Gunung Gede - Pangrango 'Bersalju' dan Hadits tentang Gunung Emas

Gunung Gede dan Pangrango merupakan tanda kebesaran Allah.

BTN GN Gede Pangrango
Puncak Gunung Gede
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Gede dan Pangrango di Kabupaten Bogor Jawa Barat mengalami penurunan suhu yang ekstrem, mencapai nol derajat. Dengan suhu serendah itu, pendaki akan menghadapi tantangan udara yang ekstra dingin.

Baca Juga


Tentu saja keadaan itu harus disikapi dengan penuh waspada. Persiapan harus betul-betul cukup, sehingga dapat melewati suhu dingin. Plus perbekalan berupa makanan dan obat-obatan yang cukup, sehingga jika terjadi sesuatu, dapat ditangani dengan baik.

Area Gunung Gede dan Pangrango memiliki luas 152 km persegi. Ini merupakan kawasan yang sangat luas. Bayangkan jika kawasan seluas itu seluruhnya adalah emas, perhiasan yang mahal. Sungguh luar biasa.

Namun, ketahuilah, Nabi Muhammad menjelaskan, emas sebanyak itu belum tentu bisa memuaskan nafsu manusia. Begini penjelasannya.

Tak pernah merasa cukup

Sifat dasar manusia cenderung tidak pernah merasa cukup atau puas dengan apa yang dimilikinya, meskipun sudah diberikan kekayaan atau kemewahan yang luar biasa. Ini mencerminkan keinginan dan ambisi yang tak terbatas, yang sering kali mendorong manusia untuk selalu mencari lebih banyak, khususnya hal yang bersifat materi. 
 
Wakil Talqin TQN Suryalaya, KH Ali Hanafiah Akbar mengatakan, orang yang sudah berusia di atas 50 tahun tentunya sudah banyak menikmati karunia Allah. Namun, terkadang manusia selalu merasa kurang.
 
Bahkan, menurut dia, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa meskipun diberikan gunung emas, manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya. 
 
"Cuma kadang-kadang tidak terasa. Kayaknya kurang saja. Memang tidak pernah cukup. Karena dalilnya Rasulullah sendiri mengatakan, orang punya gunung emas, masih merasa kurang saja. Jadi tidak akan pernah puas, tidak akan pernah cukup," kata Kiai Ali dikutip dari ceramahnya yang diunggah kanal Youtube Sholeh Hidayat, Senin (22/7/2024). 
 
 
Lihat halaman berikutnya >>>
 

Menurut dia, pemutus kelezatan dunia itu hanyalah kematian. Kendati demikian, menurut dia, ada satu cara bagi manusia agar merasa cukup ketika masih hidup di dunia, yaitu dengan cara berdzikir, selalu mengingat Allah. 
 
"Supaya kita tidak terus-menerus merasa kurang cukup maka cukupnya itu hanya bisa diselesaikan dengan berdzikir kepada Allah," kata dia. 
 
Dia pun mengutip potongan ayat Alquran "ala bidzikrillahi tathmainnul qulub", yakni hanya dengan berdzikir hati manusia bisa menjadi tentram. Ketika hati sudah tentram, kata dia, pasti manusia itu akan merasa cukup. 
 
"Jadi kalau sudah berdzikir, sudah bersama Allah, seperti yang saya sampaikan, mau ada, mau gak ada, stabil. Stabil apanya? Stabil kita menghadapinya, bisa sabar, bisa hidup, bisa kuat, sambil menunggu, ibarat malam menunggu siang, dari gelap menuju terang. Itu berputarnya. Gak ada lagi, alatnya cuma ini, cuma dzikir," jelas Kiai Ali. 
 
Manusia memang dikenal sebagai makhluk yang sangat bersemangat untuk terus menerus mengumpulkan harta dan kemewahan dunia lainnya, dan mereka tidak akan merasa cukup. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik Ra, Rasulullah SAW bersabda: 
 
لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِياً مِنْ ذَهَبِ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وادِيانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوب اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ 
 
Artinya: "Meskipun manusia itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah emas lagi dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR Bukhari dan Muslim). 
 
Selain mengingatkan manusia agar merasa cukup, hadits ini juga berisi celaan bagi manusia yang berlebih-lebihan dalam mengumpulkan harta dunia dan tidak menunaikan hak-haknya dengan benar. Namun, Allah akan selalu menerima tobat setiap hamba-Nya yang benar-benar mau bertobat. 
 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler