Ayat Pengusir Roh Jahat, Sihir, dan Hal Negatif: Arab, Latin, Terjemah, dan Tafsirnya
Sejumlah ayat Alquran bermanfaat untuk mengusir setan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setan selalu saja mengganggu manusia dengan berbagai cara. Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat ad-Darimi pernah disambangi seorang ibu yang membawa anak. Ibu itu menceritakan bahwa si anak selalu digoda setan biasanya tiga kali dalam sehari. Kemudian Nabi mendoakan anak tersebut sehingga setan tak lagi mengganggu si anak.
Kepastian setan terus menggoda manusia disampaikan Allah dalam Surah an-Nas ayat 6, bahwa mereka adalah makhluk yang selalu mengganggu (yuwaswisu) manusia. Lalu bagaimana cara mengusir mereka?
Seorang ulama, Khalid bin bin Abdurrahman bin Ali al-Jarisy dalam kitabnya "Ar-Ruqyah as-Syar’iyyah Kamilah Min Alquran wa as-Sunnah" menyebutkan, salah satu ayat Alquran yang berfungsi mengusir setan adalah Al Baqarah ayat 102.
وَٱتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
wattaba’ụ mā tatlusy-syayāṭīnu ‘alā mulki sulaimān, wa mā kafara sulaimānu wa lākinnasy-syayāṭīna kafarụ yu’allimụnan-nāsas-siḥra wa mā unzila ‘alal-malakaini bibābila hārụta wa mārụt, wa mā yu’allimāni min aḥadin ḥattā yaqụlā innamā naḥnu fitnatun fa lā takfur, fa yata’allamụna min-humā mā yufarriqụna bihī bainal-mar’i wa zaujih, wa mā hum biḍārrīna bihī min aḥadin illā bi`iżnillāh, wa yata’allamụna mā yaḍurruhum wa lā yanfa’uhum, wa laqad ‘alimụ lamanisytarāhu mā lahụ fil-ākhirati min khalāq, wa labi`sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānụ ya’lamụn
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al Wajiz menjelaskan sebagai berikut:
Kaum Yahudi mengikuti perkataan setan dan atau setan (dari golongan manusia: penyihir) pada masa raja Sulaiman. Mereka mengira bahwa Sulaiman tidak akan bisa memanfaatkan jin dan angina kecuali dengan sihir, sehingga mereka meminta ilmu sihir itu. Sulaiman bukan kafir hanya karena bisa melakukan sesuatu yang magis, lalu mereka belajar kepada sulaiman, tapi mereka juga bukan kafir, karena yang kafir itu adalah sihir.
Adapun, setan-setan laki-laki-lah yang kafir karena mengajarkan sihir kepada manusia sehingga manusia melakukannya. Para setan melakukan melakukan itu semua dengan maksud agar manusia tergoda dan tersesat. Mereka juga mengajarkan manusia tentang apa yang diturunkan kepada dua malaikat: Harut dan Marut di negeri Babilonia, sebuah negeri di Irak. Dulu, kedua malaikat itu mengajarkan sihir kepada manusia agar mereka menjauhi setan, tapi wujud mereka yang sesungguhnya adalah sebagai malaikat.
Lihat halaman berikutnya >>>
Dua malaikat itu turun ke dunia dengan permintaan itu. Namun mereka berdua (malaikat) tidak akan mau mengajari mereka sebelum mengatakan kepada mereka: “Jangan lakukan ini itu dan jangan kafir, kami hanya ujian dan fitnah dari Allah untuk para hambanya. Dengan pengajaran sihir itu, diantaranya menyebabkan perceraian dengan suami-istri mereka, karena ditanamkan kebencian dan amarah kepada keduanya.
Menurut jumhur di luar Mu’tazilah dan Abu Hanifah bahwa sihir itu mempunyai dampak terhadap hati, namun hanya bisa berdampak ketika memang Allah izinkan. Manusia belajar sihir yang justru dapat membahayakan agama mereka. Sihir tidak dapat memberi kemanfaatan dunia, karena sihir adalah sebuah bahaya yang nyata. Sesungguhnya kaum Yahudi mengetahui, bahwa siapa yang lebih memilih sihir dibandingkan Taurat, maka mereka tidak akan mempunyai kesempatan untuk masuk surga. Sungguh teramat buruk, mereka menjual jiwa dan agama mereka dengan sihir. Mereka juga tidak mengamalkan ilmu mereka, seandainya mereka tahu bahwa azab bagi mereka tidak akan menunggu lama.
Sebab turunnya ayat ini: diriwayatkan dari Muhammad Ishaq dan Imam Thabari dan lainnya bahwa beberapa pendeta Yahudi berkata: “Jangan heran kalian dengan Muhammad, yang berkata bahwa Sulaiman adalah seorang nabi? Itu semua bohong, Sulaiman hanyalah seorang penyihir.” Maka turunlah ayat ini.