Seruan Penghentian Perang Palestina: Antara Pencitraan dan Tindakan Nyata dalam Islam
Seruan demi seruan terus bergema untuk mengantikan genosida Palestina.
Dalam forum parlementer Indonesia-Afrika yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada tanggal 1 September 2024, Ketua DPR Puan Maharani menyuarakan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan wilayah konflik lainnya (bali.suara.com, 1/9/2024).
Namun, seruan demi seruan untuk mengakhiri konflik Palestina yang telah lama disuarakan oleh pejabat dan penguasa negeri-negeri muslim hingga kini terbukti tidak mampu menghentikan kekejaman Zionis. Malahan, serangan terhadap rakyat Palestina semakin brutal.
Ini menunjukkan bahwa hanya dengan seruan tanpa tindakan nyata, para pemimpin muslim terkesan hanya melakukan pencitraan belaka.
Zionis, yang didukung oleh Amerika Serikat sebagai negara kapitalis, secara sengaja ditempatkan di Palestina untuk menjaga kepentingan Amerika di wilayah kaum muslimin.
Dalam pandangan Islam, penjajahan ini harus dihadapi dengan jihad fii sabilillah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Baqarah ayat 190 yang memerintahkan umat muslim untuk memerangi orang-orang yang menyerang mereka.
Sejarah mencatat bahwa pemimpin muslim yang sejati, seperti Panglima Salahuddin al-Ayyubi dan Sultan Abdul Hamid II, bertindak tegas untuk melindungi tanah Palestina dari invasi dan pendirian negara Zionis.
Mereka mengerahkan pasukan untuk mempertahankan wilayah kaum muslimin. Sikap seperti inilah yang seharusnya diambil oleh pemimpin muslim saat ini, namun sayangnya mereka lebih memilih untuk berkompromi dan terpengaruh oleh hegemoni kapitalisme.
Sistem kapitalisme saat ini telah memecah-belah negeri-negeri muslim menjadi negara-negara nation-state yang terpisah oleh batas-batas imajiner dan terjebak dalam nasionalisme sempit.
Hal ini mengakibatkan umat muslim sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak lagi memperhatikan penderitaan saudara seiman mereka di Palestina.
Islam mengajarkan ukhuwah yang kuat atas dasar akidah, tanpa memandang suku, etnis, atau ras. Persaudaraan ini diperintahkan oleh Allah dalam Al-Hujurat ayat 10. Negara yang berlandaskan Islam memiliki peran penting dalam menanamkan sikap umat terhadap saudara-saudara mereka yang dijajah, seperti Palestina.
Selain itu, negara juga wajib membina rakyatnya untuk memiliki kesadaran politik Islam dan memahami kewajiban melakukan dakwah serta jihad untuk melawan penjajah.
Sistem pendidikan Islam, bertujuan membangun kepribadian Islam yang kokoh. Dengan begitu, setiap muslim akan selalu menyeru kepada kebenaran dan bersikap tegas terhadap penjajahan, melalui berbagai mekanisme, hingga Palestina dapat dibebaskan secara hakiki.
Sejatinya, seruan untuk menghentikan genosida di Palestina tanpa disertai tindakan nyata seperti pengiriman pasukan adalah sebuah pencitraan belaka. Islam menuntut aksi nyata dalam bentuk jihad dan perjuangan yang dipimpin oleh negara yang berlandaskan akidah Islam.