Program Makan Gratis, Pemenuhan Gizi Siswa, dan Hilirisasi Produk Peternakan
Produk peternakan unggulan di suatu daerah tentu berbeda dengan daerah lain.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Alif Pramana senang bukan kepalang. Dia cukup kaget ketika disajikan sang guru sekotak makanan. Alif adalah salah satu siswa kelas 2 SDN 04 Cipayung, Jakarta Timur (Jaktim), penerima manfaat makan bergizi gratis. Sekolah tersebut menjadi lokasi uji coba program makan bergizi gratis yang diadakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada Senin (26/8/2024).
Alif mengaku senang mendapatkan sarapan gratis yang dibagikan pihak sekolah. Dia kebetulan cocok dengan menu olahan komplet yang disajikan. "Makanannya enak, ada telur, tempe orek, daging, sayur capcay," ucap Alif saat ditemui wartawan di lokasi.
Alif menganggap, adanya makan bergizi tersebut membuat siswa menjadi semangat belajar. Dia pun setuju jika memang program uji coba tersebut diteruskan. "Terima kasih Bapak (Pj) Gubernur atas makan gratisnya," ujar Alif usai berbincang sebentar dengan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang meninjau langsung uji coba makan bergizi gratis tersebut.
Alif adalah siswa dari keluarga biasa yang menjadi bagian dari ratusan siswa-siswi yang mendapatkan berkah makan gratis untuk sarapan pagi. Pembagian makanan bergizi gratis kepada siswa sekolah menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Prabowo Subianto pada 2024-2029 untuk memberikan pemenuhan gizi kepada anak-anak.
Saat ini, fenomena anak-anak kekurangan gizi dan mengalami gizi buruk masih menjadi salah satu persoalan serius yang dihadapi pemerintah. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menargetkan, prevalensi gizi buruk pada anak dari 10,2 persen tahun 2018 menjadi kurang dari 7 persen pada 2024, harus dilakukan. Selama ini, pemerintah RI telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam memerangi malnutrisi selama dua dekade terakhir.
Merujuk angka stunting pada balita turun dari lebih dari 40 persen pada 2000 menjadi sekitar 21,6 persen pada akhir 2022. Adapun faktor risiko gizi buruk pada anak saling berkaitan dengan terjadinya stunting pada balita. Ketika anak sudah berkembang maka perlu langkah revolusioner memutus rantai masalah dengan memberi makanan bergizi kepada semua siswa dari taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah menengah atas (SMA).
Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi DKI Jakarta, Suharini Eliawati menjelaskan, paket makan bergizi gratis yang dibagikan memang disesuaikan dengan kebutuhan kalori siswa. Hal itu agar mereka mempunyai energi dalam berkegiatan untuk proses belajar sehari-hari.
Tujuannya agar makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas gizi dan nutrisi siswa terjaga. Dengan begitu, mereka nantinya bisa menjadi generasi cerdas tanpa kendala gizi.
"Hitungan total kalorinya adalah 450 ribu kalori per porsi. Sementara, kebutuhan kalori anak usia sekolah dasar berkisar 1.800 sampai dengan 2.100 kalori per hari. Sehingga, nilai kalori saat sarapan berkisar 20 persen hingga 25 persen dari total kebutuhan," ujar Suharini.
Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jaktim, Herwin Meifendy menambahkan, makanan yang dibagikan ke seluruh siswa kelas 1 sampai 6 totalnya mencapai 800 siswa. Paket tersebut dibagikan pada pukul 06.21-07.00 WIB, untuk sarapan pagi mereka.
Menurut Herwin, makanan tersebut sudah menjalani pemeriksaan gizi dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena itu, paket makanan ketika dibagikan harus segera dimakan. Selain itu, paket makanan tersebut juga merupakan hasil masukan dari guru yang langsung bertanya kepada para muridnya dan bahannya berasal dari lokal.
"Hasil pemeriksaan uji organoleptik pangan normal. Pangan bebas dari bahan berbahaya (formalin, borax, rhodamin-B, & M. Yellow). Kesimpulannya pangan aman selama tidak melewati batas waktu yang ditentukan (pukul 10.00 WIB)," ujar Herwin.
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang meninjau pembagian makan bergizi gratis di beberapa kelas menyimpulkan, sebagian besar siswa memang belum sarapan pagi ketika berangkat ke sekolah. Jika dua kali uji coba makan bergizi gratis di sekolah sebelumnya senilai Rp 15 ribu per paket, kali ini nominalnya bertambah menjadi Rp 25 ribu.
Karena itu, menu yang disajikan bisa lebih beragam. Pun nilai kalori yang diberikan sangat sesuai dengan kebutuhan siswa. Heru memaparkan, sepaket makanan terdiri nasi, telur, ayam kecap, sayur capcay, orek tempe, dan daging.
"Ke depannya kita terus lakukan di wilayah DKI Jakarta. Jadi kegiatan ini sudah tiga kali dilakukan kita melihat mana menu yang lebih disukai oleh seluruh adik-adik, untuk Pemprov DKI Jakarta yang terpenting kalorinya dan gizinya tersampaikan," jelas Heru.
Dia pun mengapresiasi badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta yang ikut menyumbangkan dana tanggung jawab sosial (CSR) untuk alokasi program makan bergizi gratis tersebut. Selain berfungsi untuk memenuhi gizi siswa, program tersebut juga sekaligus menggerakkan ekonomi karena bahan makanan dibeli langsung dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Adalah uji coba yang ketiga makan gratis kepada anak-anak sekolah. Saya ucapkan terima kasih kepada PT PAM Jaya yang sudah memberikan 800 paket untuk sarapan pagi," kata Heru.
Sementara itu, saat uji coba kelima, Pj Heru juga mendatangi langsung pembaginan makanan di SDN Manggarai 01 dan SMPN 03 Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (9/9/2024). Kali ini, menu yang disediakan terdiri dua jenis dengan rentang harga Rp 20 ribu dan Rp 25 ribu per paket.
Menu pertama adalah nasi uduk komplet dengan semur, telor, orek tempe, buah pisang, dan air mineral yang disediakan PT Bank DKI sebanyak 500 paket. Adapun menu kedua berisi nasi putih, beef teriyaki, salad sayur, buah, dan air mineral yang disediakan Perumda Dharma Jaya.
Menurut Heru, kandungan kalori kedua jenis menu tersebut berkisar 450-500 kilokalori (kkal). Dia juga mengapresiasi pengemasan paket makanan karena sudah menggunakan wadah food grade yang ditandai logo tara pangan pada kemasan sehingga aman dikonsumsi.
"Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi Perumda Dharma Jaya dan Bank DKI untuk penyediaan menu MBG (makan bergizi gratis). Semoga akan makin banyak lagi para siswa yang dapat menikmati program ini," ucap Heru.
Dari hasil evaluasi di lapangan, Heru menyimpulkan, perlu diadakan penyesuaian porsi dan jenis makanan sesuai jenjang sekolah, mulai TK, SD, dan SMP. Dia menilai, semakin besar usia siswa, mereka tidak masalah dengan menu yang disajikan. Pasalnya, bagi siswa yang masih berusia lima sampai tujuh tahun, ada yang kesulitan mengonsumsi makanan yang bukan kesukaan mereka.
"Memang rata-rata siswa suka dengan menunya dan menghabiskan makanannya. Tetapi yang menjadi perhatian kami adalah siswa kelas 1 dan 2 SD, juga TK, harus dicarikan menu yang disukai mereka. Makanannya harus habis. Karena kalau tidak habis, asupan kalori gizi yang tersedia di makanan percuma juga," kata Heru menegaskan.
Karena itu, sambung dia, Pemprov DKI bersama Perumda Dharma Jaya sedang mencari pola yang tepat untuk pelaksanaan uji coba makan bergizi gratis. Heru memuji uji coba makan bergizi gratis tanpa hambatan dan prosesnya semakin lancar.
Di sisi lain, Dirut Perumda Dharma Jaya Raditya Endra Budiman mengatakan, perusahaan melalui CSR berkontribusi membagikan 1.000 paket makanan bergizi kepada siswa-siswi SMPN 03 Manggarai. Menurut dia, Perumda Dharma Jaya sebagai BUMD DKI yang bergerak di bidang pangan, khususnya protein hewani menyambut positif pelaksanaan program itu. "Hal ini sejalan dengan keinginan kami untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat Jakarta," kata Raditya.
Untuk pemilihan menu, Raditya mengungkapkan, Perumda Dharma Jaya bersinergi dengan Dinkes DKI Jakarta, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI, serta Dinas Pendidikan (Disdik) DKI. Sejumlah kriteria menu makanan yang harus dipenuhi adalah menu yang disukai anak-anak, terpenuhi asupan gizi, dan harga terjangkau.
Hilirisasi produk peternakan
Peneliti di Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN M Ikhsan Shiddieqy menjelaskan, pemenuhan gizi anak-anak yang sedang masa usia sekolah bisa dipasok dari produk peternakan. Produk itu menjadi bagian menu makanan yang disajikan kepada para siswa. Hanya saja, kata dia, produk peternakan yang digunakan perlu mempertimbangkan kondisi daerah siswa berada.
"Hal ini berarti hilirisasi produk harus mengutamakan potensi lokal. Produk peternakan unggulan di suatu daerah tentu berbeda dengan daerah lain," ujar Ikhsan. Misalnya, lokasi siswa atau sekolah yang ada di kawasan pesisir tentu lebih tepat jika menggunakan produk perikanan sebagai penyuplai protein hewani. Hal itu menunjukkan bahwa pemilihan produk peternakan merupakan suatu hal dinamis.
Selain itu, menurut Ikhsan, hilirisasi produk peternakan juga perlu mempertimbankan pemberian nilai tambah pada sektor peternakan yang ada di daerah tersebut. Artinya, pasokan produk sebaiknya mengutamakan peternak atau pengusaha di daerah tersebut. "Selain sebagai bentuk pemerataan ekonomi, juga untuk memperpendek rantai pasok," kata Ikhsan.
Selain itu, Ikhsan menjelaskan, untuk suplai daging sapi, saat ini, pemerintah masih perlu tambahan impor dengan angka tertinggi 287.530 ton pada 2022. Sementara susu sebagai salah satu sumber protein hewani lain juga memiliki kondisi setali tiga uang dengan daging sapi. Padahal, dua produk itu menjadi kebutuhan utama dalam program makan bergizi gratis.
Ikhsan pun mendorong pemerintah menggunakan pangan lokal sebagai sumber pasokan untuk program makan bergizi gratis. Hal itu menjadi positif dalam sudut pandang distribusi dan memberi nilai tambah ekonomi, terutama bagi peternak, petambak, nelayan, maupun petani. "Gizi siswa tercukupi, ekonomi di bawah bergerak," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional, Prof Dadan Hindayana mengajak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan untuk bersinergi dalam membantu jalannya program makan bergizi gratis. Kedua lembaga sepakat untuk mengintegrasi kebijakan gizi nasional melalui pengembangan subsektor peternakan, sebagai upaya konkret mengatasi permasalahan gizi di Indonesia.
Dadan pun menyoroti masalah krusial di masyarakat terkait rendahnya konsumsi susu segar. Menurut dia, data itu menjadi hambatan dalam meningkatkan asupan kalsium dan protein bagi generasi muda. Dadan senang dengan kebijakan Kementan yang unik, yaitu mengimpor sapi alih-alih susu, diharapkan dapat meningkatkan produksi susu domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor dalam jangka panjang.
Dirjen PKH Kementan, Agung Suganda mengaku, pihaknya berkomitmen ikut mensukseskan program makan bergizi gratis. Salah satu kebijakan yang diambil adalah penyediaan ternak berkualitas yang dihasilkan peternak lokal, mencakup daging, susu, dan telur. "Kolaborasi ini adalah langkah konkret untuk penyediaan pangan bergizi bagi masyarakat. Klasterisasi peternakan adalah upaya strategis untuk mendekatkan sumber daging, susu, dan telur kepada konsumen," ujar Agung.