Tahun 2024 Hampir Dipastikan Jadi Tahun Terpanas

Seluruh dunia mengalami Agustus terpanas pada tahun 2024 dan 2023.

AP Photo/Eugene Hoshiko
Orang-orang menggunakan payung saat cuaca panas dan cerah, Tokyo. Rabu, 12 Juni 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Lembaga pemantau cuaca Eropa, Copernicus, mencatat musim panas 2024 merupakan periode terpanas yang pernah dicatat. Pencatatan ini memperkuat kemungkinan 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah diukur manusia.

Baca Juga


Ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang ditimbulkan aktivitas manusia ditambah fenomena alami El Nino, membuat suhu tahun ini melonjak dan meningkatkan intensitas peristiwa cuaca ekstrem. Copernicus mengatakan suhu rata-rata musim panas meteorologi utara yakni Juni, Juli dan Agustus 16,8 derajat Celsius. Sekitar 0,3 derajat Celsius lebih panas dari rekor 2023.

Lembaga cuaca Eropa itu mulai mencatat suhu pada 1940-an, tapi Amerika Serikat, Inggris dan Jepang yang sudah melakukan pencatatan sejak pertengahan abad ke-19 menunjukkan satu dekade terakhir merupakan terpanas sejak pengukuran dilakukan dan kemungkinan selama 120 ribu tahun terakhir.

Sampai bulan lalu, seperti ilmuwan lain, Direktur Copernicus, Carlo Buontempo tidak yakin 2024 akan memecahkan rekor sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, karena Agustus 2023 sangat panas dibandingkan rata-rata. Tapi karena panas Agustus 2024 mirip 2023, kini ia "sangat yakin" tahun ini memecahkan rekor sebagai tahun terpanas.

“Agar tahun 2024 tidak menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, kita perlu melihat pendinginan lanskap yang sangat signifikan selama beberapa bulan yang tersisa, yang sepertinya tidak mungkin terjadi pada saat ini,” kata Buontempo.

Buontempo mengatakan dengan La Nina yang diperkirakan segera tiba, empat bulan terakhir tahun ini tidak akan memecahkan rekor seperti kuartal terakhir tahun lalu. Tapi tidak akan cukup menahan 2024 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas.

Seluruh dunia mengalami Agustus terpanas pada tahun 2024 dan 2023 sekitar 16,82 derajat Celsius. Direktur Copernicus Carlo Buontempo mengatakan Juli tahun ini tidak memecahkan rekor tapi tepat dibelakang tahun 2023. Namun, kata Buontempo, Juni 2024 jauh lebih panas dari Juni 2023. Ia menambahkan musim panas tahun ini yang terpanas yang pernah tercatat.

"Angka-angka ini mengindikasi bagaimana krisis iklim telah mencengkram kita," kata ilmuwan iklim Potsdam Institute for Climate Research Stefan Rahmstorf yang tidak terlibat dalam pencatat Copernicus, Ahad (8/8/2024).

Panas yang mencengkram terjadi karena tingginya suhu udara. Titik embun yang merupakan salah satu cara mengukur kelembapan udara, kemungkinan mencapai titik tertingginya musim panas ini di sebagian besar wilayah di dunia.

Ilmuwan iklim mengatakan ini bukan hanya angka-angka di buku rekor tapi fenomena cuaca yang merugikan manusia. “Angka-angka ini artinya seluruh dunia semakin sengsara," kata dekan dan ilmuwan iklim University of Michigan Jonathan Overpeck.

Ia mencontohkan Phoenix, Arizona, Amerika Serikat (AS) yang terasa semakin panas dan dalam waktu yang lebih lama. Tahun ini kota itu mengalami 100 hari lebih hari yang suhunya di sekitar 37,8 derajat Celsius.

“Dengan gelombang panas yang lebih panjang dan lebih intensif, muncul kekeringan yang lebih parah di beberapa tempat, dan hujan yang lebih deras serta banjir di tempat lain. Perubahan iklim menjadi terlalu nyata dan terlalu mahal untuk diabaikan,” katanya. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler