Ustadz Salim A Fillah Minta Muslimin Jangan Berhenti Boikot Produk Israel

Warga diminta beralih ke produk lokal di tengah boikot terhadap produk pro Israel

Republika/Wahyu Suryana
Ustaz Salim A Fillah (tengah) berbicara dalam konferensi pers mengenai penyelenggaraan event Ojo Leren Dadi Wong Apik di Masjid Jogokariyan, Rabu (21/9/2022).
Rep: Bayu Adji Prihammanda/Dian Fath Risalah Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dukungan terhadap pembebasan Palestina dari penjajahan Israel terus digaungkan. Terlebih, negeri zionis tersebut masih melakukan genosida di tanah para nabi hingga saat ini. 

Baca Juga


Pendakwah Ustadz Salim A Fillah mengatakan, masyarakat Indonesia harus terus mendukung dan mendoakan bangsa Palestina. Salah satu cara untuk mendukung Palestina adalah dengan terus melakukan boikot terhadap produk yang terafiliasi dengan Israel. 

"Palestina adalah saudara kita. Jangan pernah berhenti untuk mendoakan dan mendukung mereka, salah satunya dengan memboikot produk terafiliasi Israel harus terus dilanjutkan," kata dia melalui keterangannya, Kamis (19/9/2024).

Gerakan boikot global, termasuk di Indonesia, menyasar produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Daftar produk ini pun sudah dikeluarkan oleh lembaga seperti BDS Movement dan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI).

Menurut dia, masyarakat dapat memanfaatkan produk lokal di tengah sikap boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Apalagi, ia menilai, banyak produk lokal yang memiliki kualitas baik dan tentunya halal.

"Fatwa MUI sudah jelas mengharamkan produk terafiliasi dengan Israel. Sebaiknya segera berupaya untuk beralih ke produk yang halal," kata ustadz Salim. 

 
Massa dari Aliansi Bela Palestina Boikot Israel melakukan aksi di halaman pusat perbelanjaan Bandung Indah Plaza (BIP), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2024). Dalam aksinya mereka mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina serta mengajak masyarakat memboikot produk yang berafiliasi dengan Israel. - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
 
Sementara itu, Presiden Direktur Halal Network International (HNI) Agung Yulianto mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan produk lokal yang halal dan berkualitas. Menurut dia, hal itu dapat berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat Indonesia. Di sisi lain, masyarakat juga memutuskan hubungan dengan produk yang terafiliasi Israel. 

"Selain terus mendukung aksi BDS. Kami juga mengajak masyarakat agar beralih ke produk yang halal dan berkualitas, serta berkontribusi kepada umat dan bangsa Indonesia," ujar Agung.

Ia menambahkan, HNI juga terus melakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakat Indonesia agar selalu menjaga pola hidup sehat, mandiri secara ekonomi, dan aktif berbagi kepada sesama. Pihaknya juga berkomitmen untuk terus memproduksi produk halal yang berkualitas. 

"Di Milad HNI yang ke-12, kami meneguhkan komitmen untuk terus memproduksi produk halal dan berkualitas untuk kesehatan masyarakat Indonesia, mendukung kemandirian ekonomi, dan selalu mengajak untuk berkontribusi kepada sesama, salah satunya kepedulian kepada bangsa Palestina," ujar dia.

 

Boikot ubah pola konsumsi.. 

Aksi boikot yang dimulai akhir Oktober 2023 juga turut berdampak pada perubahan perilaku dan pola pembelian khususnya pada generasi Milenial. Berdasarkan laporan survei Jakpat pada 2024 terhadap 1285 responden yang tersebar di Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua demukan bahwa lebih dari 65 persen dari 577 responden merasa bahwa menghindari produk yang biasa mereka gunakan/konsumsi merupakan tantangan utama dalam melakukan boikot. 

Selain itu, mereka sudah memiliki barang dari merek yang diboikot dan banyak diskon yang tersedia. Berdasarkan kriteria makanan dari restoran cepat saji yang terdampak boikot, sebanyak 55 persen dari 577 responden mengaku tidak akan mengonsumsi lagi makanan dari restoran cepat saji yang diboikot, khususnya generasi Milenial. Kemudian 13 persen dari responden yang mengaku akan mempertimbangkan untuk kembali datang ke restoran cepat saji di masa mendatang, jika perusahaan tidak lagi mendukung “Israel”.

“Sebanyak 12 persen responden mengaku tidak memiliki alternatif lain sehingga masih mengonsumsi makanan cepat saji yang diboikot dan sebanyak 10 persen responden mengaku masih mengonsumsi bila ada penawaran diskon yang menarik,” seperti yang tertulis dalam laporan survei Jakpat dikutip Jumat (30/8/2024).

Selanjutnya berdasarkan kriteria fesyen dan gaya hidup, sebanyak 75 persen dari 577 responden mengaku tidak akan menggunakan lagi merek fesyen yang diboikot tersebut, khususnya generasi Milenial. Namun, sebanyak 11 persen responden mengaku akan kembali mempertimbangkan aksi boikotnya bila perusahaan terbukti tidak lagi berafiliasi dengan Israel.

Sementara berdasarkan kriteria produk makanan dan minuman yang diboikot, sebanyak 62 persen dari 577 responden mengaku tidak akan mengonsumsi lagi merek makanan dan minuman yang diboikot. Sebanyak 5 persen responden mengaku akan kembali mempertimbangkan aksi boikotnya bila perusahaan terbukti tidak lagi berafiliasi dengan Israel.

Untuk kriteria kosmetik, mayoritas responden 67 persen mengaku tidak akan mengonsumsi lagi merek kosmetik dan perawatan diri yang diboikot, terutama generasi milenial. Sebanyak 4 persen responden mengaku akan kembali mempertimbangkan aksi boikotnya bila perusahaan terbukti tidak lagi berafiliasi dengan Israel.

Dalam Seri Analisis Makroekonomi Indonesia Economic Outlook Kuartal III-2024 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengungkap perekonomian Indonesia secara umum relatif melemah di Triwulan-II 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya. Tidak adanya faktor musiman yang memicu aktivitas ekonomi, tingginya ketidakpastian global, dan berlanjutnya permasalahan struktural berdampak negatif terhadap pertumbuhan PDB.

“Lebih lanjut, ketidakpastian mengenai arah kebijakan oleh pemerintahan mendatang juga mendorong masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan investor bersikap wait-and-see. Sehingga, pertumbuhan PDB kemungkinan melambat di Triwulan-II 2024,” seperti yang tertulis dalam riset tersebut.

Masih dalam laporan tersebut ditemukan bahwa total konsumsi dari kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah pada 2023 adalah 82,3 persen dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia. Terdiri dari porsi calon kelas menengah menyumbang 45,5 persen dan kelas menengah menyumbang 36,8 persen.  

Namun, tren mereka mengalami perbedaan dalam lima tahun terakhir. Porsi konsumsi calon kelas menengah meningkat dari 42,4 persen pada 2018. Sebaliknya, porsi konsumsi kelas menengah turun dari 41,9 persen pada periode yang sama.

Rupa-Rupa Dampak Boikot Israel - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler