Indra Sjafri, Sang Pendobrak dan Kriptonit Thailand
Tim asuhan Indra Sjafri selalu bisa mengalahkan Thailand di final.
Oleh: Fitriyanto, jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Thailand biasanya selalu jadi mimpi buruk bagi sepak bola Indonesia dalam 15 tahun ke belakang. Terutama saat Negeri Gajah Putih itu berhasil membangun sepak bola dengan baik dan berjenjang. Thailand perlahan menapak meninggalkan Indonesia.
Saat bertemua pada ajang regional, kelompok umur maupun senior, Indonesia lebih banyak berada di pihak yang kalah saat melawan tim Gajah Perang. Catatan buruk pun menghantui timnas Indonesia U-19 menjelang berlaga di final Piala AFF U-19 2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (29/7/2024) malam.
Sebelum partai final Piala AFF U-19 tahun 2024 digelar, catatan head to head menunjukan betapa digdaya tim Gajah Perang. Dari sembilan kali pertemuan, Garuda Muda hanya mencatatkan sekali menang dan sekali imbang. Sisanya tujuh pertandingan selalu kalah.
Namun kali ini Indonesia punya faktor X. Namanya Indra Sjafri. Dia adalah arsitek timnas U-19 untuk laga final ini. Pelatih asal Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatra Barat ini adalah sosok Kriptonit bagi Thailand. Tiga final ia mendampingi timnya melawan Thailand, semuanya berakhir dengan kemenangan.
Sosok yang pernah dinobatkan sebagai Tokoh Perubahan Republika ini pertama kali membuat Thailand tertunduk pada Piala AFF U-19 di Sidoarjo, Jawa Timur. Saat itu, tim Merah Putih mengalahkan Thailand 3-1 di penyisihan grup sehingga skuad Gajah Perang gagal melaju di babak gugur. Pada partai final, Evan Dimas dkk mengalahkan Vietnam 7-6 lewat adu penalti. Ini gelar pertama Indonesia di kejuaraan kelompok usia 19 tahun ini, sekaligus trofi pertama Indra.
Tangisan pertama Thailand di partai final melawan tim asuhan Indra terjadi pada 2019. Kala itu, timnas U-23 menaklukkan Thailand U-23 dengan skor 2-1 pada final Piala AFF U-23. Indra lagi-lagi jadi pendobrak, di mana timnas U-23 baru pertama tampil di turnamen itu, tapi langsung menjadi juara.
Tahun lalu di pentas yang lebih bergengsi, SEA Games 2023 Kamboja, mantan pemain PSP Padang ini mempersembahkan medali emas, setelah 32 tahun Indonesia tak pernah meraih emas sepak bola di ajang multi event Asia Tenggara ini.
Republika juga menjadi saksi langsung perjuangan Timnas Merah Putih di Stadion Olympic Phnom Penh Kamboja. Skuad asuhan Indra Sjafri membawa Indonesia menaklukkan Thailand dengan skor 5-2 melalui perpanjangan waktu setelah di masa normal bermain imbang dengan skor 2-2.
Terakhir Thailand kembali dibuat tertunduk, kali ini di final Piala AFF U-19 2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Senin (29/7/2024) malam, Indra Sjafri memimpin Garuda Muda untuk menerkam Tim Gajah Perang dengan skor 1-0.
Pohon yang tinggi biasanya selalu diterpa angin kencang. Begitu pula yang diterima Indra Sjafri. Komentar miring mengiringi perjalannya mengoleksi empat trofi timnas kelompok usia. Mulai dari miskin taktik sampai dicap arogan. Namun sosok 61 tahun ini tetap teguh dengan sikapnya yang terkadang terlihat percaya diri berlebihan. Filosofi dan motto yang selalu dipegangnya adalah "semangat menolak menyerah".
Manusia...
Manusia selalu berusaha berubah menjadi lebih baik. Indra juga. Bila mengikuti perjalanan tim-tim yang dipegangnya sejak awal juara Piala AFF U-19, orang bisa melihat dan merasakannya. Meskipun ia masih percaya gaya terbaik untuk timnas Indonesia adalah permainan menyerang lewat sayap. Republika pernah mendengarkan langsung pandangan Indra ini saat berdiskusi dengan pelatih dari akademi Paris Saint Germain di Bali, ketika ia masih berstatus pelatih Bali United.
Di Piala AFF U-19 2024, ia masih bermain dengan trisula lini depan, tapi dengan formasi 3-4-3. Terkadang ia memainkan pola 3-5-2 yang berubah saat bertahan.
Satu yang tak berubah sejak awal, Indra percaya prestasi lebih muda digapa dengan kerja sama tim. Ini yang diutarakannya dalam wawancara dengan official broadcaster selepas juara Piala AFF U-19 2024. Indra memberikan kredit kepada asistennya, pelatih fisik, masseur, ahli gizi, dokter tim, dan juga psikolog yang membantunya sepanjang persiapan menuju tangga juara.
Jika Thailand dianggap Superman, maka Indra adalah kroptonit-nya, sosok penetralisir kekuatan tim Gajah Perang. Tugas Indra belum selesai, bahkan baru akan dimulai. Ada pekerjaan lebih besar menantinya.
Pertama, meloloskan Indonesia ke Piala Asia U-20 tahun depan. Caranya dengan lolos terlebih dulu dari babak kualifikasi yang berlangsung September tahun ini. Indonesia akan menjadi tuan rumah Grup F, menjamu Maladewa, Timor Leste, dan Yaman.
Berikutnya, mengantarkan Indonesia berlaga di Piala Dunia U-20 2025. Caranya dengan finis minimal di empat besar Piala Asia U-20 2025. Tugas berat, tapi ia yakin bisa mencapainya jika semua pihak bersatu memberikan dukungan kepada timnya.
Dengan bukti empat trofi yang dipersembahkannya selama ini dan statusnya sebagai sang pendobrak, bukan tak mungkin cita-cita mengantarkan Indonesia berlaga di Piala Dunia U-20 bisa diwujudkannya.
Selamat, coach Indra. Mari bawa Garuda terbang tinggi!