Hadits Keutamaan Bekerja dengan Baik, Sungguh-Sungguh, dan Profesional

Saat bekerja lakukanlah dengan baik dan bersungguh-sungguh dan profesional.

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Hadits Keutamaan Bekerja dengan Baik, Sungguh-Sungguh, dan Profesional. Foto: Ilustrasi nelayan
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bersyukurlah jika kita masih bisa bekerja dan berusaha sehingga mendapat penghasilan. Sehingga, saat bekerja lakukanlah dengan baik dan bersungguh-sungguh.

 وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي)

Artinya: Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara itqan (professional)”. (HR. Thabrani).

Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah II menjelaskan, ketika kita diberikan amanah pekerjaan, hendaknya pekerjaan tersebut dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sepenuh hati dan tidak mengecewakan orang-orang yang mempercayakan kita untuk bekerja.

Allah menyukai hamba-Nya yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan diselesaikan secara baik. Yang pada akhirnya orang itu bisa menikmati hasil dari perasan keringatnya.

Hadits ini merupakan penjelasan dari Alquran Surat At Taubah ayat 105:

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Dalam hadits lainnya disebutkan:

اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Menurut Buya Alfis, makna hadits ini merupakan tamsil yang menggambarkan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Yakni, bagaimana seseorang menjalani kedua kehidupan tersebut.

Pengertian tamsil ini tersirat melalui lafaz ka-annaka yang menurut ilmu balaghah dinamakan sebagai sarana tasybih (sarana untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu lainnya). Mengingat hal yang diserupakan merupakan suatu hal yang mustahil, karena tiada seorang manusia pun yang hidup untuk selama-lamanya maka dipakailah ka-anna yang artinya: seakan-akan kamu benar-benar akan hidup selamanya.

 

Baca Juga



BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler