Sepekan Tiba di Inggris Mencari Harapan, Imigran Suriah Ini Ditemukan Wafat Peluk Alquran
Inggris menjadi tujuan favorit imigran Muslim dari negara-negara Islam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Seorang istri menemukan suaminya meninggal di mejanya dengan masih memegang Alquran, beberapa hari setelah tiba di Inggris.
Hassan Khebbeiz melarikan diri dari konflik di Suriah ke Inggris dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik bersama istri dan kedua anaknya. Dia ditempatkan di akomodasi sementara di Birmingham ketika dia tiba-tiba meninggal pekan lalu.
Keluarga pria berusia 59 tahun ini sekarang harus menghadapi kehidupan baru mereka di Inggris sendirian karena orang tua Hassan meninggal di usia muda dan saudara laki-laki serta empat saudara perempuannya masih berada di Suriah.
Iqbal & Sons Bereavement Service yang berbasis di Oldbury telah menawarkan untuk menanggung biaya pemakaman Hassan di bawah program pemakaman Muslim gratis, demikian dilaporkan BirminghamLive.
Perusahaan tersebut mengatakan, “Dia tiba pada Agustus, hanya sepekan kemudian istrinya menemukannya tertelungkup di atas meja dengan Alquran di tangannya. Ini sangat menyedihkan.”
Perusahaan ini juga telah meluncurkan sebuah seruan untuk mengumpulkan dana sebesar 3.700 poundsterling untuk membayar biaya pemakamannya di Pemakaman Sutton New Hall dan sejauh ini telah terkumpul lebih dari dua kali lipat.
Bunyinya: “Dengan berat hati kami menghubungi Anda untuk berbagi kisah Hassan Khebbeiz, seorang pengungsi berusia 59 tahun dari Damaskus, Suriah.
Kehidupan Hassan ditandai dengan ketangguhan dan kesulitan, setelah kehilangan orang tuanya di usia muda dan bekerja sebagai buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seperti banyak orang lain yang melarikan diri dari konflik, ia mencari perlindungan di Inggris, berharap dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.
Tragisnya, Hassan ditemukan di tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah, meninggal dunia secara tiba-tiba saat sedang membaca Alquran.
Menghadapi kehilangan yang begitu besar, istri dan dua anaknya yang masih kecil, yang kini tinggal sendirian di Inggris, harus menghadapi masa-masa sulit ini tanpa dukungan keluarga besar.
Populasi meningkat
Dari penelitian Pierre Rostan and Alexandra Rostan dari Higher Colleges of Technology di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang dilansir pada 2019 lalu. Mereka menggunakan proyeksi dengan sejumlah skenario
Dalam skenario pertama, dihitung kapan umat Islam akan menjadi mayoritas ( di atas 50 persen populasi) di Eropa jika imigrasi dihentikan sama sekali. Dalam skenario itu, negara Eropa yang akan menjadi mayoritas Muslim pertama adalah Belgia (tahun 2175) disusul Bulgaria (tahun 2160), Siprus (tahun 2175), Prancis (tahun 2165), dan Swedia (tahun 2170). Sementara Inggris, merujuk skenario ini, baru jadi negara mayoritas Muslim pada 2195.
Jika dihitung dengan skenario kedatangan imigran, Inggris juga tak berada di papan atas negara Eropa yang akan jadi mayoritas Muslim. Di puncak, ada Ciprus yang akan jadi mayoritas Muslim pada 2065 dan Yunani pada 1085. Sementara Inggris baru menjadi mayoritas Muslim dengan skenario ini pada 2165.
Saat ini, sekitar 5 persen dari penduduk Eropa adalah Muslim. Ada dua faktor utama yang mendorong pertumbuhan lekas Muslim di Eropa.
Pertama, tingkat kesuburan populasi Muslim lebih tinggi dibandingkan komunitas di Eropa lainnya. Selanjutnya, tingginya kedatangan imigran yang mencapai puncaknya pada tahun 2015. Para pengungsi datang terutama dari negara-negara Muslim di seberang Laut Mediterania atau lewat darat melalui Eropa Tenggara.
Studi yang dilakukan oleh American Pew Research Center yang memperkirakan bahwa pada 2050, persentase umat Islam akan mencapai jumlah tersebut. Muslim akan mencapai 20 persen di Jerman, 18 persen di Prancis, dan 17 persen di Inggris.
Merujuk sensus yang dilakukan Muslim Council of Britain, ada sejumlah statistika terkait Muslim di Inggris. Pertama, Muslim Inggris yang berusia di bawah 16 tahun jumlahnya hampir dua kali lipat dari keseluruhan populasi, yang menunjukkan tren demografi kaum muda.
Selain itu, mayoritas (51 persen) Muslim di Inggris dan Wales adalah kelahiran Inggris, dan sebagian besar (75 persen) mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Inggris. Lebih dari 90 persen umat Islam fasih berbahasa Inggris atau menganggapnya sebagai bahasa utama mereka.
Meskipun populasi Muslim sebagian besar berasal dari etnis Asia Selatan dan Afrika, populasi Muslim tersebar di berbagai kelompok etnis, termasuk komunitas Gipsi Roma yang berpindah-pindah.
Terdapat peningkatan yang signifikan dalam pencapaian pendidikan, dengan 32,3 persen umat Islam memiliki kualifikasi tingkat sarjana pada 2021, dibandingkan dengan 24 persen pada 2011, yang sebagian besar didorong oleh lebih besarnya partisipasi perempuan Muslim dalam pendidikan tinggi.
Meskipun ada kemajuan dalam bidang pendidikan, bayi baru lahir dari keluarga Muslim sebagian besar dilahirkan di daerah tertinggal, dengan prospek mobilitas sosial yang terbatas, terutama terlihat pada pekerjaan eselon yang lebih tinggi.
Populasi Muslim masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan yang tertinggal, sehingga memerlukan peningkatan perhatian dan inklusi dalam strategi peningkatan level pemerintah di masa depan.