Sekda Akui Jabar Masih Miliki Banyak Pekerjaan Rumah untuk Jadi Provinsi Termaju 2025

Saat ini, berbagai tantangan berat di Jabar masih terlihat

Dok Republika
Sekda Provinsi Jabar Herman Suryatman di acara Seminar Nasional yang digelar oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) dengan tema
Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Berbagai upaya terus dilakukan berbagai pihak untuk terus mengamankan bahkan mendorong pertumbuhan ekonomi ditengah menghangatnya kondisi global. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh semua pihak adalah langkah bersama dalam kolaborasi pentahelix. Yaitu unsur akademisi, bisnis (pelaku usaha), community (masyarakat), government (pemerintahan), dan media, atau disingkat ABCGM.

Baca Juga


Menurut Sekda Provinsi Jabar Herman Suryatman, secara ekonomi Jawa Barat (Jabar) selalu menjadi yang terbaik nasional. Misalnya capaian investasi tertinggi nasional diatas Rp 200 triliun kemudian kinerja birokrasi juga terbaik nasional. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mencapai Visi dan Misi Jabar 2025-2040 sebagai provinsi termaju. Padahal, waktunya tinggal satu tahun lagi untuk lepas landas.

"Jabar harus mencapai tingkat kemajuan dan perkembangan pembangunan yang paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya, memiliki keunggulan kompetitif di tingkat dunia dalam berbagai aspek dan menjamin kelestarian sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup dengan tata kelola yang baik dalam jangka panjang," ujar Herman, di acara seminar nasional yang dihadiri kelima elemen Pentahelix yang digelar oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) dengan tema 'Memperkuat Hubungan Pentahelix dalam Mendukung Perekonomian Nasional', Selasa (17/9/2024).

Herman menilai, saat ini tantangan berat di Jabar masih terlihat. Seperti rendahnya kualitas tenaga kerja namun kondisi ini diperumit dengan tingginya upah di Jabar. Disini lah, perlunya andil dari akademisi untuk memperbaiki kualitas SDM.

Selain itu, kata dia, masih ada ketimpangan pembangunan antara daerah industri dan non industri yang menyebabkan ketidakmerataan akses terhadap pekerjaan. Sebagian besar wilayah dengan investasi tertinggi merupakan kawasan industri, dengan investasi di sektor yang padat modal.

"Realisasi investasi di Kawasan Rebana di tahun 2023 masih tergolong rendah, hanya mencapai 8,47 persen dari total investasi yang masuk ke Jabar. Bahkan, investasi di Jabar bagian Selatan lebih rendah dari kawasan Rebana, yaitu hanya 5,6 persen dari total investasi Jabar. Tentu harus segera diperbaiki dengan bantuan pengusaha dan stake holder terkait," katanya.

Saat ini, kata Herman, Jabar fokus pada pengembangan industri berteknologi tinggi, peningkatan inovasi dan riset pada industri. Tentunya tidak bisa sendirian, namun perlu kolaborasi pentahelix. Riset tentu dibutuhkan. "Jabar siap untuk menjadi yang terdepan," katanya.

Di tempat yang sama, Akademisi Unpad Kurniawan Saefullah mengatakan, melalui kolaborasi pentahelix maka semua pihak akan memiliki peran masing-masing sesuai dengan keahliannya. Jangan sampai, pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau investasi Jabar tertinggi namun belum tentu dirasakan seluruh masyarakat.

"Ketimpangan ekonomi jangan sampai membesar. Dari pemerintah dibutuhkan kebijakan untuk mendukung upaya bersama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di Jabar yang berkelanjutan," katanya.

Caranya, kata dia, melalui pemerataan pembangunan hingga investasi. Jabar bisa membuka kawasan baru untuk memeratakan investasi. Sementara akademisi dapat memberikan masukan melalui hasil riset. Juga memberikan edukasi dan tenaga kerja yang andal atau sesuai kebutuhan industri.

"Media tentu berperan dalam menyebarkan informasi dan edukasi mengenai kolaborasi pentahelix ini dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Media bisa mempertemukan atau memediasi seluruh stake holder," paparnya.

Ketua PWI Jabar Hilman Hidayat mengaatakan media kini bukan hanya menjadi penyampai pesan. Tetapi juga, memiliki pengaruh dalam pembentukan persepsi, opini publik, serta sikap masyarakat terhadap isu-isu ekonomi.

"Media dapat mengambil peran dalam proses pembuatan kebijakan. Bukan hanya sebagai penyampai informasi namun dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi melalui berita yang dibuat," katanya.

Kolaborasi pentahelix dalam pemanfaatan potensi ekonomi berkelanjutan juga perlu menjadi perhatian. Sebagai contoh, I Made Sandika Dwiantara, Dirut PT Surya Energi Indotama menyebutkan potensi atau rencana pembangunan Solar Power Plant hingga 2030, tentu membutuhkan kolaborasi saling mendukung.

Ia menyebut potensi Solar Rooftop mencapai 1.59 GW , Large Scale Solar sekitar 4.68 GW , Floating Solar sekitar 89.37 GW , Natural lake (36 lokasi) sebanyak 74.67 GW dan bendungan (257 Lokasi) sekitar 14.7 GW.

"Pemanfaatan energi surya akan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau, membuka lapangan kerja dan semakin menambah daya saing Indonesia di kancah global," katanya.

Perwakilan Komunitas Masyarakat Siti Rahmawati mendukung kolaborasi pentahelix yang digagas IWEB. Sebab nenurutnya, dengan kerja kolektif maka permasalahan yang ada di masyarakat, seperti kemiskinan dan lapangan kerja akan lebih mudah untuk dipecahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler