Jenderal Purnawirawan Israel: Bukan Hamas yang Hancur tapi Kita
Jumlah terowongan Hamas yang dihancurkan Israel hanya beberapa persen.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Seorang mantan perwira senior di pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengkritik perang yang sedang berlangsung melawan Palestina di Gaza. Mantan perwira senior Israel itu menyatakan, strategi saat ini justru membawa Israel ke arah potensi keruntuhan alih-alih kemenangan.
Mayor Jenderal Purn Yitzhak Brik menyampaikan komentarnya dalam sebuah opini terbaru yang diterbitkan di Haaretz. Menurut pensiunan perwira tinggi tersebut, perang di Gaza menyebabkan kerugian besar bagi pasukan pertahanan Israel dan stabilitas Israel secara lebih luas.
Yitzhak Brik juga menentang gagasan di antara para pemimpin politik dan militer Israel bahwa menarik pasukan dari Gaza setelah kesepakatan penyanderaan dengan Hamas akan menandakan kekalahan. Yitzhak Brik menggambarkan hal ini sebagai kesalahpahaman mendasar atas situasi tersebut, dengan menyatakan bahwa hal itu digunakan untuk membenarkan upaya perang yang terus berlanjut dan pada akhirnya tidak efektif.
Strategi saat ini, tulis Yitzhak Brik, termasuk serangan berulang kali ke Gaza, belum mencapai tujuannya. Yitzhak Brik memperingatkan bahwa tentara Israel (IDF) semakin melemah dan operasi yang terus berlanjut memperburuk situasi.
“Jika kita terus bertempur di Gaza dengan menyerbu dan menyerbu lagi target yang sama, kita tidak hanya tidak akan menghancurkan Hamas, tetapi kita sendiri yang akan menghancurkan diri kita,” kata Yitzhak Brik, dikutip dari laman Middle East Monitor, Kamis (5/9/2024).
Tentara penjajah Israel telah melancarkan serangan brutal di jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang dipimpin oleh Hamas. Serangan Israel telah membunuh hampir 41.000 warga Palestina, terutama wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.300 lainnya.
Serangan gencar tersebut telah memicu serangan lintas batas selama berbulan-bulan antara Hizbullah di Lebanon dan Israel, di tengah kekhawatiran akan perang besar-besaran antara kedua negara.
Jenderal pensiunan itu yakni Yitzhak Brik juga menyoroti ketegangan pada militer, ekonomi, dan dampak sosial Israel yang lebih luas. “Para prajurit cadangan IDF sudah memberikan suara melalui tindakan, dengan banyak yang tidak lagi setuju untuk direkrut lagi dan lagi,” katanya.
“Tujuan perang menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera dengan tekanan militer belum tercapai," ujar Yitzhak Brik.
Yitzhak Brik berpendapat lebih lanjut bahwa ketidakmampuan IDF untuk mengendalikan Gaza sepenuhnya, termasuk jaringan terowongan bawah tanah yang digunakan oleh Hamas, menandakan kesia-siaan pendekatan militer saat ini.
"Jumlah terowongan yang dihancurkan IDF hanya beberapa persen," tegasnya, menekankan bahwa upaya IDF sebagian besar tidak efektif.
Perundingan pembebasan sandera..
Yitzhak Brik mengusulkan agar Israel merundingkan kesepakatan untuk pembebasan sandera dan mengakhiri operasi militer di Gaza. Menyerukan perombakan total kepemimpinan politik dan militer saat ini, yang ia gambarkan sebagai pihak yang terlibat dalam kegagalan yang sedang berlangsung.
"Kita harus menghentikan perang di Gaza, yang mungkin juga akan menyebabkan penghentian pertempuran dengan Hizbullah, serta mengurangi kemungkinan terjadinya perang regional multi front, yang sama sekali tidak kita persiapkan," kata Yitzhak Brik.
Sebagai penutup, Yitzhak Brik mengatakan bahwa pendekatan ini adalah satu-satunya cara yang layak untuk memastikan keamanan dan stabilitas jangka panjang Israel.
Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza meskipun ada Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Blokade Israel terhadap Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, yang mengakibatkan sebagian besar wilayah kantong itu hancur. Negara apartheid itu dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Namun Israel membantah tuduhan tersebut.