Elon Musk Tuding Parodi The Last Supper Olimpiade Paris tak Hormati Umat Kristen

Pihak Olimpiade menyatakan bahwa pertunjukan tersebut interpretasi dari Dionysus.

X/@Olympics
Salah satu penampilan di seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kru drag queen dan para penari transgender menampilkan parodi The Last Supper atau Perjamuan Terakhir pada upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 pada Jumat lalu. Pertunjukan ini menuai kecaman keras di media sosial.

Baca Juga


Bos Tesla, Elon Musk, juga mengecam pertunjukan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu “Sangat tidak menghormati umat Kristiani,” ujar Elon Musk yang sudah tidak mengikuti akun resmi Olimpiade, dikutip dari New York Post. 

Selama pertunjukan, ada 18 pemain - termasuk tiga ratu Drag Race Prancis yang populer - berpose di belakang apa yang tampak seperti meja panjang dilatarbelakangi Sungai Seine dan Menara Eiffel.

Di tengah-tengahnya terdapat seorang wanita berpakaian penuh hiasan dengan hiasan kepala perak besar. Hiasan tersebut menyerupai lingkaran cahaya seperti yang digambarkan dalam lukisan Yesus. Dia tersenyum dan membuat bentuk hati dengan tangannya saat teman-temannya menatap ke arah kamera sebelum memulai koreografi.

Para model kemudian menyerbu panggung untuk peragaan busana dadakan yang membuat para pengejek 'The Last Supper' bergoyang di sela-sela acara. Peragaan busana berubah menjadi lantai dansa di akhir acara, dengan pembawa acara Drag Race France, Nicky Doll, melenggang di atas panggung. Paloma dan Piche juga menjadi bagian dari pertunjukan tersebut.

Untuk menambah “absurditas”, sebuah nampan saji besar ditanam di atas panggung - memperlihatkan seorang pria berpakaian minim, dicat dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan warna biru berkilau, meringkuk di dalamnya.

Pihak Olimpiade mengatakan bahwa pertunjukan tersebut merupakan “interpretasi dari Dewa Yunani [anggur dan pesta] Dionysus” untuk membuat “kita sadar akan absurditas kekerasan di antara sesama manusia.”

Doll, bersama dengan artis Minima Gesté dan Miss Martini, berpartisipasi dalam ritual tersebut saat api melintasi Prancis pada bulan Mei, dan masing-masing mengatakan bahwa momen tersebut melambangkan persatuan dan perdamaian.

Pertunjukan tarik tambang Olimpiade ini berlangsung hanya satu hari setelah calon presiden Kamala Harris menjadi wakil presiden pertama yang tampil dalam sebuah episode “RuPaul's Drag Race.”

 

 

Dilansir dari laman Britannica, The Last Supper  merupakan salah satu karya seni paling terkenal di dunia yang dilukis oleh Leonardo da Vinci kemungkinan antara tahun 1495 dan 1498. Da Vinci melukisnya untuk biara Dominikan Santa Maria delle Grazie di Milan. Lukisan ini menggambarkan adegan dramatis berupa beberapa momen yang berhubungan erat dalam Injil, termasuk Matius 26:21-28, di mana Yesus menyatakan bahwa salah satu dari para Rasul akan mengkhianatinya dan kemudian melembagakan Ekaristi atau perjamuan kudus.

Menurut keyakinan Leonardo, postur tubuh, gerak tubuh, dan ekspresi harus mewujudkan “gagasan pikiran,” masing-masing dari 12 murid bereaksi dengan cara yang dianggap sesuai dengan kepribadian orang tersebut. Hasilnya adalah sebuah studi yang rumit mengenai emosi manusia yang bervariasi, yang ditampilkan dalam komposisi yang tampak sederhana.

Leonardo Davinci - (Youtube)

Interpretasi dari para seniman LGBT yang menampilkan pertunjukan tersebut dalam Olimpiade Paris 2024 menuai polemik khususnya bagi para penganut Kristiani.

“Ini gila. Membuka acara Anda dengan mengganti Yesus dan para murid di Perjamuan Terakhir dengan orang-orang yang mengenakan kostum,” kata Clint Russel, pembawa acara podcast Liberty Lockdown, dengan marah di X.

“Ada 2,4 miliar orang Kristen di dunia dan rupanya Olimpiade ingin menyatakan dengan lantang kepada mereka semua, langsung dari pintu gerbang, Tidak Diterima,” kata Russel.

Para pengguna media sosial menuduh para drag queen mengejek agama Kristen dengan meniru Perjamuan Terakhir. Netizen pun merasa bahwa kelompok ini mengolok-olok agama Kristen.  Politisi Prancis bahkan mengecam pertunjukan tersebut.

Seorang penganut Katolik, Marion Maréchal, menanggapi X dengan mengatakan: “Kepada semua orang Kristen di dunia yang menyaksikan upacara #Paris2024 dan merasa terhina oleh parodi ratu drag queen tentang Perjamuan Terakhir ini, ketahuilah bahwa bukan Prancis yang berbicara, melainkan minoritas sayap kiri yang siap melakukan provokasi apa pun.”

Banyak pengguna media sosial lainnya yang memuji pertunjukan tersebut sebagai sesuatu yang bersejarah, terutama setelah pertunjukan tersebut diikuti oleh tiga drag queen yang membawa obor Olimpiade untuk pertama kalinya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler