Ini Dia Guru Spiritual Sukarno yang Disegani Penjajah

Selain Kiai Dahlan, Sukarno juga berguru kepada Kiai Hasyim Asyari.

King Saud Foundation
Pertemuan Presiden Sukarno dengan Raja Saudi Saud bin Abdulaziz pada 1955.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukarno, proklamator kemerdekaan Indonesia, dikenal memiliki banyak guru spiritual yang memengaruhi perjalanan hidupnya, terutama dalam hal nasionalisme dan keyakinan spiritual. Salah satu guru spiritualnya yang sangat dihormati, bahkan oleh penjajah, adalah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Baca Juga


KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai seorang ulama besar yang memiliki pemahaman mendalam tentang Islam dan juga aktif dalam perjuangan melawan penjajahan. Meskipun beliau lebih banyak dikenal sebagai tokoh pendidikan dan pembaru Islam, pengaruh spiritual dan pemikirannya sangat kuat terhadap Sukarno. Kiai Dahlan mengajarkan Sukarno untuk berpikir kritis dan memadukan antara spiritualitas dan nasionalisme, yang kemudian menjadi landasan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selain Kiai Dahlan, Sukarno juga berguru kepada Kiai Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad. Para guru dan sahabat Sukarno ini sudah banyak dikenal masyarakat muslim Indonesia.

Namun, ada juga guru spiritual Sukarno yang belum banyak dikenal. Salah satunya adalah adalah Syekh Muhammad Yusuf. Ulama kharismatik ini juga ikut berjuang dengan gagah berani melawan penjajah.

Ulama yang juga dikenal sebagai Engkong Usuf ini merupakan pejuang yang disegani oleh penjajah maupun oleh garong atau penyamun yang ada di Depok, Jawa Barat. Salah seorang cicitnya, Fachruddin Sholeh mengatakan, Engkong Usuf juga merupakan salah guru spiritual Sukarno.

Bahkan, menurut dia, tongkat Komando pertama yang dipegang Sukarno juga berasal dari pemberian Syekh Yusuf. Walaupun, kemudian Sukarno sendiri memiliki banyak tongkat komando yang mengandung kesaktian.

Saat akan memproklamasikan kemerdekaan, menurut dia, Syekh Yusuf juga berada di kediaman Sukarno. Sementara, Sukarno sendiri sering datang kepada rumah Syekh Yusuf di Depok bersama sopirnya yang bernama Matarib.

"Memang beliau ini merupakan salah satu guru spiritualnya Sukarno. Kan Sukarno punya 40 guru spiritual, nah salah staunya Syekh Yusuf," ujar Fachruddin saat berbincang dengan //Republika//, Jumat (8/3/2019) lalu.

Syekh Yusuf merupakan salah satu penjuang yang dihormati Sukarno. Karena, menurut dia, Syekh Yusuf juga merupakan Panglima Hizbullah yang memimpin pasukan Hizbullah untuk membumihanguskan Batalyon 10 lapangan Banteng yang merupakan Markas Belanda di Batavia.

Dengan ilmu kanuragan yang tinggi, Belanda dibuat kerepotan saat itu. Karena, konon Syekh Yusuf tidak mempan ditembak, tidak mempan diledakkan dengan bom, bahkan bisa menghilang dari sergapan dan kepungan Belanda. Setelah itu, perjuangan Syekh Yusuf terus dilanjutkan hingga kemerdekaan.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

"Setelah sukses membumihanguskan di Lapangan Banteng, lalu beliau ke Depok dengan pasukan Hizbullah untuk membumihanguskan kerisedan Depok," kata Fachruddin.

Saat Republika berziarah ke makam Syekh Yusuf di Depok, di batu nisannya tertulis kelahirannya yakni pada 1971. Namun, menurut Fachruddin, sebenarnya Syekh Yusuf lahir pada 1857.

Syekh Yusuf merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Ayahnya bernama Sanen dan ibunya bernama Putri Kecil. Putri Kecil ini adalah putri dari Pangeran Kuflu, yang merupakan putra dari Putri Deknor.

Silsilah selanjutnya menyebutkan bahwa Putri Deknor adalah putri dari Raden Saleh. Raden Saleh putra dari Pangeran Jayakarta Pangeran Jayakarta adalah Syarif Hidayatullah. Ibu Syarif Hidayatullah adalah seorang wanita pilihan bernama Endang Geulis Putri dari Prabu Kiansantang. Sedang Prabu Kiansantang adalah putra dari Prabu Siliwangi.

Menurut Fachruddin, masa kecil Syeh Yusuf dihabiskanya di wilayah Cikini, Jakarta Pusat. Kemudian, di tengah perjuangannya Syekh Yusuf pindah ke Depok pada 1890.

Selanjutnya, Syekh Yusuf menikah dengan Aisyah binti Jian, seorang wanita asli kelahiran Kampung Serap, Sukmajaya, Depok. Pernikahan mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Hapsah, Aminah dan Abdullah.

Di Depok, Syekh Yusuf mendapatkan hibah tanah seluas 6,5 Hektar dari masyarakat asli Depok. Di lokasi itulah kemudian Syekh Yusuf mendirikan rumah dan padepokan pencak silat yang bernama Sinar Cikini.

Syekh Yusuf belajar Ilmu kanuragan dan agama kepada KH Muhiddin Parung Sapi Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Ilmu KH Muhiddin sendiri jika dirunut sesungguhnya berasal dari Syekh Abdul Muhyi Pamijahan,Tasikmalaya, Jawa Barat. Ilmu Syekh Abdul Muhyi sendiri berasal dari Syeikh Abdul Rouf Al Baghdadi, ulama yang berguru pada Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani.

Selain berguru kepada KH Muhiddin, menurut Facruddin, Syekh Yusuf juga belajar agama kepada Syekh Nawawi al-Bantani. "Beliau itu satu generasi Syekh Kholil Bangkalan, sama-sama belajar kepada Syekh Nawawi al-Bantani," jelas Fachruddin.

Syekh Yusuf wafat Pada 5 Januari 1971. Jenazahnya dimakamkan di Kampung Sugutamu Desa Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat. Hingga saat ini makamnya selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, tokoh-tokoh juga banyak yang berziarah ke Makam Syekh Yusuf, yang berada berada di dalam komplek real estate Pesona Khayangan Kota Depok.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler