Ismail Haniyeh Wafat dan Janji Allah untuk Mereka yang Syahid

Ismail Haniyeh merupakan simbol lawan Israel.

Universitas Bina Sarana Informatika
Ilustrasi baca Alquran.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Biro Hamas (harakatul muqawwamah al islamiyah/gerakan perlawanan Islam terhadap Israel) Ismail Haniyeh wafat saat berada di rumahnya di Kota Teheran, Iran. Operasi militer menggunakan peluru yang dikendalikan dari jarak jauh tersebut berlangsung pada dinihari di saat banyak orang terlelap dalam tidur.

Baca Juga


Kematian Haniyeh direspons dengan dukacita berbagai kalangan dari banyak negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengungkapkan duka cita tersebut. Sejumlah simpatisan pendukung perjuangan Palestina merdeka juga mengungkapkan hal yang sama.

Wakil Presiden RI periode 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla mengungkapkan perasaan tersebut. Dia juga mengenang pertemuan terakhirnya dengan Haniyeh yang terjadi beberapa waktu lalu.

Hamas juga mengeluarkan pernyataan resmi dengan mengutip Surah Ali Imran ayat 169,

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Wa lā taḥsabannallażīna qutilụ fī sabīlillāhi amwātā, bal aḥyā`un 'inda rabbihim yurzaqụn

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mereka yang wafat syahid di jalan Allah sebenarnya tidak mati. Mereka masih hidup membersamai perjuangan yang dilakukan umat Islam.

Selain itu, Allah juga menjanjikan suatu hal kepada mereka para syuhada yang berjuang di jalan Allah. Janji itu tersebut dalam Surah Muhammad ayat 4 berikut ini,

فَإِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَضَرْبَ ٱلرِّقَابِ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَثْخَنتُمُوهُمْ فَشُدُّوا۟ ٱلْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّۢا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَآءً حَتَّىٰ تَضَعَ ٱلْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَٱنتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ ۗ وَٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَن يُضِلَّ أَعْمَٰلَهُمْ

Fa iżā laqītumullażīna kafarụ fa ḍarbar-riqāb, ḥattā iżā aṡkhantumụhum fa syuddul-waṡāqa fa immā mannam ba'du wa immā fidā`an ḥattā taḍa'al-ḥarbu auzārahā, żālika walau yasyā`ullāhu lantaṣara min-hum wa lākil liyabluwa ba'ḍakum biba'ḍ, wallażīna qutilụ fī sabīlillāhi fa lay yuḍilla a'mālahum

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Tafsir ayat tersebut, khususnya bagian akhir yang menjelaskan tentang pahala para syuhada adalah sebagai berikut, sebagaimana dijelaskan Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Wajiz,

 

Orang-orang yang berjihad untuk meninggikan kalimat Allah dan mengharap keridhoan-Nya tidak akan pernah dikurangi pahala amalnya oleh Allah. Bahkan Allah akan memberi mereka pahala dan balasan yang sempurna dan mulia. Qatadah memberi tanggapan tentang ayat Dan orang-orang yang berperang di jalan Allah bahwa ayat ini turun pada hari Ahad.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler