Dikaitkan dengan Leimena, Maarif Institute: Tidak Ada Lagi Kerja Sama
Maarif Institute sebut tak lagi kerja sama dengan Leimena, apalagi NGO pro-Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maarif Institute memberikan klarifikasi tentang kaitannya dengan Institut Leimena. Sebagai informasi, lembaga yang namanya diambil dari sosok tokoh bangsa, Prof Ahmad Syafii Ma'arif (1935-2022), itu masuk dalam daftar mitra Leimena, yang tercatat berkolaborasi dengan American Jewish Committee (AJC).
Menurut Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo, lembaga yang dipimpinnya ini memang pernah bermitra dengan Institut Leimena, yakni dalam konteks penyelenggaraan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya atau Cross Cultural Religious Literacy (CCRL).
Namun, lanjut dia, kerja sama itu berlangsung ketika Maarif Institute masih dipimpin pendahulunya, yakni Abd Rohim Ghozali. Sejak Desember 2023, kolaborasi tersebut pun sudah berakhir.
"Saat ini dan sejak saya ditunjuk sebagai direktur eksekutif Maarif Institute pada 15 Mei 2024, tidak ada lagi kerja sama dengan Institut Leimena dan apalagi AJC," kata Andar Nubowo kepada Republika, Selasa (23/7/2024).
Dilansir dari laman Institut Leimena, Literasi Keagamaan Lintas Budaya atau CCRL adalah sebuah program pelatihan yang bertujuan menguatkan eksistensi dan kolaborasi damai antar-agama di Indonesia. Ini dilakukan dengan meningkatkan kapasitas guru-guru madrasah sehingga mereka terdorong untuk mengintegrasikan prinsip literasi keagamaan lintas budaya dalam pengajaran di kelas.
Program ini telah menghasilkan alumni. Merujuk pada data yang dirilis pada 5 Juli 2024, CCRL telah meluluskan 8.352 peserta dan alumni, 56 program internasional bersertifikat, 28 kursus upgrading daring, 17 webinar internasional, dan 15 hybrid upgrading workshop.
Institut Leimena juga telah bermitra dengan banyak organisasi di Indonesia, termasuk antara lain Masjid Istiqlal, Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah (LP2PPM), Maarif Institute, dan Universitas Alkhairaat Palu Sulawesi Tengah.
PBNU larang kerja sama ....
Sebelumnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan surat instruksi penegasan kembali terkait pelarangan hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Israel. Seruan ini muncul usai kehebohan publik atas lima orang Nahdliyin yang sowan beberapa waktu lalu dengan Presiden Israel, di tengah gonosida yang masih dialami penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Surat resmi PBNU tersebut dikeluarkan dengan nomor 2020/PB.03/A.1.03.08/99/07/2024. Isinya mempertegas instruksi yang muncul pada era kepengurusan KH Said Aqil Siroj pada 2021 lalu.
Yang dimaksud dengan "lembaga berafiliasi dengan Israel" dalam konteks ini adalah Institut Leimena. Tercatat, pada 19 Mei 2023 di laman Institut Leimena, Institut Leimena bekerja sama dengan Masjid Istiqlal menyelenggarakan diskusi panel terkait CCRL di Aula Al Fattah, Masjid Istiqlal, Rabu (3/5/2023).
Salah seorang pembicara dalam acara itu adalah Dr Ari Gordon, Direktur Hubungan Muslim-Yahudi American Jewish Committee (AJC). Dalam rilis yang ditampilkan web Institut Leimena itu, Gordon mengeklaim bahwa AJC merupakan lembaga non-politik yang "mendorong kerja sama antara agama Islam dan Yahudi", termasuk dalam memerangi Islamofobia dan antisemitisme.
Ari mengatakan, banyak persoalan dunia yang memecah belah umat Islam dan Yahudi. Padahal, dalam konteks negara Amerika Serikat (AS), kedua kelompok itu sama-sama minoritas di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, di laman resmi AJC, jelas-jelas tercantum bahwa American Jewish Committee merupakan sebuah lembaga yang "mendukung hak Israel untuk eksis dalam perdamaian dan keamanan." Lebih lanjut, menanggapi tragedi di Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 hingga kini, AJC secara implisit menilai peristiwa itu bukan genosida, melainkan disebabkan oleh serangan Hamas. Tindakan para pejuang Hamas ini dinilainya sebagai "pembantaian terburuk yang menimpa kaum Yahudi sejak Holocaust."