UAI Dorong Inovasi Pendidikan Guru dengan Pembelajaran Berbasis CT

Metode pembelajaran berbasis CT dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran.

Republika.co.id
Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menyelenggarakan pelatihan inovatif untuk guru di Yayasan Pesantren Jamiyatul Mubtadi Pagelaran, Kabupaten Pandeglang.
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menyelenggarakan pelatihan inovatif untuk guru di Yayasan Pesantren Jamiyatul Mubtadi Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten. Program tersebut berfokus pada penerapan metode pembelajaran berbasis computational thinking (CT), yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran kritis, kreatif, mandiri, gotong royong, serta membiasakan para guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang terukur dan sistematis.


Kegiatan yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut dirancang untuk melatih para guru dalam mengintegrasikan empat pilar utama berpikir kritis dalam CT, yaitu dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma. Pelatihan itu bertujuan untuk melatih guru agar mampu menerapkan cara berpikir yang terstruktur dalam menyelesaikan masalah yang kompleks di kelas.

Kepala Lembaga Penelitian, Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat (LPIPM) UAI, Dr Yunus Effendi menekankan pentingnya inovasi dalam dunia pendidikan, khususnya bagi para guru pada era digital saat ini. Yunus menyampaikan, penerapan metode pembelajaran berbasis CT dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara logis dan efisien.

"UAI juga menyoroti peran guru sebagai agen perubahan yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan pendidikan, sehingga dapat mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global," kata Yunus dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Dr Ade Jamal menyampaikan, pengenalan konsep dasar CT, komponen utama seperti decomposition, pattern recognition, abstraction, dan algorithm, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ade pun menekankan pentingnya CT dalam era digital untuk membangun solusi atas berbagai persoalan kompleks di masyarakat.

"Para guru diajak memahami bagaimana CT dapat membantu mereka berpikir lebih analitis dalam mengidentifikasi masalah dan merancang solusi yang efektif," ucap Ade. Dia pun menyampaikan bagaimana menerapkan CT dalam proses pembelajaran melalui rencana pelaksanaan pmbelajaran (RPP) dan media pembelajaran berbasis digital dan media fisik tanpa bantuan perangkat elektronik yang biasa disebut unplugged activity.

Ketua kegiatan pengabdian masyarakat UAI, Riri Safitri menjelaskan tentang unplugged activity memungkinkan para guru untuk mengajarkan konsep CT melalui kegiatan praktis yang melibatkan pemecahan masalah, pengenalan pola, dan penyusunan algoritma secara manual. Riri memperkenalkan konsep higher order thinking skills (HOTS), yang bertujuan meningkatkan keterampilan analitis, evaluatif, dan kreatif siswa.

"Penerapan HOTS diharapkan mampu mendorong siswa untuk berpikir lebih mendalam dan inovatif, serta menjadi bekal dalam menghadapi tantangan dunia modern," ucap Riri.

Suci Rahmatia menjelaskan, bagaimana penerapannya dalam kurikulum dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan evaluatif. Dia menyebut, membahas contoh soal yang dirancang untuk mengasah kemampuan HOTS. "Soal-soal tersebut disusun agar siswa terbiasa dengan tantangan yang memerlukan pemikiran analitis dan penyelesaian masalah yang kreatif," kata Suci.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler