tidak mengalami hipotermia.

Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) Deni mengatakan suhu udara mengalami penurunan sejak beberapa hari terakhir. Bahkan hal yang sama dapat dirasakan di kawasan pintu masuk pendakian Cibodas dan Gunung Putri.

"Suhu di kawasan Alun-alun Suryakancana sempat dilaporkan sampai 0 derajat saat pagi hari, penurunan suhu terjadi lebih dingin dibandingkan biasanya, untuk pastinya kami masih menunggu laporan petugas," katanya di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (18/7/2024).

Puncak Gunung Gede - (BTN GN Gede Pangrango)

Seiring penurunan suhu tersebut, pihaknya meminta pendaki untuk ekstra hati-hati dalam melakukan aktivitas pendakian, patuhi aturan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku serta mematuhi anjuran petugas di pintu masuk pendakian. Setiap pendaki diminta mempersiapkan diri dengan matang termasuk kesehatan fisik, teknis dan perlengkapan yang dibutuhkan dipastikan sesuai standar keselamatan agar terhindar dari hipotermia karena suhu dingin.

"Kami juga menempatkan petugas di sepanjang jalur pendakian hingga Alun-alun Suryakancana, guna memastikan pendakian masih dapat dilakukan serta mengimbau pendaki menggunakan peralatan terutama pakaian yang dapat menghangatkan tubuh," kata dia.

 

Apa yang terjadi?...

 

Belum ada penjelasan mengenai hubungan dua fenomena ekstrem tersebut terjadi dalam waktu bersamaan. Meski demikian, Dosen Meteorologi kampus ITB Muhammad Rais Abdillah memberikan penjelasan terkait kondisi suhu di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat yang sempat mencapai 0 derajat celcius. Ia menilai kondisi tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kondisi awan, angin dan kelembapan.

"Secara umum saya jelaskan suhu dingin  di berbagai tempat di musim kemarau di pagi hari ini fenomena umum," ucap Kepala prodi Meteorologi ITB saat dihubungi, Senin (22/7/2024).

Pada tahun 2019, Rais mencontohkan di sejumlah pegunungan di Jawa Barat muncul fenomena embun es. Di bulan Juni, Juli, Agustus hingga September, ia mengatakan rata-rata mudah terjadi kondisi dingin.

Penyebab terjadi pendinginan, Rais mengatakan panas matahari masuk ke permukaan bumi lalu pada malam hari melepas panas tersebut. Proses pendinginan terjadi hingga pukul 06.00 WIB."Masalahnya yang membuat efektif pendinginan, di musim kemarau sangat mudah pendinginan karena sedikit awan," kata Rais.

Selain itu, faktor yang mempengaruhi hari tertentu lebih dingin dibandingkan hari lainnya karena faktor angin dan kelembapan. Apabila tidak ada angin, maka membuat cuaca tenang sehingga dini hari dingin.

"Angin sebagai pengaduk udara, udara panas di atas dan di bawah udara dingin. Ketika gak ada angin udara dingin lebih berat di bawah nempel di permukaan dingin," kata Rais.

Terakhir, ia mengatakan kondisi yang mempengaruhi terhadap cuaca lebih dingin atau tidak yaitu kelembapan. Apabila banyak uap air maka cenderung hangat dan sebaliknya apabila tidak ada akan dingin. "Khusus Gunung Pangrango gak ada sensor tapi dilihat citra satelit memang kemungkinan cerah efektif sekali pendinginan," kata dia.

Terkait pengaruh angin dari Australia yang membuat wilayah Indonesia dingin, ia mengatakan tidak terlalu berpengaruh. Sebab Australia dan Indonesia masih berada di wilayah tropis dan melewati lautan yang cenderung hangat.

Waspadai Bahaya Lahar di Gunung Semeru - (Antara)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler