Pemimpin Chechnya akan Tembak Orang yang Menyuruh Putrinya Lepas Jilbab
Siapa pun yang menyuruh putri saya melepas jilbabnya, dia musuh Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, GROZNY -- Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Akhmatovich Kadyrov menyebut, orang-orang yang menuntut larangan mengenakan jilbab atau hijab di Rusia sebagai "musuh Islam". Dia pun berjanji, akan menghabisi siapa saja yang menyuruh putrinya melepas jilbab.
Kadyrov menyampaikan hal itu dalam rapat Kabinet Pemerintah Chechnya, yang videonya diunggah di saluran Telegram miliknya. Adapun Chechnya merupakan bagian dari negara Rusia.
"Saya akan membunuh di tempat, saya akan menembak di tempat siapa pun yang menyuruh putri saya melepas jilbabnya, siapa pun itu. Dia adalah musuh, musuh pribadi saya, musuh Islam," kata Kadyrov dikutip dari NEWS.am di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Ketika Kadyrov mengeluarkan ultimatum itu, video menyoroti putri kandungnya, Aishat Kadyrova (25 tahun) yang mengenakan jilbab. Kadyrova merupakan wakil perdana menteri Chechnya di bawah pemerintahan ayahnya.
Kadyrov menyebut, banyak tamu dari berbagai agama datang ke Chechnya. "Kami tidak peduli dengan aturan berpakaian mereka, kami peduli dengan pakaian (penduduk) kami. Kami menyerukan, kami tidak menghukum, tapi kami mendorong masyarakat untuk mengikat (mengenakan) jilbab," ucap Kadyrov.
Tidak hanya itu, Kadyrov juga mengingatkan mereka yang mempermasalahkan jilbab di wilayahnya. Menurut dia, Chechnya berdiri melawan "para pemalas yang mengejar jilbab."
Dia pun menambahkan, "kami akan melawan setan-setan ini". Hanya saja, pada saat yang sama, Kadyrov menyatakan penolakannya terhadap penggunaan burqa, yang menutupi wajah di Chechnya.
Selama ini, Kadyrov dikenal sebagai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin. Adapun Chechnya merupakan wilayah otonom di kawasan Kaukasus di Rusia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Kepala Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin belum lama ini, menyerukan larangan menyeluruh terhadap penggunaan niqab atau cadar di negaranya. Hal itu menyusul serangan teror di Dagestan pada Juni 2024, yang menurutnya dilakukan oleh "teroris Islam", begitu laporan kantor berita Rusia, RIA Novosti.
Berbicara pada sesi tanya jawab di Forum Hukum Internasional di Saint Petersburg, Bastrykin setuju dengan salah satu audiens yang menyarankan agar Rusia mengikuti contoh negara di Asia Tengah yang mayoritas penduduknya Muslim. Di Asia Tengah, terdapat berbagai pembatasan terhadap niqab, yang menutupi wajah pemakainya
"Adalah tugas Negara untuk mengesahkan undang-undang yang melarang apa yang Anda bicarakan. Di sana (di negara-negara Asia Tengah), hal itu dilarang, tapi di sini diperbolehkan. Mengapa? Saya tidak tahu, saya bukan legislator. Tapi saya setuju dengan Anda, kami harus segera melarang semuanya," kata Bastrykin.