Di Prancis, Sekum Muhammadiyah Ungkap Pengalaman Kerukunan Indonesia

Sekum Muhammadiyah hadiri acara dialog lintas agama di Paris, Prancis.

dok muhammadiyah
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) melakukan foto bersama dengan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Muti (kiri, berpeci) di Paris, Prancis.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sejumlah tokoh agama dunia menghadiri acara Comunita di Sant’Egidio di Paris, Prancis. Dialog lintas iman ini diselenggarakan sejak Ahad (22/9/2024) hingga hari ini. Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti turut hadir mengikuti forum tersebut.

Baca Juga


Salah satu rangkaian dalam agenda tersebut adalah dialog antara para peserta dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Pertemuan yang berlangsung tertutup selama tiga jam itu membahas berbagai masalah di dunia.

Dalam pertemuan tersebut, Macron menjelaskan sikap dan posisi politik Prancis di berbagai negara. Ia turut menyoroti perkembangan Perang Rusia-Ukraina dan genosida Israel di Jalur Gaza, Palestina. Begitu pula dengan dan konflik di Kongo, sebuah negara Afrika.

Dalam pertemuan yang berlangsung akrab dan diselingi canda, Macron turut menanyakan dan meminta masukan dari para tokoh agama. Di antaranya mengenai cara-cara mengelola kemajemukan agama, budaya, dan suku bangsa.

Di hadapan Macron, Prof Abdul Mu’ti menjelaskan pengalaman Indonesia dalam menangani masalah perbedaan bahasa, suku, dan agama. “Macron dan para pemimpin agama sangat terkesan dengan kerukunan di Indonesia, terutama setelah kunjungan dan pidato Paus Fransiskus di Jakarta beberapa waktu lalu,” jelas Sekum PP Muhammadiyah, Senin (23/9/2024).

Dalam forum Comunita di Sant’Egidio itu, Abdul Mu'ti juga membawakan uraian yang bertajuk "Tantangan Beragama di Kawasan Asia." Ia menjelaskan, setelah era kolonialisme, negara-negara Asia telah mencapai kemajuan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik.

“Beberapa negara Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, China, India, Indonesia, Malaysia, dan lainnya, telah memainkan peran penting di arena regional dan internasional. Selain kemakmuran ekonominya, negara-negara Asia juga mempertahankan keberlanjutan budaya, agama, dan tradisi mereka,” jelas Mu’ti pada Selasa (24/9/2024).

Namun, dalam dua dekade terakhir, telah terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan beragama dan sosial, terutama di kalangan generasi muda. Masyarakat Asia, seperti halnya masyarakat di seluruh dunia, percaya bahwa agama adalah hal yang esensial dan dibutuhkan. Dengan perkataan lain, mereka menjadi kian religius.

“Agama juga penting dalam membentuk moralitas publik, termasuk dalam pemerintahan dan tata kelola,” tegas Abdul Mu’ti.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler