Keluhan Nabi Muhammad tentang Umat yang Meninggalkan Alquran

Umat meninggalkan Alquran secara ragawi dan maknawi.

republika
Seorang Muslim tengah membaca Alquran (Ilustrasi)
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Surat Al-Furqan ayat 30 berisi tentang keluhan Nabi Muhammad kepada Allah tentang orang-orang Makkah yang meninggalkan Alquran. Menurut pakar tafsir Alquran KH Abdul Ghofur Maimun atau Gus Ghofur,  indikasi orang yang meninggalkan Alquran itu tidak hanya secara fisik, tapi juga secara maknawi. 

Baca Juga


Allah SWT berfirman: 

 وَقَالَ الرَّسُوْلُ يٰرَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَهْجُوْرًا

Artinya: Rasul (Nabi Muhammad) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran ini (sebagai) sesuatu yang diabaikan.” (QS Al-Furqan [25]: 30).

Melalui ayat tersebut, menurut dia, generasi zaman sekarang bisa berkaca pada zaman Nabi tentang orang-orang yang mengabaikan atau meninggalkan Alquran. 

"Orang akan mengaca bahwa yang dihadapi Kanjeng Nabi adalah umat yang meninggalkan Alquran. Jadi,  orang boleh mengaca apakaj zaman sekarang umatnya sudah meninggalkan Alquran atau tidak," ujar Gus Ghofur beberapa waktu lalu.

Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, Rembang menuturkan, ayat tersebut bercerita tentang Nabi Muhammad saat berada di Makkah. Saat itu, Nabi menyampaikan ajaran Alquran dan banyak yang tertarik dan terpesona. Bahkan, karena sangat tertarik, mereka mendengarkan Nabi membaca Alquran pada malam hari secara sembunyi-sembunyi. 

Namun, para pembesar Quraisy di Makkah melarang masyarakat untuk mendengarkan Alquran. Mereka pun menutup telinga mereka dan mulai meninggalkan Alquran secara fisik. 

"Kalau mendengarkan itu ya secara fisik atau secara kasat mata. Tapi mereka ini meninggalkan Alquran dan itu yang dikeluhkan oleh Nabi Muhammad. Karena, mereka tidak mau mendengarkan Alquran," kata Gus Ghafur. 

Selain itu, menurut dia, ada juga yang meninggalkan Alquran secara maknawi, yaitu mereka yang mengabaikan ajaran-ajaran Alquran, seperti tentang ketuhanan, tentang Nabi Muhammad, tentang syariat, dan hal baik lainnya yang terdapat dalam Alquran. 

"Mereka tidak terima dengan ajaran-ajaran Alquran, bahkan Nabi Muhammad dianggap gila," ucap Gus Ghafur. 

Pada saat itu, menurut dia, Nabi Muhammad tidak hanya menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang Makkah, tapi juga kepada orang-orang luar Makkah yang datang pada musim Haji. Namun, orang-orang Makkah yang tidak menyukai Nabi juga menyampaikan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad adalah orang gila.

"Jadi memang secara fisik itu mereka tidak mau mendengarkan. Nah, secara maknawi ajaran-ajaran itu juga dinafikan," jelas putra almarhum KH Maimoen Zubair ini.

"Pokoknya ajaran-ajaran tentang bahasa Alquran yang indah juga diperolok-olok," ujar dia. 

Namun, menurut Gus Ghafur, meskipun mengeluhkan umat yang mengabaikan Alquran itu, Nabi Muhammad tidak sampai mengecamnya. Lalu, pada surat Al Furqan ayat 31, Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa nabi-nabi sebelumnya juga menghadapi orang-orang seperti itu. Allah SWT berfirman: 

Allah SWT berfirman: 

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِيْنَۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَّنَصِيْرًا

Artinya: "Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari para pendosa. Cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong." (QS Al-Furqan [25]:31)

Dalam ayat tersebut, menurut Gus Ghafur, Nabi Muhammad mendapatkan balasan dari Allah SWT bahwa setiap Nabi itu pasti akan mengalami situasi seperti itu dari kaumny. 

"Nah berarti kalau disimpulkan, setiap generasi pasti ada yang seperti ini," jelas doktor lulusan Universitas al-Azhar (Mesir). 

Pada zaman sekarang pun, menurut Gus Ghafur, selalu ada orang-orang yang meninggalkan Alquran, baik secara fisik maupun secara maknawi. 

"Secara maknawi itu misalnya ada sesuatu yang  kelihatannya tidak cocok langsung dinafikan. Misalnya, ada yang mengatakan ini Alquran sudah ketinggalkan zaman, Alquran sudah tidak bisa menyikapi orang modern. Nah itu dalam hal-hal meninggalkan secara maknawi. Atau, mereka tetap membaca 30 juz setiap Ramadhan, tapi tidak mau melakukan kontemplasi lebih lanjut," kata Gus Ghafur. 

Menurut Gus Ghofur, generasi zaman sekarang sudah mulai ada indikasi untuk mengabaikan ajaran-ajaran Alquran seperti itu, seperti tidak mentadabburi Alquran dan tidak memahami maknanya. 

"Jadi kalau (meninggalkan) secara maknawi misalnya, Alquran hanya untuk dibaca, tidak untuk dipahami. Pengajian-pengajian Alquram tidak mendapatkan tempat," ujar dia. 

Karena itu, menurut dia, umat Islam sekarang perlu sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat kembali pada Alquran, baik secara fisik maupun secara maknawi. 

"Ya itu harus menjadi gerakan ya. Kalau menurut ulama-ulama kita itu kan ada prioritas-prioritas," ujar Gus Ghafur. 

Ketua STAI Al-Anwar Sarang, Rembang ini memahami bahwa umat Islam memiliki banyak amalan-amalan baik yang bisa dikerjakan, seperti membaca dzikir atau sholawat sebanyak-banyaknya. Namun, menurut dia, umat Islam harus memiliki prioritas dalam mengerjakan amalan-amalan tersebut. 

"Kalau ornag gak punya sekala prioritas, Alqurannya sendiri tidak pernah dibaca. Padahal kita itu kan diingatkan berkali-kali bahwa salah satu dzikir terbaik bagi umat Islam itu sebetulnya membaca Alquran, walaupun mislanya satu lembar atau setengah lembar setiap hari," kata Gus Ghafur. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler