Jejak Remaja Kumpul-Kumpul di Sebuah Warung Sebelum 7 Mayat Ditemukan di Kali Bekasi

Baru dua dari tujuh jenazah yang ditemukan di Kali Bekasi berhasil diidentifikasi.

Republika/Rizky Surya
Lokasi tujuh mayat remaja yang ditemukan di Sungai Bekasi, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Selasa (24/9/2024).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika

Para remaja yang berkumpul di salah satu warung di kawasan industri Cipendawa, Jalan Baru Cipendawa, Rawalumbu, Kota Bekasi kaget ketika mendengar suara kedatangan polisi. Mereka kabur dengan berbagai cara.

Ada yang lari, ada pula yang menceburkan diri ke sungai yang terletak di belakang warung. Tujuh orang yang lari ke sungai ini berakhir menjadi mayat yang ditemukan pada Ahad (22/9/2024) di Kali Bekasi.

Demikian disampaikan Kapolsek Rawalumbu Kota Bekasi Kompol Sukadi menanggapi peristiwa temuan tujuh mayat di sungai Bekasi itu. Berdasarkan keterangan yang diperolehnya, Sukadi menyebut para remaja ini bukanlah geng motor, melainkan geng tawuran.

"Sebetulnya bukan geng motor juga, hanya kelompok ya. Biasanya (tawuran) di Jembatan Cipendawa," kata Sukadi, Rabu (25/9/2024).

Sekitar pukul 03.00 Ahad (22/9/2024), tim Presisi yang menggelar razia mendapati sekelompok remaja itu. Pihak kepolisian masih kesulitan mendata jumlah mereka karena sebenarnya sebagian besar tak saling kenal.

"Jadi anak-anak itu kumpulnya di sana, jumlahnya tidak tahu berapa, tapi dari kendaraan yang diamankan 30 tentunya mungkin kalau boncengan jadi 60," ujar Sukadi.

Saat razia itu, Sukadi menduga para remaja takut ditangkap karena membawa senjata tajam (sajam). Sehingga mereka melarikan diri dari warung tersebut.

"Setelah ada Tim Presisi datang jam 3 pagi, itu anak-anak tersebut karena mungkin merasa bersalah karena mungkin ada yang membawa senjata tajam akhirnya membubarkan diri, mencari penyelamatan diri, sehingga banyak yang terjun ke kali," ujar Sukadi.

Sukadi menyebut polisi kesulitan mendata jumlah remaja yang berkumpul di warung itu. Sehingga, tidak diketahui apakah masih ada jenazah yang tersisa atau tidak karena nyemplung ke Sungai Bekasi.

"Sudah kami interogasi dari 22 saksi yang kita amankan, itu pun juga tidak tahu apakah masih ada yang tenggelam atau tidak, yang sudah selamat berapa juga tidak tahu. Karena, jumlah yang ada di gubuk ini pun tidak tahu jumlahnya berapa. Termasuk tim presisi pun tidak tahu jumlahnya berapa," ujar Sukadi.

Oleh karena itu, Sukadi mengklaim polisi juga kesulitan melakukan pertolongan kepada remaja yang nyemplung. Sebab mayoritas para remaja itu disebut tak saling kenal. Sehingga mereka tidak tahu siapa saja yang masih belum ditemukan.

"Karena kondisinya jam 4 pagi, disini tidak ada penerangan, memang sangat sulit untuk mengidentifikasi," ujar Sukadi.

Dari penggalian informasi, polisi tak menemukan minuman keras (miras) di warung tempat remaja kumpul. "Minum-minuman keras itu memang tidak ditemukan di lokasi, di TKP," ujar Sukadi.

Diketahui, sebanyak 30 motor yang disita dari razia pada Ahad (22/9/2024) dini hari itu masih berada di tangan kepolisian. Polisi mengimbau kepada masyarakat yang merasa mempunyai motor-motor itu untuk mengambilnya sendiri.

Dari penyelidikan awal polisi disebutkan tujuh remaja itu mulanya kabur dari razia tawuran. Mereka yang kabur ke sungai malah akhirnya meregang nyawa. Polisi sudah meringkus 15 orang atas peristiwa ini dan menetapkan tiga tersangka karena membawa senjata tajam (sajam).

 

Sebelumnya, Rumah Sakit Polri Kramat Jati mengumumkan dua dari tujuh jenazah yang ditemukan di Sungai Bekasi, Jatiasih Kota Bekasi sudah teridentifikasi atas nama Ahmad Davi dan Muhammad Rizki. Jenazah pertama yang teridentifikasi atas nama Muhammad Rizki (19 tahun) yang beralamat di Kampung Bojong Menteng RT01/RW01, Rawa Lumbu, Kabupaten Bekasi teridentifikasi berdasarkan pemeriksaan gigi, sidik jari, medis dan properti.

Lalu, jenazah kedua yang teridentifikasi atas nama Ahmad Davi (16) yang beralamat di Bantar Gebang Utara RT 02/RW 04, Bantar Gebang, Kota Bekasi teridentifikasi juga berdasarkan pemeriksaan gigi, sidik jari, medis dan properti.

Sedangkan untuk lima jenazah lainnya masih belum sesuai karena terdapat beberapa data yang masih belum sesuai dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Kendala dalam melakukan identifikasi adalah menemukan kecocokan antara data ante mortem dan post mortem.

Salah satu korban bernama Ahmad Davi disebut sebagai sosok anak rumahan meski tak sekolah. Keluarga Davi menyebut remaja berusia 16 tahun itu sering menghabiskan waktu di rumah.

Hal ini disampaikan oleh Kakak dari Davi yaitu Yanti. Yanti dan anggota keluarga Davi yang lain masih bertahan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur untuk menemukan kabar David. Yanti menduga adiknya merupakan salah satu jenazah yang kemarin ditemukan di Sungai Bekasi.

Yanti membantah adiknya ikut tawuran, melainkan hanya diajak makan-makan oleh teman-temannya. Yanti menyebut adiknya hanya bergaul dengan anak-anak seumurannya di rumah.

"Dia mah orang rumahan, kan dia nggak sekolah. Jadi kalau orang sekolah dia tidur di rumah main HP," kata Yanti saat ditemui di RS Polri, Senin (23/9/2024).

Yanti menyebut dari kesaksian R, teman Davi, kejadian awalnya ketika mereka ketakutan saat mendengar suara tembakan dari polisi. R mengaku tembakan itu mungkin hanya untuk menakut-nakuti, tapi menyebabkan kepanikan di antara mereka. Alhasil, Davi dan beberapa temannya melompat ke kali untuk menghindar. R berhasil selamat karena dia bisa berenang.

"Ada tembakan sekali gitu. Ya maksudnya mungkin nakut-nakutin gitu. Jadi mereka tuh pada takut lompatnya ke kali," ujar Yanti menirukan kesaksian R.

Yanti menyebut Davi sebenarnya dapat berenang. Tetapi, Yanti menduga adiknya terjerat lumpur di sungai. Apalagi R melihat David berusaha bertahan, tapi R tidak mampu menolongnya karena jarak yang cukup jauh. R sempat melihat Davi tenggelam, tetapi karena situasi panik, dia tidak dapat memberikan bantuan.

"Ngelihat katanya, dia lihat Davi engap-engapan, tapi kan jauh jaraknya nggak bisa dibantuin," ujar Yanti.

Dari kesaksian R kepadanya, R sempat melihat Davi tenggelam. Namun lantaran situasi panik, R tidak dapat memberikan bantuan.

"Dia ngelihat tenggelamnya, wong sama sama ini (panik) kan ya," ujar Yanti.

Fakta Temuan 7 Mayat di Kali Bekasi - (Infografis Republika)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendorong transparansi atas temuan tujuh mayat laki-laki di Sungai Bekasi, Kota Bekasi, Ahad (22/9/2024). KemenPPPA meminta polisi membuka kasus ini lebar-lebar.

"Kami tentu berharap kasus ini dapat diungkap dengan jelas untuk memastikan upaya penanganan lebih lanjut," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak (PKA) KemenPPPA, Nahar kepada Republika, Senin (23/9/2024).

Berdasarkan keterangan sementara pihak polisi menyebutkan tujuh remaja itu kabur dari razia polisi. Pasalnya mereka diduga terlibat tawuran. Mereka yang kabur ke sungai malah berujung kehilangan nyawa.

Baca Juga



"Jika ini terkait dengan rencana tawuran dan diantara yang terlibat tawuran terdapat anak atau seseorang yang belum berusia 18 tahun tentu diharapkan menjadi bahan upaya pencegahan agar tidak terulang kembali dan dapat diselesaikan sesuai Sistem Peradilan Pidana Anak atau memprioritaskan kepentingan terbaik bagi anak," ujar Nahar.

KemenPPPA terus berkoordinasi dengan RS Polri, Polresta Bekasi, dan Dinas Kota Bekasi. "Untuk itu, kami mendukung upaya pengungkapan identitas korban, hal-hal yang terkait dengan korban dan kejadian tersebut," ujar Nahar.

Komisi III DPR RI pun mendesak supaya kepolisian dapat terbuka dalam mengusut temuan tujuh jenazah di Kali Bekasi. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman bersama rombongan ketika menengok langsung ke lokasi tepatnya di Perumahan Pondok Gede Permai pada Selasa (25/9/2024).

"Intinya kami disini kami ingin lebih tahu kejadian yang sebenarnya, kami ingin ini semua dilakukan penyelidikan yang transparan dan dicek latar belakangnya apa, sampai kejadiannya seperti apa," kata Habiburokhman dalam kunjungannya.

Habiburokhman meminta jangan sampai ada isu ataupun tuduhan yang tidak berdasar sehingga kasusnya tidak bisa terbuka secara terang benderang.

"Situasi di sini seperti apa sehingga tidak timbul asumsi-asumsi, tuduhan-tuduhan yang tidak pas," ujar Habiburokhman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler